29.4 C
Jember
Wednesday, 22 March 2023

Sekolah Disegel, Siswa PLS Lesehan

Mobile_AP_Rectangle 1

RADAR JEMBER.ID – Sebuah ironi dialami siswa baru SMPN 3 Tanggul. Di hari pertama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), mereka justru tak bisa masuk ke gedung sekolah dan harus mengikuti kegiatan seremoni itu di aula eks UPTD Pendidikan setempat. Padahal, acara penyambutan siswa tersebut agar mereka mengenali lingkungan kelasnya.

Musababnya, gedung SMPN 3 Tanggul disegel oleh ahli waris setelah gugatan mereka melawan Pemkab Jember menang di tingkat pengadilan pertama. Sejauh ini, pemkab masih mengajukan banding, dan belum ada keputusan hukum lebih lanjut. Karena itu, ahli waris mengklaim lahan yang ditempati gedung sekolah itu sebagai hak mereka.

Sengketa lahan ini berbuntut panjang. Bahkan berdampak terhadap kegiatan belajar mengajar. Akibatnya, sebanyak 191 siswa yang terbagi dalam enam rombongan belajar (rombel) terpaksa lesehan mengikuti pelaksanaan MPLS. Entah sampai kapan kondisi ini mereka alami. Wali murid sudah banyak yang tahu kalau lahan sekolah anaknya bermasalah dengan ahli waris.

Mobile_AP_Rectangle 2

Pantauan Radarjember.id, di hari pertama masuk, siswa yang baru datang langsung menuju eks Kantor UPT Pendidikan Tanggul di Jalan PB Sudirman, tak jauh dari gedung sekolah. Mereka tiba sedari pukul 06.15. Demikian juga dengan guru dan kepala sekolah. Para tenaga pendidik itu juga sudah datang sejak pagi.

Puluhan guru tampak berkumpul di halaman kantor Eks UPTD Tanggul. Mereka menyambut para siswa baru. Ini dilakukan karena khawatir mental siswa drop, sebab tak bisa belajar di gedung sekolah. Bahkan, untuk memotivasi, guru-guru mengajak siswa bernyanyi lagu “Di Sini Senang, Di Sana Senang”. Tembang anak-anak itu dilantunkan berkali-kali.

Tak hanya siswa, kondisi memprihatinkan juga dialami guru. Sebab, beberapa ruangan kosong di eks gedung UPTD itu tak terdapat meja maupun kursi. Hanya di ruang tengah saja yang terlihat ada perlengkapan itu. Karenanya, banyak guru yang berdiri tak kebagian kursi. Komputer saja, mereka membawa dari sekolah. “Yang penting anak-anak tetap masuk seperti biasa di hari pertama ini. Meskipun dengan cara lesehan,” ujar Harnik Purwati, Kepala SMPN 3 Tanggul.

Menurutnya, meski berlangsung sederhana dan menempati lokasi darurat, namun pihaknya tetap berupaya mengoptimalkan kegiatan tersebut. Salah satu caranya dengan menjaga agar anak-anak tetap ceria dan senang. “Meski tak menempati ruang kelas,” tuturnya.

Sebagai jalan keluar, Harnik mengaku, pihak sekolah sudah membangun komunikasi dengan ahli waris. Kata ahli waris ke pihak sekolah, dalam satu atau dua hari ini problemnya akan selesai. “Tetapi saya juga tidak tahu sampai kapan,” ucapnya.

Saat ditanya terkait persoalan dengan pihak ahli waris, Harnik enggan menjelaskan. Dia meminta wartawan menghubungi Kepala Dinas Pendidikan Jember. “Saya hanya bisa memberikan jawaban terkait pembukaan MPLS saja. Karena bagi kami, yang terpenting anak-anak tetap bisa mengikuti pembukaan ini,” pungkasnya. (*)

- Advertisement -

RADAR JEMBER.ID – Sebuah ironi dialami siswa baru SMPN 3 Tanggul. Di hari pertama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), mereka justru tak bisa masuk ke gedung sekolah dan harus mengikuti kegiatan seremoni itu di aula eks UPTD Pendidikan setempat. Padahal, acara penyambutan siswa tersebut agar mereka mengenali lingkungan kelasnya.

Musababnya, gedung SMPN 3 Tanggul disegel oleh ahli waris setelah gugatan mereka melawan Pemkab Jember menang di tingkat pengadilan pertama. Sejauh ini, pemkab masih mengajukan banding, dan belum ada keputusan hukum lebih lanjut. Karena itu, ahli waris mengklaim lahan yang ditempati gedung sekolah itu sebagai hak mereka.

Sengketa lahan ini berbuntut panjang. Bahkan berdampak terhadap kegiatan belajar mengajar. Akibatnya, sebanyak 191 siswa yang terbagi dalam enam rombongan belajar (rombel) terpaksa lesehan mengikuti pelaksanaan MPLS. Entah sampai kapan kondisi ini mereka alami. Wali murid sudah banyak yang tahu kalau lahan sekolah anaknya bermasalah dengan ahli waris.

Pantauan Radarjember.id, di hari pertama masuk, siswa yang baru datang langsung menuju eks Kantor UPT Pendidikan Tanggul di Jalan PB Sudirman, tak jauh dari gedung sekolah. Mereka tiba sedari pukul 06.15. Demikian juga dengan guru dan kepala sekolah. Para tenaga pendidik itu juga sudah datang sejak pagi.

Puluhan guru tampak berkumpul di halaman kantor Eks UPTD Tanggul. Mereka menyambut para siswa baru. Ini dilakukan karena khawatir mental siswa drop, sebab tak bisa belajar di gedung sekolah. Bahkan, untuk memotivasi, guru-guru mengajak siswa bernyanyi lagu “Di Sini Senang, Di Sana Senang”. Tembang anak-anak itu dilantunkan berkali-kali.

Tak hanya siswa, kondisi memprihatinkan juga dialami guru. Sebab, beberapa ruangan kosong di eks gedung UPTD itu tak terdapat meja maupun kursi. Hanya di ruang tengah saja yang terlihat ada perlengkapan itu. Karenanya, banyak guru yang berdiri tak kebagian kursi. Komputer saja, mereka membawa dari sekolah. “Yang penting anak-anak tetap masuk seperti biasa di hari pertama ini. Meskipun dengan cara lesehan,” ujar Harnik Purwati, Kepala SMPN 3 Tanggul.

Menurutnya, meski berlangsung sederhana dan menempati lokasi darurat, namun pihaknya tetap berupaya mengoptimalkan kegiatan tersebut. Salah satu caranya dengan menjaga agar anak-anak tetap ceria dan senang. “Meski tak menempati ruang kelas,” tuturnya.

Sebagai jalan keluar, Harnik mengaku, pihak sekolah sudah membangun komunikasi dengan ahli waris. Kata ahli waris ke pihak sekolah, dalam satu atau dua hari ini problemnya akan selesai. “Tetapi saya juga tidak tahu sampai kapan,” ucapnya.

Saat ditanya terkait persoalan dengan pihak ahli waris, Harnik enggan menjelaskan. Dia meminta wartawan menghubungi Kepala Dinas Pendidikan Jember. “Saya hanya bisa memberikan jawaban terkait pembukaan MPLS saja. Karena bagi kami, yang terpenting anak-anak tetap bisa mengikuti pembukaan ini,” pungkasnya. (*)

RADAR JEMBER.ID – Sebuah ironi dialami siswa baru SMPN 3 Tanggul. Di hari pertama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), mereka justru tak bisa masuk ke gedung sekolah dan harus mengikuti kegiatan seremoni itu di aula eks UPTD Pendidikan setempat. Padahal, acara penyambutan siswa tersebut agar mereka mengenali lingkungan kelasnya.

Musababnya, gedung SMPN 3 Tanggul disegel oleh ahli waris setelah gugatan mereka melawan Pemkab Jember menang di tingkat pengadilan pertama. Sejauh ini, pemkab masih mengajukan banding, dan belum ada keputusan hukum lebih lanjut. Karena itu, ahli waris mengklaim lahan yang ditempati gedung sekolah itu sebagai hak mereka.

Sengketa lahan ini berbuntut panjang. Bahkan berdampak terhadap kegiatan belajar mengajar. Akibatnya, sebanyak 191 siswa yang terbagi dalam enam rombongan belajar (rombel) terpaksa lesehan mengikuti pelaksanaan MPLS. Entah sampai kapan kondisi ini mereka alami. Wali murid sudah banyak yang tahu kalau lahan sekolah anaknya bermasalah dengan ahli waris.

Pantauan Radarjember.id, di hari pertama masuk, siswa yang baru datang langsung menuju eks Kantor UPT Pendidikan Tanggul di Jalan PB Sudirman, tak jauh dari gedung sekolah. Mereka tiba sedari pukul 06.15. Demikian juga dengan guru dan kepala sekolah. Para tenaga pendidik itu juga sudah datang sejak pagi.

Puluhan guru tampak berkumpul di halaman kantor Eks UPTD Tanggul. Mereka menyambut para siswa baru. Ini dilakukan karena khawatir mental siswa drop, sebab tak bisa belajar di gedung sekolah. Bahkan, untuk memotivasi, guru-guru mengajak siswa bernyanyi lagu “Di Sini Senang, Di Sana Senang”. Tembang anak-anak itu dilantunkan berkali-kali.

Tak hanya siswa, kondisi memprihatinkan juga dialami guru. Sebab, beberapa ruangan kosong di eks gedung UPTD itu tak terdapat meja maupun kursi. Hanya di ruang tengah saja yang terlihat ada perlengkapan itu. Karenanya, banyak guru yang berdiri tak kebagian kursi. Komputer saja, mereka membawa dari sekolah. “Yang penting anak-anak tetap masuk seperti biasa di hari pertama ini. Meskipun dengan cara lesehan,” ujar Harnik Purwati, Kepala SMPN 3 Tanggul.

Menurutnya, meski berlangsung sederhana dan menempati lokasi darurat, namun pihaknya tetap berupaya mengoptimalkan kegiatan tersebut. Salah satu caranya dengan menjaga agar anak-anak tetap ceria dan senang. “Meski tak menempati ruang kelas,” tuturnya.

Sebagai jalan keluar, Harnik mengaku, pihak sekolah sudah membangun komunikasi dengan ahli waris. Kata ahli waris ke pihak sekolah, dalam satu atau dua hari ini problemnya akan selesai. “Tetapi saya juga tidak tahu sampai kapan,” ucapnya.

Saat ditanya terkait persoalan dengan pihak ahli waris, Harnik enggan menjelaskan. Dia meminta wartawan menghubungi Kepala Dinas Pendidikan Jember. “Saya hanya bisa memberikan jawaban terkait pembukaan MPLS saja. Karena bagi kami, yang terpenting anak-anak tetap bisa mengikuti pembukaan ini,” pungkasnya. (*)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca