Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, dunia pendidikan banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut, bukan hanya pada hal yang bersifat negatif, namun justru melahirkan banyak hal yang bersifat positif. Pandemi Covid-19 telah menjadikan pendidikan di Indonesia semakin banyak melahirkan inovasi dan menumbuhkan kreativitas, baik bagi  peserta didik maupun pendidik.

Sejak 13 Juli 2020 sekolah sudah memasuki tahun ajaran baru, namun aktivitas pembelajaran secara tatap muka di sekolah masih belum dilakukan.  Sampai saat ini belum ada ketegasan kapan proses pembelajaran tatap muka di sekolah di mulai, meskipun kebijakan pemerintah sudah mengarah ke tatanan kenormalan baru. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama kementerian dalam negeri  (Kemendagri) telah melakukan evaluasi penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran 2020/2021 yang sudah berjalan.  Dari hasil evaluasi tersebut, Mendikbud menegaskan kembali pentingnya kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan di masa pandemi Covid-19. Masih tingginya tingkat penyebaran virus corona di berbagai daerah menyebabkan pemerintah tidak berani mengambil risiko menyelenggarakan pembelajaran secara tatap muka di sekolah.

Dengan demikian, pembelajaran jarak jauh  masih menjadi pilihan utama, meskipun masih banyak kendala yang dialami baik oleh  peserta didik maupun pendidik. Di sisi lain, pembelajaran di masa pandemi ini memberikan pengalaman yang luar biasa bagi peserta didik dan pendidik.  Pendidik yang sebelumnya acuh tak acuh dengan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), kini dipaksa untuk mau belajar. Demikian juga sekolah yang awalnya masih ragu, secara perlahan mulai belajar mengembangkan manajemen sekolah berbasis TIK.

 

Tantangan Pendidik dan Peserta Didik

Akibat pandemi Covid-19 yang tejadi sejak Maret 2020 lalu, seluruh proses pembelajaran di sekolah dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh. Proses pembelajaran dilakukan secara daring dari rumah masing-masing peserta didik. Dengan berubahnya kegiatan pembelajaran dari kebiasaan kegiatan pembelajaran melalui tatap muka di sekolah berubah menjadi pembelajaran jarak jauh menuntut pendidik untuk ikut bertransformasi menggali kreativitasnya dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang tersedia, seperti: Google Class Room, Zoom, Google Meet, dan lain-lainnya agar pembelajaran bisa tetap berlangsung. Tentunya hal ini memberikan nuansa yang berbeda, baik bagi peserta didik maupun pendidik.  Pembelajaran jarak jauh ini memberikan tantangan tersendiri bagi pendidik dalam merancang kegiatan pembelajaran.

Aktivitas pembelajaran yang dirancang oleh pendidik seyogianya mampu mengembangkan kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi, kecakapan kreativitas dan inovasi. Aktivitas pembelajaran juga harus menargetkan tercapainya kecakapan abad ke-21 yang mengintegrasikan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan teknologi, informasi, dan komunikasi, meskipun dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Oleh karena itu, dalam merancang kegiatan pembelajaran, hendaknya pendidik memanfaatkan strategi yang mampu menumbuhkan kecakapan abad ke-21.

Untuk mengembangkan pembelajaran abad ke-21, pendidik harus memulai langkah perubahan yang hal ini merupakan prinsip dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pendidik meliputi: (1) Mengubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak lagi dituntut untuk mendengar dan menghafal, tetapi peserta didik dituntut untuk mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berpikirnya. Peserta didik juga perlu diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat. (2) Peserta didik harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda latar belakang budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, peserta didik perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-temannya. (3) Materi pembelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidik membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai dan makna dari hal-hal yang sedang dipelajari dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. (4) Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.

Guna mewujudkan pembelajaran abad ke-21 ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian. (1) Peran utama pendidik adalah merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam merancang RPP pendidik harus mampu mengkombinasikan antara target yang diharapkan dalam kurikulum nasional, pengembangan kecakapan abad ke-21, dan pemanfaatan teknologi di dalam pembelajaran. (2) Memasukkan unsur berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thingking/HOTS). Pendidik dituntut untuk mampu memberikan tugas pada tingkat aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Dengan hal ini diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis. (3) Menerapkan pola pendekatan dan model      pembelajaran yang bervariasi. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan antara lain  pembelajaran inquiry, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis projek. (4) Integrasi teknologi sekolah. Pendidik dan peserta didik harus mempunyai akses teknologi yang baik. Selain itu, pendidik dan peserta didik juga harus mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran.

Dalam mewujudkan pembelajaran abad ke-21 di tengah pandemi Covid-19, setidaknya ada lima keterampilan yang harus dimiliki oleh pendidik. Pertama, keterampilan berpikir kritis. Keterampilan ini merupakan keterampilan fundamental pada pembelajaran abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis ini mencakup kemampuan mengakses dan  menganalisis informasi. Kedua, keterampilan pemecahan masalah. Keterampilan memecahkan masalah mencakup ketrampilan mengidentifikasi, mencari, memilih, mengevaluasi, dan mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan informasi. Pendidik harus memiliki kemampuan untuk mencari berbagai solusi dari sudut pandang yang berbeda dalam memecahkan masalah yang kompleks. Ketiga, keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas, sedangkan kemampuan kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Keempat, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Dengan memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif diharapkan pendidik dapat menerapkan ide-ide baru dalam proses pembelajaran sehingga dapat memacu peserta didik untuk berpikir kreatif dan inovatif. Kelima, literasi teknologi dan informasi. Literasi teknologi dan informasi mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi, dan memanfaatkan teknologi dan informasi dalam pembelajaran. Literasi teknologi dan informasi memiliki pengaruh yang besar dalam pemerolehan keterampilan lain yang diperlukan pada kehidupan di abad ke-21. Pendidik diharapkan mampu memperoleh banyak referensi dalam pemanfaatan teknologi dan informasi guna menunjang proses pembelajaran

Akhirnya, tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 menjadi salah satu pendorong bagi pendidik untuk menguasai dan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis TIK merupakan hal penting dalam transformasi pembelajaran abad ke-21, sehingga kemampuan TIK pendidik menjadi persyaratan utama dalam pembelajaran abad ke-21.

Kondisi pandemi mengajarkan banyak hal, termasuk mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Kondisi pandemi menjadi pendorong terwujudnya pembelajaran abad ke-21. Kita berharap pandemi Covid-19 ini segera berlalu, sehingga pembelajaran secara normal melalui tatap muka di sekolah dengan memanfaatkan TIK dapat segera terwujud. Tidak ada yang lebih efektif yang bisa menggantikan interaksi pembelajaran melalui tatap muka di sekolah.

 

*) Dr. Hj. St. Mislikhah, M.Ag., Dosen Pascasarjana IAIN Jember dan Ketua Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah S2 Pascasarjana IAIN Jember