RADAR JEMBER.ID – Politeknik Negeri Jember (Polije) menyambut baik adanya upaya pemerintah mengoptimalkan Diaspora Indonesia. Mereka yang berkarya di luar negeri berkontribusi ke negara melalui bidang pendidikan ataupun sains. Seperti kedatangan Dr Salahudin Wahidin, dosen Macquarie University, Australia, ke Polije Rabu (21/8).
Kedatangan Dr Salahudin dikemas dengan sharing ilmu dan diskusi bersama dosen Polije dan dosen Politeknik Negeri Lampung (Polinema). Dia memberikan arahan dan solusi pada dosen yang ingin mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri atau penelitian dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Dia merupakan dosen di luar negeri sejak 2011. Selama mengajar di Australia, menurutnya, ada perbedaan cara berpikir orang luar negeri dengan orang Asia atau Indonesia pada umumnya. “Sebenarnya kampus di luar negeri dengan Indonesia itu sama kualitasnya, yang membedakan adalah pakai bahasa Inggris dan mereka lebih kritis,” ucapnya.
Berpikir lebih kritis tersebut, tambah dia, karena anak-anak di sana sudah diajarkan kritis. “Kalau di Indonesia, tugas anak sekolah banyak merangkum. Kalau di sana, tidak sekadar merangkum, tapi apa yang harus dilakukan nanti,” paparnya.
Dia menjelaskan, program ini tujuannya berkontribusi pada Indonesia melalui keahlian. “Diaspora melalui Kementristekdikti sejak 2016, kami menyambut baik iktikad baik itu untuk berkontribusi ke negara,” tambahnya.
Bahkan, lanjut dia, tidak hanya diaspora bergelar profesor saja yang dilibatkan, orang Indonesia yang baru berkarir pun dilibatkan. Salahudin mengaku, jumlah diaspora itu ada 8 hingga 9 juta orang. “Jumlah itu hanya estimasi, Kemenlu (Kementerian Luar Negeri, Red) mencoba memakai kartu diaspora juga,” imbuhnya.
Jumlah diaspora Indonesia juga banyak di beberapa negara. Saat pertemuan, ternyata orang Indonesia yang bekerja dosen atau tenaga ahli itu banyak dan menyebar di tiap negara. “Amerika ada, Jepang ada, dan lainnya,” tutur dosen yang ahli di bidang demografi tersebut.
Wakil Direktur (Wadir) Polije Bidang Umum dan Keuangan Ir Abi Bakri MSi menambahkan, program seperti ini dalam rangka meningkatkan kualitas dan sudah banyak menjalin kerja sama. “Seperti ada program dobel gelar, dan kerja sama di kampus luar negeri, tapi masih tingkat Asia. Seperti dari Korea Selatan, Thailand, Tiongkok, dan Taiwan,” pungkasnya. (*)