Air merupakan unsur terbesar yang menutupi permukaan bumi. Lebih dari 70 persen dari hamparan bumi kita tertutup oleh air. Namun, tahukah Anda berapa banyak air di bumi ini? Sebagai salah satu sumber kehidupan, jumlah air di bumi diperkirakan mencapai 326 juta mil kubik (1,332 miliar kilometer kubik) (Kompas.com. 15-11-2019).
Tubuh kita juga tersusun dari air. Menurut The Journal of Biological Chemistry, jumlah cairan dalam otak dan jantung mencapai 73 persen dari total kapasitas organ-organ tersebut. Sedangkan, paru-paru terdiri dari 83 persen cairan. Bagaimana dengan ginjal? Rupanya, organ tubuh yang bertugas sebagai penyaring darah tersebut terdiri dari 79 persen air dari kapasitas organ. Uniknya, tulang manusia juga terdiri dari air, yakni sebanyak 31 persen. Kandungan air dalam tubuh manusia adalah sekitar 60% – 70% dari berat tubuh. Air sangat penting bagi organ-organ dalam tubuh untuk bekerja dengan baik.
Ada ujaran kuno yang mengatakan bahwa manusia adalah ‘hayawan natiq‘ yaitu hewan yang dapat berbicara. Nampaknya adagium ini sudah mengakar di benak kita. Hal yang sekaligus menjadi salah satu pembeda antara manusia dan hewan. Tidak terhitung sudah berapa puluh ribu kata yang keluar dari lisan kita sejak lahir sampai sekarang. “Air” kata yang acapkali terucap dalam keseharian kita. Air kopi, air teh, air putih dan masih banyak derivatif air lainnya. Air bahkan menjadi elemen yang nyaris tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia menjadi senyawa yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Air secara natural juga satu satunya senyawa yang memiliki tiga wujud berbeda yaitu cair (air), padat (kristal es) dan gas (uap air).
BACA JUGA : Digitalisasi Sekolah untuk Kemerdekaan Belajar
Fakta Ilmiah Air Dapat Merespon Bahasa Manusia
Sampai saat ini mungkin masih ada orang yang underestimate ketika menyaksikan segelas air yang diberi mantera atau jampi-jampi. Bahkan bisa juga, logika dan nalar kita masih belum menerima ketika seorang kyai atau ustadz melafazdkan doa dan penggalan ayat Al-Quran di depan segelas air putih sebagai salah satu alternatif obat. Dan mereka menyakini bahwa air bisa menjadi mediasi antara lafadz doa yang dibaca dengan pasien.
Fakta empiris tersebut telah ada jauh-jauh hari sebelum Dr. Masaru Emoto, ilmuwan dari Hado Institute di Tokyo Jepang, menemukan fakta bahwa air mampu menangkap pesan bahasa manusia sekaligus meresponnya. Disinyalir bahwa air dengan bentuk molekul kristal yang indah akan memberikan efek yang baik terhadap kesehatan tubuh kita. Hal tersebut sekaligus juga memperkuat testimoni bahwa air bisa menjadi obat. Masaru Emoto menengarai bahwa partikel molekul air ternyata bisa berubah-ubah tergantung warna perasaan manusia di sekelilingnya. Hal tersebut sekaligus juga mengisyaratkan bahwa air memiliki kemampuan merespon sinyal dan pesan yang disampaikan manusia melalui bahasa.
Emoto juga menambahkan temuan yang mencengangkan bahwa partikel “kristal” air akan memvisualisasikan pola yang “indah” dan “menakjubkan” ketika menerima ungkapan pesan yang positif seperti bahasa kasih sayang, bahagia dan cinta. Begitu pula sebaliknya. Senyawa ajaib tersebut akan membuat pola yang “buruk” dan “semrawut ,acak-acakkan” ketika ada ungkapan bahasa yang kurang baik seperti kata makian, ungkapan kebencian dan kemarahan.
Apakah Musibah Yang Terjadi Akibat Respon Negatif Air Terhadap Ulah Manusia? Berikut ini beberapa fenomena yang mungkin dapat menjadi bahan renungan. Pertama, Jakarta terendam banjir. Dengan tanpa menafikan fakta geografis Jakarta yang berada di dataran rendah dan berpeluang mengalami banjir saat musim hujan, nampaknya kita perlu juga intropeksi diri, bahwa tingkat kriminalitas di ibukota tersebut begitu maraknya. Dan berulangkali juga kita mendengar, menyaksikan dan bahkan mungkin mengalami saat kota metropolitan tersebut direndam air. Jangan-jangan fenomena banjir tersebut merupakan salah satu respon air atas perbuatan manusia.
Kedua, banjir di Era Nabi Nuh as. Boleh jadi banjir bandang yang meluluhlantakkan kaum tersebut adalah akibat air sudah tidak mampu lagi menahan amarahnya sebagai respon negatif atas kemungkaran kaum tersebut. Disamping air juga hanya meneruskan titah Penciptanya. Bukankah seluruh makhluk di alam semesta ini semuanya tunduk dan patuh pada sunatullah dan perintah Allah SWT?
Ketiga, Tsunami di Aceh. Kekuatan dahsyat “air bah” dari laut yang menggunung dengan gelombang raksasa tidak bergerak sendiri. Bisa juga tsunami yang melanda Nangaro Aceh Darussalam adalah bukti protes mahluk Allah tersebut atas kurangnya tanggung jawab bangsa kita dalam mengelola negeri ini.
Keempat, ritual sejuta umat di sungai Gangga India -yang berbuah petaka- belakangan ini, jangan hanya dimaknai bahwa air secara kebetulan menjadi mediasi atas penularan virus corona (Covid-19) dengan varian baru, seperti Delta. Tapi itu antara lain adalah format air merespon “ucapan” dan perilaku indisipliner mereka terhadap protokol kesehatan.
Oleh karena itu, Maha Benar Allah—dengan segala firmanNya—ketika mengatakan yang maknanya “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia…” (QS Ar-Ruum: 41).
Bagaimana Seharusnya Berinteraksi dengan Air?
Ada beberapa hal penting kita lakukan ketika kita berinteraksi dengan air agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya: 1) Menjalin komunikasi dengan bahasa yang beretika. Mengucapkan kata syukur sebanyak mungkin atas anugerah nikmat berupa air yang melimpah; 2) Menjadi hamba yang senantiasa berkata kata yang baik dimanapun dan kapanpun. Karena air selalu ada dimana-mana merespon bahasa kita; 3) Membiasakan membaca doa dengan sepenuh terimakasih atas segelas air yang akan kita minum; 4) Perdengarkanlah ayat-ayat al Quran di rumah kita sebanyak dan selama yang kita mampu. Karena itu akan memberikan energi positif terhadap air yang ada di rumah kita; 5) Basahilah selalu lisan kita dengan ungkapan dan bahasa yang baik, dzikrullah dan kalamullah. Maka aliran (air) dalam darah kita akan menunjukkan keajaibannya berupa: tubuh lebih segar, aliran darah lancar dan produktivitas kerja dunia serta amal akherat akan meningkat dengan pesat.
Nabi Muhammad SAW juga pernah mengeluarkan sebuah statemen penting : ” Inna Syaiton yajriy minal-insan majro ad-dam” artinya “Sesungguhnya setan mengalir pada anak Adam seperti aliran darah..” (Dinukil dari Kitab Talbisul Iblis karya Ibnu Jauziy). Hal ini menegaskan bahwa ketika kita berkata , maka otomatis ucapan kita akan memberikan efek langsung terhadap air. Air yang menjadi unsur penyusun utama pada aliran darah kita.
Berdasarkan ulasan singkat seputar “bahasa” air ini, menjadikan kita lebih berhati-hati dalam menggunakan anugerah yang Allah berikan berupa “lisan”. Karena ternyata setiap kata yang keluar dari lisan kita akan memberikan efek, dampak dan pengaruh terhadap pola interaksi kita terhadap semesta manusia dan juga alam sekitar, dan “air” adalah salah satunya. Air ibarat pisau bermata dua. Ia bisa menjadi rahmat dan anugerah bagi umat manusia yang berbahasa dengan etika. Namun ia juga dapat berubah menjadi bencana manusia yang tidak mampu menjaga bahasa lisan dan perbuatan nya.
*) Dr. Bambang Irawan, Lc. M.Ed., Dosen Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Pascasarjana IAIN Jember