28.4 C
Jember
Thursday, 23 March 2023

Pendidikan Gratis, Turut Mencegah Nikah Dini

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pondok Pesantren Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, Jember, berdiri sejak 2014 lalu. Selama kurang dari 10 tahun sampai sekarang, pesantren tersebut menjadi wadah menimba ilmu masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan misi berdirinya pesantren oleh Kiai Halim Soebahar, sang pengasuh. Hadirnya ponpes tersebut paling tidak bisa mengurangi angka putus sekolah di Jember.

Baca Juga : Kasus Kekerasan Anak Diawali dari Smartphone

Di berbagai wilayah pedalaman Jember, tidak tertutup kemungkinan kesadaran pendidikan masyarakat masih rendah. Termasuk putus sekolah di usia yang masih remaja. “Dulu daerah sekitar sini masih banyak masyarakat yang menikahkan anaknya di usia muda, sehingga sekolahnya putus,” kata Nyai Hamdanah, istri Kiai Halim Soebahar, Pengasuh Pesantren (Ponpes) Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari.

Mobile_AP_Rectangle 2

Kondisi tersebut yang mendorong Kiai Halim Soebahar membangun pesantren sebagai wadah menimba ilmu bagi masyarakat setempat. Tahun 2014 pada awal berdirinya, Ponpes Shofa Marwa telah mendirikan SMP dan SMK. “Pada tahun itu juga kami mendirikan sekolah formal, SMP dan SMK. Alhamdulillah bisa sedikit membangun kesadaran pendidikan bagi warga setempat,” jelasnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Lebih jauh, pesantren Shofa Marwa tidak meminta iuran apa pun dari santri. Pihak pesantren menggratiskan semua fasilitas dan biaya pondok lainnya. Sebab, keberadaannya adalah membantu masyarakat agar juga merasakan pendidikan. “Semua program pendidikan di sini gratis. Tidak dipungut biaya. Harapan awal berdirinya pesantren ini memang untuk mewadahi masyarakat agar sama-sama tahu rasanya sekolah,” tambahnya.

“Saya mondok di sini sudah enam tahun. Sejak masih belum kuliah. Mungkin bisa dikatakan santri tertua ya, dan sampai sekarang program serta fasilitas di pesantren ini tetap gratis,” kata Fitriyatul Hasanah, salah satu santri yang juga pengurus Pesantren Shofa Marwa.  Menurutnya, Pesantren Shofa Marwa tidak hanya mendidik siswa, namun juga mahasiswa yang menimba ilmu di pesantren tersebut.

Fokus Ngaji Alquran Selama Ramadan

Selama Ramadan, semua santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, difokuskan mengaji Alquran. Mulai dari bakda Subuh hingga malam seusai salat Tarawih. Sementara itu, kegiatan pengajian kitab kuning di pesantren tersebut diliburkan.

Suasana kegiatan Ramadan di pesantren selalu menjadi gambaran kehidupan religius, terutama di bulan suci ini. Para pemukim di dalamnya melakukan aktivitas keagamaan setiap hari.  ulai dari salat berjamaah, mengaji bersama, serta kegiatan sosial keagamaan lainnya. Sebagaimana yang terjadi di Ponpes Shofa Marwa, selain kewajiban sekolah formal, santri harus mengikuti salat berjamaah dan membaca Alquran setiap harinya.

“Selama Ramadan, sekolah formal SMK dan SMP di pesantren ini tetap masuk seperti biasa, dan kegiatan khusus di bulan ini adalah mengaji Alquran setiap hari,” jelas Abdurrahman Fadil, pengurus Pesantren Shofa Marwa tersebut. Menurutnya, pengajian kitab kuning seperti biasa diliburkan agar santri fokus membaca Alquran selama Ramadan.

Hal ini menegaskan Ramadan dengan kemuliaan bulannya harus disambut dengan suasana kegiatan keagamaan yang maksimal. Tak heran jika rata-rata pesantren membuat kegiatan khusus selama bulan ini, termasuk meningkatkan waktu bacaan Alquran. “Dari setelah Subuh, kami ngaji bersama sampai menjelang Duha. Setelah itu, santri melanjutkan ngaji seusai salat jamaah Asar hingga menjelang buka puasa. Kemudian, dilanjut setelah Tarawih,” terangnya.

Kegiatan ini berlaku untuk semua santri, baik santri putra maupun putri di Pesantren Shofa Marwa. “Saya pengurus santriwan dan santriwati, semua kegiatannya sama, tapi masjidnya berbeda,” tambah Fadil, santri asal Banyuwangi.

Selain itu, pesantren yang mempunyai sekolah formal SMK dan SMP tersebut kerap melakukan buka bersama para santri. Uniknya, para santri masih memasak menggunakan alat-alat tradisional. (mg4/c2/nur)

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pondok Pesantren Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, Jember, berdiri sejak 2014 lalu. Selama kurang dari 10 tahun sampai sekarang, pesantren tersebut menjadi wadah menimba ilmu masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan misi berdirinya pesantren oleh Kiai Halim Soebahar, sang pengasuh. Hadirnya ponpes tersebut paling tidak bisa mengurangi angka putus sekolah di Jember.

Baca Juga : Kasus Kekerasan Anak Diawali dari Smartphone

Di berbagai wilayah pedalaman Jember, tidak tertutup kemungkinan kesadaran pendidikan masyarakat masih rendah. Termasuk putus sekolah di usia yang masih remaja. “Dulu daerah sekitar sini masih banyak masyarakat yang menikahkan anaknya di usia muda, sehingga sekolahnya putus,” kata Nyai Hamdanah, istri Kiai Halim Soebahar, Pengasuh Pesantren (Ponpes) Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari.

Kondisi tersebut yang mendorong Kiai Halim Soebahar membangun pesantren sebagai wadah menimba ilmu bagi masyarakat setempat. Tahun 2014 pada awal berdirinya, Ponpes Shofa Marwa telah mendirikan SMP dan SMK. “Pada tahun itu juga kami mendirikan sekolah formal, SMP dan SMK. Alhamdulillah bisa sedikit membangun kesadaran pendidikan bagi warga setempat,” jelasnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Lebih jauh, pesantren Shofa Marwa tidak meminta iuran apa pun dari santri. Pihak pesantren menggratiskan semua fasilitas dan biaya pondok lainnya. Sebab, keberadaannya adalah membantu masyarakat agar juga merasakan pendidikan. “Semua program pendidikan di sini gratis. Tidak dipungut biaya. Harapan awal berdirinya pesantren ini memang untuk mewadahi masyarakat agar sama-sama tahu rasanya sekolah,” tambahnya.

“Saya mondok di sini sudah enam tahun. Sejak masih belum kuliah. Mungkin bisa dikatakan santri tertua ya, dan sampai sekarang program serta fasilitas di pesantren ini tetap gratis,” kata Fitriyatul Hasanah, salah satu santri yang juga pengurus Pesantren Shofa Marwa.  Menurutnya, Pesantren Shofa Marwa tidak hanya mendidik siswa, namun juga mahasiswa yang menimba ilmu di pesantren tersebut.

Fokus Ngaji Alquran Selama Ramadan

Selama Ramadan, semua santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, difokuskan mengaji Alquran. Mulai dari bakda Subuh hingga malam seusai salat Tarawih. Sementara itu, kegiatan pengajian kitab kuning di pesantren tersebut diliburkan.

Suasana kegiatan Ramadan di pesantren selalu menjadi gambaran kehidupan religius, terutama di bulan suci ini. Para pemukim di dalamnya melakukan aktivitas keagamaan setiap hari.  ulai dari salat berjamaah, mengaji bersama, serta kegiatan sosial keagamaan lainnya. Sebagaimana yang terjadi di Ponpes Shofa Marwa, selain kewajiban sekolah formal, santri harus mengikuti salat berjamaah dan membaca Alquran setiap harinya.

“Selama Ramadan, sekolah formal SMK dan SMP di pesantren ini tetap masuk seperti biasa, dan kegiatan khusus di bulan ini adalah mengaji Alquran setiap hari,” jelas Abdurrahman Fadil, pengurus Pesantren Shofa Marwa tersebut. Menurutnya, pengajian kitab kuning seperti biasa diliburkan agar santri fokus membaca Alquran selama Ramadan.

Hal ini menegaskan Ramadan dengan kemuliaan bulannya harus disambut dengan suasana kegiatan keagamaan yang maksimal. Tak heran jika rata-rata pesantren membuat kegiatan khusus selama bulan ini, termasuk meningkatkan waktu bacaan Alquran. “Dari setelah Subuh, kami ngaji bersama sampai menjelang Duha. Setelah itu, santri melanjutkan ngaji seusai salat jamaah Asar hingga menjelang buka puasa. Kemudian, dilanjut setelah Tarawih,” terangnya.

Kegiatan ini berlaku untuk semua santri, baik santri putra maupun putri di Pesantren Shofa Marwa. “Saya pengurus santriwan dan santriwati, semua kegiatannya sama, tapi masjidnya berbeda,” tambah Fadil, santri asal Banyuwangi.

Selain itu, pesantren yang mempunyai sekolah formal SMK dan SMP tersebut kerap melakukan buka bersama para santri. Uniknya, para santri masih memasak menggunakan alat-alat tradisional. (mg4/c2/nur)

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pondok Pesantren Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, Jember, berdiri sejak 2014 lalu. Selama kurang dari 10 tahun sampai sekarang, pesantren tersebut menjadi wadah menimba ilmu masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan misi berdirinya pesantren oleh Kiai Halim Soebahar, sang pengasuh. Hadirnya ponpes tersebut paling tidak bisa mengurangi angka putus sekolah di Jember.

Baca Juga : Kasus Kekerasan Anak Diawali dari Smartphone

Di berbagai wilayah pedalaman Jember, tidak tertutup kemungkinan kesadaran pendidikan masyarakat masih rendah. Termasuk putus sekolah di usia yang masih remaja. “Dulu daerah sekitar sini masih banyak masyarakat yang menikahkan anaknya di usia muda, sehingga sekolahnya putus,” kata Nyai Hamdanah, istri Kiai Halim Soebahar, Pengasuh Pesantren (Ponpes) Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari.

Kondisi tersebut yang mendorong Kiai Halim Soebahar membangun pesantren sebagai wadah menimba ilmu bagi masyarakat setempat. Tahun 2014 pada awal berdirinya, Ponpes Shofa Marwa telah mendirikan SMP dan SMK. “Pada tahun itu juga kami mendirikan sekolah formal, SMP dan SMK. Alhamdulillah bisa sedikit membangun kesadaran pendidikan bagi warga setempat,” jelasnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Lebih jauh, pesantren Shofa Marwa tidak meminta iuran apa pun dari santri. Pihak pesantren menggratiskan semua fasilitas dan biaya pondok lainnya. Sebab, keberadaannya adalah membantu masyarakat agar juga merasakan pendidikan. “Semua program pendidikan di sini gratis. Tidak dipungut biaya. Harapan awal berdirinya pesantren ini memang untuk mewadahi masyarakat agar sama-sama tahu rasanya sekolah,” tambahnya.

“Saya mondok di sini sudah enam tahun. Sejak masih belum kuliah. Mungkin bisa dikatakan santri tertua ya, dan sampai sekarang program serta fasilitas di pesantren ini tetap gratis,” kata Fitriyatul Hasanah, salah satu santri yang juga pengurus Pesantren Shofa Marwa.  Menurutnya, Pesantren Shofa Marwa tidak hanya mendidik siswa, namun juga mahasiswa yang menimba ilmu di pesantren tersebut.

Fokus Ngaji Alquran Selama Ramadan

Selama Ramadan, semua santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Shofa Marwa, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, difokuskan mengaji Alquran. Mulai dari bakda Subuh hingga malam seusai salat Tarawih. Sementara itu, kegiatan pengajian kitab kuning di pesantren tersebut diliburkan.

Suasana kegiatan Ramadan di pesantren selalu menjadi gambaran kehidupan religius, terutama di bulan suci ini. Para pemukim di dalamnya melakukan aktivitas keagamaan setiap hari.  ulai dari salat berjamaah, mengaji bersama, serta kegiatan sosial keagamaan lainnya. Sebagaimana yang terjadi di Ponpes Shofa Marwa, selain kewajiban sekolah formal, santri harus mengikuti salat berjamaah dan membaca Alquran setiap harinya.

“Selama Ramadan, sekolah formal SMK dan SMP di pesantren ini tetap masuk seperti biasa, dan kegiatan khusus di bulan ini adalah mengaji Alquran setiap hari,” jelas Abdurrahman Fadil, pengurus Pesantren Shofa Marwa tersebut. Menurutnya, pengajian kitab kuning seperti biasa diliburkan agar santri fokus membaca Alquran selama Ramadan.

Hal ini menegaskan Ramadan dengan kemuliaan bulannya harus disambut dengan suasana kegiatan keagamaan yang maksimal. Tak heran jika rata-rata pesantren membuat kegiatan khusus selama bulan ini, termasuk meningkatkan waktu bacaan Alquran. “Dari setelah Subuh, kami ngaji bersama sampai menjelang Duha. Setelah itu, santri melanjutkan ngaji seusai salat jamaah Asar hingga menjelang buka puasa. Kemudian, dilanjut setelah Tarawih,” terangnya.

Kegiatan ini berlaku untuk semua santri, baik santri putra maupun putri di Pesantren Shofa Marwa. “Saya pengurus santriwan dan santriwati, semua kegiatannya sama, tapi masjidnya berbeda,” tambah Fadil, santri asal Banyuwangi.

Selain itu, pesantren yang mempunyai sekolah formal SMK dan SMP tersebut kerap melakukan buka bersama para santri. Uniknya, para santri masih memasak menggunakan alat-alat tradisional. (mg4/c2/nur)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca