23.5 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Pendidikan Seks Bukan Hanya Tugas Orang Tua

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pernikahan dini di Kabupaten Jember masih cukup tinggi. Menurut data yang dihimpun Kementerian Agama Jember, sepanjang tahun 2020 jumlah remaja perempuan yang menikah di bawah usia 19 tahun mencapai 664 kasus. Sedangkan kasus pernikahan remaja laki-laki mencapai 402 kasus.

Ketua Pusat Studi Gender Universitas Jember (PSG Unej) Linda Dwi Eriyanti mengatakan, salah satu penyebab tingginya pernikahan dini adalah kurangnya pendidikan seks bagi remaja. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Seharusnya, Linda memaparkan, mereka mulai mengetahui pendidikan untuk masa depan mereka. Tak hanya orang tua, guru dan orang-orang yang berdampingan dengan remaja juga memiliki tanggungjawab memberikan edukasi tentang seks. Namun, masih banyak dari mereka yang mengabaikan tanggungjawab tersebut karena dianggap sebagai hal yang tabu.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Akhirnya remaja penasaran, dan browsing sendiri di internet karena tak mendapatkan pembelajaran dari orang yang lebih tua,” katanya saat ditemui dalam acara Jember SAE yang digelar Polres Jember, belum lama ini.

Linda melanjutkan, semua elemen masyarakat seharusnya bersinergi untuk memberikan edukasi tentang seks bagi remaja. Khususnya bagi mereka yang tinggal di perdesaan. Sebab di desa, sebagian orang tua tak sadar akan tanggung jawab tersebut. Bahkan mendukung anaknya untuk menikah di usia dini. “Misal mereka percaya kiai, berarti harus kiai yang mengatakan bahwa pernikahan dini itu tidak boleh,” ujarnya.

Apalagi masyarakat desa juga cenderung mengabaikan jika yang memberi edukasi tersebut hanya berasal dari orang-orang yang jauh dari mereka. Seperti dari kepolisian, pengadilan agama, atau Kemenag.

Sementara itu, Ketua Bunda Generasi Berencana (Genre) Jember Kasih Fajarini mengatakan, pihaknya akan menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk melakukan peranan tersebut. Dan yang paling utama adalah bagi mereka yang berada di lingkungan perdesaan. “Kami akan turun dan bersinergi dengan masyarakat secara langsung untuk menyampaikan edukasi tersebut,” pungkasnya.

 

Reporter: mg1
Fotografer: mg1
Editor: Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pernikahan dini di Kabupaten Jember masih cukup tinggi. Menurut data yang dihimpun Kementerian Agama Jember, sepanjang tahun 2020 jumlah remaja perempuan yang menikah di bawah usia 19 tahun mencapai 664 kasus. Sedangkan kasus pernikahan remaja laki-laki mencapai 402 kasus.

Ketua Pusat Studi Gender Universitas Jember (PSG Unej) Linda Dwi Eriyanti mengatakan, salah satu penyebab tingginya pernikahan dini adalah kurangnya pendidikan seks bagi remaja. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Seharusnya, Linda memaparkan, mereka mulai mengetahui pendidikan untuk masa depan mereka. Tak hanya orang tua, guru dan orang-orang yang berdampingan dengan remaja juga memiliki tanggungjawab memberikan edukasi tentang seks. Namun, masih banyak dari mereka yang mengabaikan tanggungjawab tersebut karena dianggap sebagai hal yang tabu.

“Akhirnya remaja penasaran, dan browsing sendiri di internet karena tak mendapatkan pembelajaran dari orang yang lebih tua,” katanya saat ditemui dalam acara Jember SAE yang digelar Polres Jember, belum lama ini.

Linda melanjutkan, semua elemen masyarakat seharusnya bersinergi untuk memberikan edukasi tentang seks bagi remaja. Khususnya bagi mereka yang tinggal di perdesaan. Sebab di desa, sebagian orang tua tak sadar akan tanggung jawab tersebut. Bahkan mendukung anaknya untuk menikah di usia dini. “Misal mereka percaya kiai, berarti harus kiai yang mengatakan bahwa pernikahan dini itu tidak boleh,” ujarnya.

Apalagi masyarakat desa juga cenderung mengabaikan jika yang memberi edukasi tersebut hanya berasal dari orang-orang yang jauh dari mereka. Seperti dari kepolisian, pengadilan agama, atau Kemenag.

Sementara itu, Ketua Bunda Generasi Berencana (Genre) Jember Kasih Fajarini mengatakan, pihaknya akan menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk melakukan peranan tersebut. Dan yang paling utama adalah bagi mereka yang berada di lingkungan perdesaan. “Kami akan turun dan bersinergi dengan masyarakat secara langsung untuk menyampaikan edukasi tersebut,” pungkasnya.

 

Reporter: mg1
Fotografer: mg1
Editor: Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pernikahan dini di Kabupaten Jember masih cukup tinggi. Menurut data yang dihimpun Kementerian Agama Jember, sepanjang tahun 2020 jumlah remaja perempuan yang menikah di bawah usia 19 tahun mencapai 664 kasus. Sedangkan kasus pernikahan remaja laki-laki mencapai 402 kasus.

Ketua Pusat Studi Gender Universitas Jember (PSG Unej) Linda Dwi Eriyanti mengatakan, salah satu penyebab tingginya pernikahan dini adalah kurangnya pendidikan seks bagi remaja. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Seharusnya, Linda memaparkan, mereka mulai mengetahui pendidikan untuk masa depan mereka. Tak hanya orang tua, guru dan orang-orang yang berdampingan dengan remaja juga memiliki tanggungjawab memberikan edukasi tentang seks. Namun, masih banyak dari mereka yang mengabaikan tanggungjawab tersebut karena dianggap sebagai hal yang tabu.

“Akhirnya remaja penasaran, dan browsing sendiri di internet karena tak mendapatkan pembelajaran dari orang yang lebih tua,” katanya saat ditemui dalam acara Jember SAE yang digelar Polres Jember, belum lama ini.

Linda melanjutkan, semua elemen masyarakat seharusnya bersinergi untuk memberikan edukasi tentang seks bagi remaja. Khususnya bagi mereka yang tinggal di perdesaan. Sebab di desa, sebagian orang tua tak sadar akan tanggung jawab tersebut. Bahkan mendukung anaknya untuk menikah di usia dini. “Misal mereka percaya kiai, berarti harus kiai yang mengatakan bahwa pernikahan dini itu tidak boleh,” ujarnya.

Apalagi masyarakat desa juga cenderung mengabaikan jika yang memberi edukasi tersebut hanya berasal dari orang-orang yang jauh dari mereka. Seperti dari kepolisian, pengadilan agama, atau Kemenag.

Sementara itu, Ketua Bunda Generasi Berencana (Genre) Jember Kasih Fajarini mengatakan, pihaknya akan menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk melakukan peranan tersebut. Dan yang paling utama adalah bagi mereka yang berada di lingkungan perdesaan. “Kami akan turun dan bersinergi dengan masyarakat secara langsung untuk menyampaikan edukasi tersebut,” pungkasnya.

 

Reporter: mg1
Fotografer: mg1
Editor: Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca