JEMBER, RADARJEMBER.ID – GELAK tawa siswa pagi itu memecah keheningan Desa Sukowono. Maklum, siswa yang biasanya hanya diam dan belajar di ruang kelas, saat itu bisa keluar sekolah. Sejak keluar gerbang, mereka pun bernyanyi menuju rumah seorang pedagang bakso.
Adalah siswa SMPN 3 Sukowono yang pagi itu terdengar riuh. Mereka senang karena gurunya mengajak langsung mendatangi rumah pedagang bakso. Ini untuk menjalankan Program Kelas Inovasi Hadirkan Akselerasi Mengajar (Ki Hajar). Melalui program itu, siswa akan belajar langsung dengan warga yang sudah pengalaman di bidangnya. Kali ini, sekolah akan mengenalkan dunia entrepreneur. Yaitu, belajar membuat bakso.
Rumah yang dikunjungi siswa ini tak lain adalah rumah wali murid, Dayat, 42. Setiap hari dia dikenal sebagai pedagang bakso bersama istrinya, Faiqotul Hasanah, 37. Sesampainya di situ, siswa langsung diajak masuk ke dapur. Dayat dan istrinya kemudian menjelaskan proses pembuatan pentol, racikan bumbu, hingga bakso siap disajikan.
Siswa sekolah ini, Farhan dan Rohimah, mengaku penasaran dengan cara pembuatan bakso. Keduanya serta siswa lain pun langsung diajari mengolah adonan bakso. Di dapur itu, siswa yang lebih dulu memegang adonan sempat bercanda dengan temannya. Sang guru yang mendampingi juga tersenyum dan meminta agar siswa membuat pentol yang bentuknya bulat-bulat.
Sebelum ada arahan dari Dayat dan istrinya, pentol yang dibuat dengan cara manual bentuknya tak langsung bulat. Ada teknik yang tak dipahami siswa, sehingga di dapur rumah sederhana itu mereka tercerahkan. Pentol yang dibentuk dengan tangan dan sendok pun seketika bulat. “Saya bisa membuat jadi bulat,” kata Rohimah.
Belajar bak bermain inilah yang membuat siswa senang. Tak ada rasa jenuh saat itu. Bahkan, ketika pentol sudah dimasak, ada saja siswa yang mencicipinya, tanpa kuah, dan tidak dicampur saus, kecap, ataupun mi. “Rasanya enak, sama seperti yang dijual,” ucap siswa lainnya.
Kepala SMPN 3 Sukowono Hadi Susanto menyebut, kreativitas siswa tak hanya diperoleh di dalam kelas. Menurutnya, siapa pun bisa menjadi guru dan tempat apa pun bisa menjadi sarana mencari ilmu. Konsep ini yang digencarkan di sekolahnya, guna membangun karakter siswa. “Salah satunya berkolaborasi dengan warga. Seperti di rumah pedagang bakso ini. Apalagi sempat viral di media sosial,” katanya.
Hadi menambahkan, siswanya belajar membuat pentol atau bakso secara langsung kepada pedagang, hingga kiat-kiat khusus menarik konsumen. Mereka diberi ruang untuk melihat, mengamati, bertanya, dan praktik secara nyata agar memahami proses pembuatan bakso. “Kebetulan dia juga wali murid. Jadi, mereka bisa belajar lebih maksimal tentang cara membuat bakso,” katanya.
Dia menjelaskan, program ini dimaksudkan untuk membangun dan menggugah bakat siswa tentang entrepreneur. Dikemas dengan edupreneur. Setidaknya, siswa mempunyai gambaran tentang wirausaha. Mulai dari pembuatan, mengelola barang, sampai pemasarannya. “Kami kolaborasi dengan warga yang memang pintar. Paling tidak, mereka mempunyai bekal untuk wirausaha nantinya,” imbuhnya.
Menurutnya, kegiatan ini bukan satu-satunya inovasi dari lembaga pelat merah tersebut. Banyak kegiatan lain untuk menunjang bakat dan minat belajar siswa. “Ada juga program tanam sayur sebagai bentuk pembelajaran untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan. Ini menjadi upaya kami untuk memberikan pembelajaran dan pengalaman terbaik bagi siswa,” pungkasnya. (c2/nur)