23.3 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Pengawas Polije Temukan Dugaan Joki

Kampus Perketat Pengawasan UTBK Daring

Mobile_AP_Rectangle 1

SUMBERSARI, RADARJEMBER.ID – Siang kemarin (28/7), di Gedung Asah Asih Asuh Politeknik Negeri Jember (Polije), pandangan Dwi Yoga tidak lepas dari komputer jinjing. Sebagai pengawas Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) jalur mandiri Polije, dia memantau gerak-gerik mencurigakan peserta ujian daring tersebut. Bahkan, dalam ujian yang diikuti, setidaknya 700 calon mahasiswa baru itu ditemukan dugaan memakai joki. Yaitu peserta ujian semestinya perempuan, tapi yang mengerjakan laki-laki.

“Ada satu yang dikeluarkan dari UTBK jalur mandiri ini. Karena antara peserta dan yang mengerjakan berbeda orang,” ucap Mahsus Nurmanto, Humas Polije. Dia menjelaskan, dalam ujian daring ini, sebelum memulai ujian, peserta wajib menunjukan kartu peserta beserta identitas. Saat pengecekan inilah, kata dia, ditemukan perbedaan antara kartu peserta yang fotonya seorang perempuan, tapi justru yang berada di depan kamera atau yang mengerjakan seorang laki-laki.

Dwi Yoga mengaku terus memantau gerak-gerik peserta yang mencurigakan itu. Setiap satu sampai dua menit, dirinya melakukan klik satu peserta. “Dari mata itu bisa kelihatan. Mana peserta yang mengerjakan serius, tidak bisa mengerjakan, hanya pasrah, atau melakukan kecurangan,” ucapnya. Bila ada kamera peserta menutupi suasana peserta ujian, maka dirinya langsung berkirim pesan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Wakil Direktur 1 Polije Surateno mengatakan, pihaknya memberikan relaksasi untuk memudahkan akses bagi semua calon mahasiswa baru. Hal ini juga untuk memastikan keamanan di dalam pelaksanaan ujian dari penularan Covid-19. “Biasanya kami melakukan secara langsung dan dilakukan di dalam kampus seperti pelaksanaan UTBK pada umumnya. Namun, karena kondisinya masih PPKM, jadi kami laksanakan secara daring penuh,” ungkapnya kepada wartawan.

Surateno mengatakan, untuk mengantisipasi kecurangan, pihaknya sudah memastikan para calon mahasiswa mengaktifkan fasilitas streaming dua arah. “Dengan model daring penuh, memang kami memahami ada potensi-potensi kecurangan itu. Makanya di dalam sesi ujian kami harus memastikan bahwa peserta itu mengaktifkan fasilitas streaming dua arahnya melalui Zoom,” imbuhnya.

Dengan begitu, lanjut dia, aktivitas yang dilakukan oleh calon mahasiswa pada saat mengerjakan ujian dapat terlihat oleh pengawas. “Dalam satu layar, face-nya harus terbuka, dan aktivitasnya harus terlihat. Jika dirasa ada potensi kecurangan, maka pengawas akan langsung menegur,” pungkasnya.

Reporter : Dwi Siswanto

Fotografer : Dwi Siswanto

Editor : Mahrus Sholih

- Advertisement -

SUMBERSARI, RADARJEMBER.ID – Siang kemarin (28/7), di Gedung Asah Asih Asuh Politeknik Negeri Jember (Polije), pandangan Dwi Yoga tidak lepas dari komputer jinjing. Sebagai pengawas Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) jalur mandiri Polije, dia memantau gerak-gerik mencurigakan peserta ujian daring tersebut. Bahkan, dalam ujian yang diikuti, setidaknya 700 calon mahasiswa baru itu ditemukan dugaan memakai joki. Yaitu peserta ujian semestinya perempuan, tapi yang mengerjakan laki-laki.

“Ada satu yang dikeluarkan dari UTBK jalur mandiri ini. Karena antara peserta dan yang mengerjakan berbeda orang,” ucap Mahsus Nurmanto, Humas Polije. Dia menjelaskan, dalam ujian daring ini, sebelum memulai ujian, peserta wajib menunjukan kartu peserta beserta identitas. Saat pengecekan inilah, kata dia, ditemukan perbedaan antara kartu peserta yang fotonya seorang perempuan, tapi justru yang berada di depan kamera atau yang mengerjakan seorang laki-laki.

Dwi Yoga mengaku terus memantau gerak-gerik peserta yang mencurigakan itu. Setiap satu sampai dua menit, dirinya melakukan klik satu peserta. “Dari mata itu bisa kelihatan. Mana peserta yang mengerjakan serius, tidak bisa mengerjakan, hanya pasrah, atau melakukan kecurangan,” ucapnya. Bila ada kamera peserta menutupi suasana peserta ujian, maka dirinya langsung berkirim pesan.

Wakil Direktur 1 Polije Surateno mengatakan, pihaknya memberikan relaksasi untuk memudahkan akses bagi semua calon mahasiswa baru. Hal ini juga untuk memastikan keamanan di dalam pelaksanaan ujian dari penularan Covid-19. “Biasanya kami melakukan secara langsung dan dilakukan di dalam kampus seperti pelaksanaan UTBK pada umumnya. Namun, karena kondisinya masih PPKM, jadi kami laksanakan secara daring penuh,” ungkapnya kepada wartawan.

Surateno mengatakan, untuk mengantisipasi kecurangan, pihaknya sudah memastikan para calon mahasiswa mengaktifkan fasilitas streaming dua arah. “Dengan model daring penuh, memang kami memahami ada potensi-potensi kecurangan itu. Makanya di dalam sesi ujian kami harus memastikan bahwa peserta itu mengaktifkan fasilitas streaming dua arahnya melalui Zoom,” imbuhnya.

Dengan begitu, lanjut dia, aktivitas yang dilakukan oleh calon mahasiswa pada saat mengerjakan ujian dapat terlihat oleh pengawas. “Dalam satu layar, face-nya harus terbuka, dan aktivitasnya harus terlihat. Jika dirasa ada potensi kecurangan, maka pengawas akan langsung menegur,” pungkasnya.

Reporter : Dwi Siswanto

Fotografer : Dwi Siswanto

Editor : Mahrus Sholih

SUMBERSARI, RADARJEMBER.ID – Siang kemarin (28/7), di Gedung Asah Asih Asuh Politeknik Negeri Jember (Polije), pandangan Dwi Yoga tidak lepas dari komputer jinjing. Sebagai pengawas Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) jalur mandiri Polije, dia memantau gerak-gerik mencurigakan peserta ujian daring tersebut. Bahkan, dalam ujian yang diikuti, setidaknya 700 calon mahasiswa baru itu ditemukan dugaan memakai joki. Yaitu peserta ujian semestinya perempuan, tapi yang mengerjakan laki-laki.

“Ada satu yang dikeluarkan dari UTBK jalur mandiri ini. Karena antara peserta dan yang mengerjakan berbeda orang,” ucap Mahsus Nurmanto, Humas Polije. Dia menjelaskan, dalam ujian daring ini, sebelum memulai ujian, peserta wajib menunjukan kartu peserta beserta identitas. Saat pengecekan inilah, kata dia, ditemukan perbedaan antara kartu peserta yang fotonya seorang perempuan, tapi justru yang berada di depan kamera atau yang mengerjakan seorang laki-laki.

Dwi Yoga mengaku terus memantau gerak-gerik peserta yang mencurigakan itu. Setiap satu sampai dua menit, dirinya melakukan klik satu peserta. “Dari mata itu bisa kelihatan. Mana peserta yang mengerjakan serius, tidak bisa mengerjakan, hanya pasrah, atau melakukan kecurangan,” ucapnya. Bila ada kamera peserta menutupi suasana peserta ujian, maka dirinya langsung berkirim pesan.

Wakil Direktur 1 Polije Surateno mengatakan, pihaknya memberikan relaksasi untuk memudahkan akses bagi semua calon mahasiswa baru. Hal ini juga untuk memastikan keamanan di dalam pelaksanaan ujian dari penularan Covid-19. “Biasanya kami melakukan secara langsung dan dilakukan di dalam kampus seperti pelaksanaan UTBK pada umumnya. Namun, karena kondisinya masih PPKM, jadi kami laksanakan secara daring penuh,” ungkapnya kepada wartawan.

Surateno mengatakan, untuk mengantisipasi kecurangan, pihaknya sudah memastikan para calon mahasiswa mengaktifkan fasilitas streaming dua arah. “Dengan model daring penuh, memang kami memahami ada potensi-potensi kecurangan itu. Makanya di dalam sesi ujian kami harus memastikan bahwa peserta itu mengaktifkan fasilitas streaming dua arahnya melalui Zoom,” imbuhnya.

Dengan begitu, lanjut dia, aktivitas yang dilakukan oleh calon mahasiswa pada saat mengerjakan ujian dapat terlihat oleh pengawas. “Dalam satu layar, face-nya harus terbuka, dan aktivitasnya harus terlihat. Jika dirasa ada potensi kecurangan, maka pengawas akan langsung menegur,” pungkasnya.

Reporter : Dwi Siswanto

Fotografer : Dwi Siswanto

Editor : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca