JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kampus Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember menjadi salah satu perguruan tinggi agama di Indonesia yang ditunjuk sebagai lokasi pendidikan profesi guru (PPG). Kegiatan itu berlangsung dua gelombang. Pertama, pada Juni hingga September, dan gelombang kedua mulai September hingga Desember. Dalam praktiknya, semua pembelajaran dilakukan secara daring.
Salah satu instruktur PPG UIN KHAS Jember Mu’niah mengungkapkan, ada empat bidang studi dalam PPG tersebut. Yaitu pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (PGMI), fiqih, aqidah, dan pendidikan agama islam (PAI) sekolah. Menurutnya, seleksi PPG ini sangat ketat. Bagi pendaftar yang ijazahnya tidak linier dengan bidang studi yang dipilih, mereka akan ditolak.
Mu’niah mencontohkan, untuk bidang studi PAI, misalnya, dari 131 kuota yang tersedia, ada dua guru yang dinyatakan gugur. Pertama, karena mengundurkan diri, sedangkan yang kedua ditolak karena ijazahnya tidak linier dengan pilihan program studi di PPG. “Yang bersangkutan tidak linier dengan rumpun Prodi PAI. Karena S-1-nya adalah Bahasa Arab,” katanya, saat ditemui di kantor Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN KHAS Jember, kemarin (23/6).
Dekan FTIK UIN KHAS itu menjelaskan, kesesuaian berkas juga telah melalui tahapan pengecekan yang ketat di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang menjadi penyelenggara. Kendati begitu, pihaknya tetap turut melakukan validasi berkas pengajuan calon peserta PPG. “LPTK sebagai penyelenggara memperketat dengan memverifikasi. Kami diberi tugas untuk memvalidasi lagi,” tuturnya.
Mu’niah menjelekan, hingga saat ini gelombang kedua untuk program studi PAI hanya terisi 129. Sedangkan kuota gelombang kedua masih belum turun. Sementara, untuk peserta PGMI terdapat 125 orang pada gelombang pertama, dan pada gelombang kedua terjaring 100 peserta. “Peserta PGMI ini ada tiga yang ditolak. Juga karena ijazah tidak linier,” paparnya.
Dia menambahkan, proses PPG nanti sepenuhnya menggunakan sistem daring. Hal ini diyakininya tidak memengaruhi efektivitas pembelajaran. Sebab, melalui metode ini, peserta PPG justru lebih leluasa untuk mengeksplorasi materi pembelajaran. “Untuk mengukur efektif tidaknya sebelum mendapat modul, mereka mendapat pre-test dulu. Banyak tes yang dilalui. Dari situ bisa tahu efektif tidaknya pembelajaran,” pungkasnya.
Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Redaktur : Mahrus Sholih