29.7 C
Jember
Thursday, 30 March 2023

Bukan Superman, Tapi Superteam

Mobile_AP_Rectangle 1

Manajemen kolaborasi menjadi pintu masuk menuju keberhasilan. Membangun jaringan untuk meraih hasil yang diharapkan adalah keniscayaan. Bukti empiris sudah cukup banyak yang meneguhkan kebenaran tesis bahwa kebersamaan adalah kekuatan. Dan, secara sunnatullah, berjamaah/ kolaborasi dalam kelompok, melahirkan energi luar biasa dalam mencapai hasil akhir yang dicita-citakan. 

Hal ini pula yang dalam berbagai kesempatan saya sampaikan Ketika memberikan sambutan dalam Silaturahmi bersama para rektor/ ketua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Se-Indonesia di Gedung Daerah Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau dan Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Kapasitas  PTKIN di STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau baru-baru ini, kembali ditegaskan bahwa kolaborasi adalah harta yang penting untuk terus dijaga. 

Pengalaman dalam mengawal alih status dari IAIN Jember menjadi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (selanjutnya saya tulis UIN KHAS Jember) semakin membuktikan bahwa keberhasilan tidak pernah diraih sendirian, tetapi dengan kebersamaan. Melalui Perpres Nomor 44 Tahun 2021 tertanggal 11 Mei 2021 itu menjadi tonggak baru UIN KHAS Jember yang menegaskan pentingnya membangun tim yang solid dalam meraih tujuan besar. Semua civitas akademika memiliki andil masing-masing dalam perubahan bentuk “Kampus Mangli” ini. Sebagai proses berdirinya bangunan, semua kekuatan memiliki perannya masing-masing membentuk konstruksi yang kokoh. Doa, misalnya adalah andil yang besar dalam setiap perjuangan dalam memberikan dorongan spiritual agar Allah SWT memberikan jalan terbaik melalui perubahan “Kampus Hijau” ini. 

Mobile_AP_Rectangle 2

Sebagai bagian masyarakat intelektual yang pernah belajar manajemen, saya percaya bahwa keberhasilan cita-cita besar dapat dicapai dengan tim yang solid, tim yang kompak, tim yang saling mendukung, saling peduli. Inilah yang sering disebut dengan super team, yang tim yang super, tim yang saling menguatkan. Tanpa kekuatan tim yang super itu, rasanya susah impian “indah” alih status itu bisa diraih. 

Pengalaman dipercaya sebagai Ketua STAIN Jember sejak 2012, diamanahi menjadi  Rektor IAIN Jember 2015 hingga 2021, dan menghantarkan alih status UIN KHAS Jember, kekuatan tim itu benar-benar teruji. Dan, Alhamdulillah, setelah alih status, pada hari Jumat 1 Oktober 2021, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas telah melantik saya menjadi Rektor UIN KHAS Jember di Jakarta. Suatu amanah yang tidak ringan.

Saya semakin yakin bahwa tanpa superteam, mustahil semua tantangan itu bisa dilalui dengan baik. Tentu saja, membangun kekuatan yang solid juga membutuhkan keseriusan, kesabaran, ketelatenan, dan ketegasan. Kalau diibaratkan “imam” dalam shalat berjamaah sebagai salah satu dari empat pilar pandangan KHAS (selain membaca Al Quran, melantunkan shalawat, dan tidak Dzalim), saya tidak berarti apa-apa tanpa adanya jamaah, yakni civitas akademika yang mendukung. 

Karena melibatkan banyak pihak, maka mengandalkan satu kekuatan tim saja dirasa masih kurang. Maka tim harus berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak agar tahapan, langkah, dan strategi meraih alih status itu bisa dilalui dengan baik. Tanpa superteam, kita pasti kesulitan dalam meraih cita-cita besar ini. Apalagi, tantangan UIN KHAS Jember kedepan akan semakin besar untuk menjadi universitas kelas dunia (world class university). 

 

Merawat Kebersamaan Superteam

Untuk itu, tim yang super ini harus dipertahankan terus mengingat tantangan UIN KHAS Jember kedepan bukanlah mudah. Tim civitas akademika dan tim kolaboratif lainnya harus terus bersinergi membangun kebersamaan agar kampus kita meraih predikat unggul dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebab, visi UIN KHAS Jember pada tahun 2030 adalah menjadi universitas Islam terkemuka di Asia Tenggara dengan kedalaman ilmu berbasis kearifan lokal untuk kemanusiaan dan peradaban. 

Visi ini sudah dipertimbangan dengan matang. Terkemuka di Asia Tenggara sudah dimulai sejak saat masih “berstatus” STAIN Jember  dan IAIN Jember melalui kerjasama berbagai perguruan tinggi di mancanegara, terutama Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, dan negara lainnya. Berbagai kegiatan penelitian kolaboratif internasional, pertukaran mahasiswa asing, seminar interasional, kerjasama Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat) sudah dilakukan dan harus ditingkatkan di masa-masa mendatang dengan skala yang lebih besar lagi. 

Alhamdulillah, tim yang super itu bekerja dengan baik. Maka, dalam alih status ini, tidak ada istilah  “Superman” karena hakikatnya keberhasilan menjadi UIN KHAS Jember ini  selalu melibatkan “Superteam” yang solid, mau berjuang, dan memiliki komitmen tinggi terhadap perubahan yang lebih baik.  Tim yang bekerja dengan super itulah hakikatnya superman. Ketika Museun Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatat saya sebagai pimpinan perguruan tinggi yang berhasil menaikkan dua kali status lembaganya pada peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021 lalu, ini bukti bahwa tim bekerja dengan super. Catatan Rekor MURI ke-10076 itu justru menunjukkan bahwa tim yang super itulah sejatinya Superman. Saya hanya menyiapkan “pintu” gerbang saja menuju rumah besar UIN KHAS Jember. 

Tentu saja, keberhasilan ini bukan tanpa kelemahan atau kekurangan. Penting disadari oleh semua pihak bahwa pilihan mengambil alih status bukan tanpa kendala, hambatan, tantangan, dan rintangan. Kritik dan saran dari berbagai pihak harys didengar, dimaknai, dan dipertimbangan untuk melangkah. Kritik adalah “bumbu sedap” dalam setiap perubahan. Untuk itu, kritik, saran, dan masukan dari civitas akademika dan berbagai pihak adalah modal membangun kesolidan tim. Hal ini membuktikan kolaborasi terjalin dengan baik. Seorang pemimpin tidak boleh alergi terhadap kritik, meskipun barangkali mungkin dirasakan pahit. Tetapi, yang diperlukan membangun daya nalar kritis yang konstruktif, bukan destruktif karena kita berada di ruang akademis. 

Melalui beragam kekuatan intelektual yang dimiliki, tantangan membangun kolaborasi akan terus diuji. Dengan semangat Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil alamin, InsyaAllah, kolaborasi itu akan terawat dengan baik dan disadari sebagai kebutuhan bersama. Melalui peran dan fungsinya masing-masing, kolaborasi akan menemukan hasilnya yang optimal. Kolaborasi bisa dibangun dengan berbagai pihak untuk melahirkan sumber daya manusia Indonesia yang “super” berkualitas. Sehingga civitas akademika UIN KHAS Jember akan terus memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa dalam mewujudkan perubahan yang lebih baik! 

 

*) Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM., Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Ketua Forum Rektor/ Ketua PTKIN Se-Indonesia. 

- Advertisement -

Manajemen kolaborasi menjadi pintu masuk menuju keberhasilan. Membangun jaringan untuk meraih hasil yang diharapkan adalah keniscayaan. Bukti empiris sudah cukup banyak yang meneguhkan kebenaran tesis bahwa kebersamaan adalah kekuatan. Dan, secara sunnatullah, berjamaah/ kolaborasi dalam kelompok, melahirkan energi luar biasa dalam mencapai hasil akhir yang dicita-citakan. 

Hal ini pula yang dalam berbagai kesempatan saya sampaikan Ketika memberikan sambutan dalam Silaturahmi bersama para rektor/ ketua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Se-Indonesia di Gedung Daerah Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau dan Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Kapasitas  PTKIN di STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau baru-baru ini, kembali ditegaskan bahwa kolaborasi adalah harta yang penting untuk terus dijaga. 

Pengalaman dalam mengawal alih status dari IAIN Jember menjadi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (selanjutnya saya tulis UIN KHAS Jember) semakin membuktikan bahwa keberhasilan tidak pernah diraih sendirian, tetapi dengan kebersamaan. Melalui Perpres Nomor 44 Tahun 2021 tertanggal 11 Mei 2021 itu menjadi tonggak baru UIN KHAS Jember yang menegaskan pentingnya membangun tim yang solid dalam meraih tujuan besar. Semua civitas akademika memiliki andil masing-masing dalam perubahan bentuk “Kampus Mangli” ini. Sebagai proses berdirinya bangunan, semua kekuatan memiliki perannya masing-masing membentuk konstruksi yang kokoh. Doa, misalnya adalah andil yang besar dalam setiap perjuangan dalam memberikan dorongan spiritual agar Allah SWT memberikan jalan terbaik melalui perubahan “Kampus Hijau” ini. 

Sebagai bagian masyarakat intelektual yang pernah belajar manajemen, saya percaya bahwa keberhasilan cita-cita besar dapat dicapai dengan tim yang solid, tim yang kompak, tim yang saling mendukung, saling peduli. Inilah yang sering disebut dengan super team, yang tim yang super, tim yang saling menguatkan. Tanpa kekuatan tim yang super itu, rasanya susah impian “indah” alih status itu bisa diraih. 

Pengalaman dipercaya sebagai Ketua STAIN Jember sejak 2012, diamanahi menjadi  Rektor IAIN Jember 2015 hingga 2021, dan menghantarkan alih status UIN KHAS Jember, kekuatan tim itu benar-benar teruji. Dan, Alhamdulillah, setelah alih status, pada hari Jumat 1 Oktober 2021, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas telah melantik saya menjadi Rektor UIN KHAS Jember di Jakarta. Suatu amanah yang tidak ringan.

Saya semakin yakin bahwa tanpa superteam, mustahil semua tantangan itu bisa dilalui dengan baik. Tentu saja, membangun kekuatan yang solid juga membutuhkan keseriusan, kesabaran, ketelatenan, dan ketegasan. Kalau diibaratkan “imam” dalam shalat berjamaah sebagai salah satu dari empat pilar pandangan KHAS (selain membaca Al Quran, melantunkan shalawat, dan tidak Dzalim), saya tidak berarti apa-apa tanpa adanya jamaah, yakni civitas akademika yang mendukung. 

Karena melibatkan banyak pihak, maka mengandalkan satu kekuatan tim saja dirasa masih kurang. Maka tim harus berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak agar tahapan, langkah, dan strategi meraih alih status itu bisa dilalui dengan baik. Tanpa superteam, kita pasti kesulitan dalam meraih cita-cita besar ini. Apalagi, tantangan UIN KHAS Jember kedepan akan semakin besar untuk menjadi universitas kelas dunia (world class university). 

 

Merawat Kebersamaan Superteam

Untuk itu, tim yang super ini harus dipertahankan terus mengingat tantangan UIN KHAS Jember kedepan bukanlah mudah. Tim civitas akademika dan tim kolaboratif lainnya harus terus bersinergi membangun kebersamaan agar kampus kita meraih predikat unggul dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebab, visi UIN KHAS Jember pada tahun 2030 adalah menjadi universitas Islam terkemuka di Asia Tenggara dengan kedalaman ilmu berbasis kearifan lokal untuk kemanusiaan dan peradaban. 

Visi ini sudah dipertimbangan dengan matang. Terkemuka di Asia Tenggara sudah dimulai sejak saat masih “berstatus” STAIN Jember  dan IAIN Jember melalui kerjasama berbagai perguruan tinggi di mancanegara, terutama Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, dan negara lainnya. Berbagai kegiatan penelitian kolaboratif internasional, pertukaran mahasiswa asing, seminar interasional, kerjasama Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat) sudah dilakukan dan harus ditingkatkan di masa-masa mendatang dengan skala yang lebih besar lagi. 

Alhamdulillah, tim yang super itu bekerja dengan baik. Maka, dalam alih status ini, tidak ada istilah  “Superman” karena hakikatnya keberhasilan menjadi UIN KHAS Jember ini  selalu melibatkan “Superteam” yang solid, mau berjuang, dan memiliki komitmen tinggi terhadap perubahan yang lebih baik.  Tim yang bekerja dengan super itulah hakikatnya superman. Ketika Museun Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatat saya sebagai pimpinan perguruan tinggi yang berhasil menaikkan dua kali status lembaganya pada peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021 lalu, ini bukti bahwa tim bekerja dengan super. Catatan Rekor MURI ke-10076 itu justru menunjukkan bahwa tim yang super itulah sejatinya Superman. Saya hanya menyiapkan “pintu” gerbang saja menuju rumah besar UIN KHAS Jember. 

Tentu saja, keberhasilan ini bukan tanpa kelemahan atau kekurangan. Penting disadari oleh semua pihak bahwa pilihan mengambil alih status bukan tanpa kendala, hambatan, tantangan, dan rintangan. Kritik dan saran dari berbagai pihak harys didengar, dimaknai, dan dipertimbangan untuk melangkah. Kritik adalah “bumbu sedap” dalam setiap perubahan. Untuk itu, kritik, saran, dan masukan dari civitas akademika dan berbagai pihak adalah modal membangun kesolidan tim. Hal ini membuktikan kolaborasi terjalin dengan baik. Seorang pemimpin tidak boleh alergi terhadap kritik, meskipun barangkali mungkin dirasakan pahit. Tetapi, yang diperlukan membangun daya nalar kritis yang konstruktif, bukan destruktif karena kita berada di ruang akademis. 

Melalui beragam kekuatan intelektual yang dimiliki, tantangan membangun kolaborasi akan terus diuji. Dengan semangat Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil alamin, InsyaAllah, kolaborasi itu akan terawat dengan baik dan disadari sebagai kebutuhan bersama. Melalui peran dan fungsinya masing-masing, kolaborasi akan menemukan hasilnya yang optimal. Kolaborasi bisa dibangun dengan berbagai pihak untuk melahirkan sumber daya manusia Indonesia yang “super” berkualitas. Sehingga civitas akademika UIN KHAS Jember akan terus memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa dalam mewujudkan perubahan yang lebih baik! 

 

*) Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM., Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Ketua Forum Rektor/ Ketua PTKIN Se-Indonesia. 

Manajemen kolaborasi menjadi pintu masuk menuju keberhasilan. Membangun jaringan untuk meraih hasil yang diharapkan adalah keniscayaan. Bukti empiris sudah cukup banyak yang meneguhkan kebenaran tesis bahwa kebersamaan adalah kekuatan. Dan, secara sunnatullah, berjamaah/ kolaborasi dalam kelompok, melahirkan energi luar biasa dalam mencapai hasil akhir yang dicita-citakan. 

Hal ini pula yang dalam berbagai kesempatan saya sampaikan Ketika memberikan sambutan dalam Silaturahmi bersama para rektor/ ketua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Se-Indonesia di Gedung Daerah Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau dan Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Kapasitas  PTKIN di STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau baru-baru ini, kembali ditegaskan bahwa kolaborasi adalah harta yang penting untuk terus dijaga. 

Pengalaman dalam mengawal alih status dari IAIN Jember menjadi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (selanjutnya saya tulis UIN KHAS Jember) semakin membuktikan bahwa keberhasilan tidak pernah diraih sendirian, tetapi dengan kebersamaan. Melalui Perpres Nomor 44 Tahun 2021 tertanggal 11 Mei 2021 itu menjadi tonggak baru UIN KHAS Jember yang menegaskan pentingnya membangun tim yang solid dalam meraih tujuan besar. Semua civitas akademika memiliki andil masing-masing dalam perubahan bentuk “Kampus Mangli” ini. Sebagai proses berdirinya bangunan, semua kekuatan memiliki perannya masing-masing membentuk konstruksi yang kokoh. Doa, misalnya adalah andil yang besar dalam setiap perjuangan dalam memberikan dorongan spiritual agar Allah SWT memberikan jalan terbaik melalui perubahan “Kampus Hijau” ini. 

Sebagai bagian masyarakat intelektual yang pernah belajar manajemen, saya percaya bahwa keberhasilan cita-cita besar dapat dicapai dengan tim yang solid, tim yang kompak, tim yang saling mendukung, saling peduli. Inilah yang sering disebut dengan super team, yang tim yang super, tim yang saling menguatkan. Tanpa kekuatan tim yang super itu, rasanya susah impian “indah” alih status itu bisa diraih. 

Pengalaman dipercaya sebagai Ketua STAIN Jember sejak 2012, diamanahi menjadi  Rektor IAIN Jember 2015 hingga 2021, dan menghantarkan alih status UIN KHAS Jember, kekuatan tim itu benar-benar teruji. Dan, Alhamdulillah, setelah alih status, pada hari Jumat 1 Oktober 2021, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas telah melantik saya menjadi Rektor UIN KHAS Jember di Jakarta. Suatu amanah yang tidak ringan.

Saya semakin yakin bahwa tanpa superteam, mustahil semua tantangan itu bisa dilalui dengan baik. Tentu saja, membangun kekuatan yang solid juga membutuhkan keseriusan, kesabaran, ketelatenan, dan ketegasan. Kalau diibaratkan “imam” dalam shalat berjamaah sebagai salah satu dari empat pilar pandangan KHAS (selain membaca Al Quran, melantunkan shalawat, dan tidak Dzalim), saya tidak berarti apa-apa tanpa adanya jamaah, yakni civitas akademika yang mendukung. 

Karena melibatkan banyak pihak, maka mengandalkan satu kekuatan tim saja dirasa masih kurang. Maka tim harus berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak agar tahapan, langkah, dan strategi meraih alih status itu bisa dilalui dengan baik. Tanpa superteam, kita pasti kesulitan dalam meraih cita-cita besar ini. Apalagi, tantangan UIN KHAS Jember kedepan akan semakin besar untuk menjadi universitas kelas dunia (world class university). 

 

Merawat Kebersamaan Superteam

Untuk itu, tim yang super ini harus dipertahankan terus mengingat tantangan UIN KHAS Jember kedepan bukanlah mudah. Tim civitas akademika dan tim kolaboratif lainnya harus terus bersinergi membangun kebersamaan agar kampus kita meraih predikat unggul dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebab, visi UIN KHAS Jember pada tahun 2030 adalah menjadi universitas Islam terkemuka di Asia Tenggara dengan kedalaman ilmu berbasis kearifan lokal untuk kemanusiaan dan peradaban. 

Visi ini sudah dipertimbangan dengan matang. Terkemuka di Asia Tenggara sudah dimulai sejak saat masih “berstatus” STAIN Jember  dan IAIN Jember melalui kerjasama berbagai perguruan tinggi di mancanegara, terutama Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, dan negara lainnya. Berbagai kegiatan penelitian kolaboratif internasional, pertukaran mahasiswa asing, seminar interasional, kerjasama Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat) sudah dilakukan dan harus ditingkatkan di masa-masa mendatang dengan skala yang lebih besar lagi. 

Alhamdulillah, tim yang super itu bekerja dengan baik. Maka, dalam alih status ini, tidak ada istilah  “Superman” karena hakikatnya keberhasilan menjadi UIN KHAS Jember ini  selalu melibatkan “Superteam” yang solid, mau berjuang, dan memiliki komitmen tinggi terhadap perubahan yang lebih baik.  Tim yang bekerja dengan super itulah hakikatnya superman. Ketika Museun Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatat saya sebagai pimpinan perguruan tinggi yang berhasil menaikkan dua kali status lembaganya pada peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021 lalu, ini bukti bahwa tim bekerja dengan super. Catatan Rekor MURI ke-10076 itu justru menunjukkan bahwa tim yang super itulah sejatinya Superman. Saya hanya menyiapkan “pintu” gerbang saja menuju rumah besar UIN KHAS Jember. 

Tentu saja, keberhasilan ini bukan tanpa kelemahan atau kekurangan. Penting disadari oleh semua pihak bahwa pilihan mengambil alih status bukan tanpa kendala, hambatan, tantangan, dan rintangan. Kritik dan saran dari berbagai pihak harys didengar, dimaknai, dan dipertimbangan untuk melangkah. Kritik adalah “bumbu sedap” dalam setiap perubahan. Untuk itu, kritik, saran, dan masukan dari civitas akademika dan berbagai pihak adalah modal membangun kesolidan tim. Hal ini membuktikan kolaborasi terjalin dengan baik. Seorang pemimpin tidak boleh alergi terhadap kritik, meskipun barangkali mungkin dirasakan pahit. Tetapi, yang diperlukan membangun daya nalar kritis yang konstruktif, bukan destruktif karena kita berada di ruang akademis. 

Melalui beragam kekuatan intelektual yang dimiliki, tantangan membangun kolaborasi akan terus diuji. Dengan semangat Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil alamin, InsyaAllah, kolaborasi itu akan terawat dengan baik dan disadari sebagai kebutuhan bersama. Melalui peran dan fungsinya masing-masing, kolaborasi akan menemukan hasilnya yang optimal. Kolaborasi bisa dibangun dengan berbagai pihak untuk melahirkan sumber daya manusia Indonesia yang “super” berkualitas. Sehingga civitas akademika UIN KHAS Jember akan terus memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa dalam mewujudkan perubahan yang lebih baik! 

 

*) Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM., Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Ketua Forum Rektor/ Ketua PTKIN Se-Indonesia. 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca