22.8 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Mahasiswa Masih Perlu Adaptasi

Perkuliahan Blended Learning Mulai Digelar

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Selama pandemi, tidak hanya pelajar sekolah saja yang melakukan pembelajaran daring. Mahasiswa perguruan tinggi pun ikut melakukan sistem serupa. Selama kurang lebih satu tahun belakangan.

Hal ini menimbulkan kejenuhan luar biasa. Apalagi untuk beberapa program studi khusus yang membutuhkan praktik lapangan. Kuliah daring menjadi satu kendala untuk melakukan aktivitas praktik lapangan. Karenanya, beberapa program studi pun akhirnya ada yang melakukan inovasi pembelajaran tatap muka. Salah satunya adalah Program Studi Perencanaan Wilayah dan Tata Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Jember.

Kaprodi PWK UNEJ Nunung Nuring Hayati mengungkapkan bahwa mahasiswa tidak bisa lepas dari praktik lapangan. Pada studi khusus misalnya, seperti studio perencanaan dan master plan kawasan industri, para mahasiswa diharuskan turun ke lapangan untuk memperkaya pemahaman praktiknya. “Masa pandemi ini anak-anak setahun full tidak keluar. Kami mencoba bagaimana caranya mereka ke lapangan, tapi aman,” kata Nunung.

Mobile_AP_Rectangle 2

Pihaknya memutuskan untuk menggelar kuliah dengan sistem blended learning. Di mana mahasiswa domisili Jember dapat melakukan perkuliahan secara offline. Skemanya, dalam satu kelompok melakukan kuliah luring di lokasi tempat pengamatan. Misalnya di perkebunan dan peternakan atau lainnya. Selanjutnya, para mahasiswa tersebut melakukan presentasi di depan stakeholder beserta dosen di lokasi penelitian. Dengan demikian, selain mendapati kondisi lapangan, para mahasiswa juga mendapatkan respons dari praktisi atau stakeholder terkait.

Nunung tak menampik jika sistem ini masih membutuhkan adaptasi dari mahasiswa. Untuk sementara, peserta perkuliahan secara luring dibatasi maksimal sepuluh mahasiswa saja. Sisanya mengikuti perkuliahan secara daring. “Minggu berikutnya enam hingga sepuluh orang yang bergantian. Tidak ada yang luar kota. Hanya untuk mahasiswa yang domisili di Jember,” tegas Nunung.

Terpisah, salah seorang mahasiswa yang mengikuti perkuliahan luring, Dimas Bryanputra, mengungkapkan bahwa blended learning memiliki sisi positif. Menurut dia, sistem pembelajaran tersebut dapat diibaratkan sebagai obat rindu. Sebab, sudah satu tahun tidak ada pembelajaran berbasis lapangan. Sekaligus bisa menjadi acuan untuk kembali dalam menempuh sistem pembelajaran luring di masa pandemi seperti ini.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Selama pandemi, tidak hanya pelajar sekolah saja yang melakukan pembelajaran daring. Mahasiswa perguruan tinggi pun ikut melakukan sistem serupa. Selama kurang lebih satu tahun belakangan.

Hal ini menimbulkan kejenuhan luar biasa. Apalagi untuk beberapa program studi khusus yang membutuhkan praktik lapangan. Kuliah daring menjadi satu kendala untuk melakukan aktivitas praktik lapangan. Karenanya, beberapa program studi pun akhirnya ada yang melakukan inovasi pembelajaran tatap muka. Salah satunya adalah Program Studi Perencanaan Wilayah dan Tata Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Jember.

Kaprodi PWK UNEJ Nunung Nuring Hayati mengungkapkan bahwa mahasiswa tidak bisa lepas dari praktik lapangan. Pada studi khusus misalnya, seperti studio perencanaan dan master plan kawasan industri, para mahasiswa diharuskan turun ke lapangan untuk memperkaya pemahaman praktiknya. “Masa pandemi ini anak-anak setahun full tidak keluar. Kami mencoba bagaimana caranya mereka ke lapangan, tapi aman,” kata Nunung.

Pihaknya memutuskan untuk menggelar kuliah dengan sistem blended learning. Di mana mahasiswa domisili Jember dapat melakukan perkuliahan secara offline. Skemanya, dalam satu kelompok melakukan kuliah luring di lokasi tempat pengamatan. Misalnya di perkebunan dan peternakan atau lainnya. Selanjutnya, para mahasiswa tersebut melakukan presentasi di depan stakeholder beserta dosen di lokasi penelitian. Dengan demikian, selain mendapati kondisi lapangan, para mahasiswa juga mendapatkan respons dari praktisi atau stakeholder terkait.

Nunung tak menampik jika sistem ini masih membutuhkan adaptasi dari mahasiswa. Untuk sementara, peserta perkuliahan secara luring dibatasi maksimal sepuluh mahasiswa saja. Sisanya mengikuti perkuliahan secara daring. “Minggu berikutnya enam hingga sepuluh orang yang bergantian. Tidak ada yang luar kota. Hanya untuk mahasiswa yang domisili di Jember,” tegas Nunung.

Terpisah, salah seorang mahasiswa yang mengikuti perkuliahan luring, Dimas Bryanputra, mengungkapkan bahwa blended learning memiliki sisi positif. Menurut dia, sistem pembelajaran tersebut dapat diibaratkan sebagai obat rindu. Sebab, sudah satu tahun tidak ada pembelajaran berbasis lapangan. Sekaligus bisa menjadi acuan untuk kembali dalam menempuh sistem pembelajaran luring di masa pandemi seperti ini.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Selama pandemi, tidak hanya pelajar sekolah saja yang melakukan pembelajaran daring. Mahasiswa perguruan tinggi pun ikut melakukan sistem serupa. Selama kurang lebih satu tahun belakangan.

Hal ini menimbulkan kejenuhan luar biasa. Apalagi untuk beberapa program studi khusus yang membutuhkan praktik lapangan. Kuliah daring menjadi satu kendala untuk melakukan aktivitas praktik lapangan. Karenanya, beberapa program studi pun akhirnya ada yang melakukan inovasi pembelajaran tatap muka. Salah satunya adalah Program Studi Perencanaan Wilayah dan Tata Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Jember.

Kaprodi PWK UNEJ Nunung Nuring Hayati mengungkapkan bahwa mahasiswa tidak bisa lepas dari praktik lapangan. Pada studi khusus misalnya, seperti studio perencanaan dan master plan kawasan industri, para mahasiswa diharuskan turun ke lapangan untuk memperkaya pemahaman praktiknya. “Masa pandemi ini anak-anak setahun full tidak keluar. Kami mencoba bagaimana caranya mereka ke lapangan, tapi aman,” kata Nunung.

Pihaknya memutuskan untuk menggelar kuliah dengan sistem blended learning. Di mana mahasiswa domisili Jember dapat melakukan perkuliahan secara offline. Skemanya, dalam satu kelompok melakukan kuliah luring di lokasi tempat pengamatan. Misalnya di perkebunan dan peternakan atau lainnya. Selanjutnya, para mahasiswa tersebut melakukan presentasi di depan stakeholder beserta dosen di lokasi penelitian. Dengan demikian, selain mendapati kondisi lapangan, para mahasiswa juga mendapatkan respons dari praktisi atau stakeholder terkait.

Nunung tak menampik jika sistem ini masih membutuhkan adaptasi dari mahasiswa. Untuk sementara, peserta perkuliahan secara luring dibatasi maksimal sepuluh mahasiswa saja. Sisanya mengikuti perkuliahan secara daring. “Minggu berikutnya enam hingga sepuluh orang yang bergantian. Tidak ada yang luar kota. Hanya untuk mahasiswa yang domisili di Jember,” tegas Nunung.

Terpisah, salah seorang mahasiswa yang mengikuti perkuliahan luring, Dimas Bryanputra, mengungkapkan bahwa blended learning memiliki sisi positif. Menurut dia, sistem pembelajaran tersebut dapat diibaratkan sebagai obat rindu. Sebab, sudah satu tahun tidak ada pembelajaran berbasis lapangan. Sekaligus bisa menjadi acuan untuk kembali dalam menempuh sistem pembelajaran luring di masa pandemi seperti ini.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca