21.2 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Disapu Banjir 2006, Berdiri Lagi demi Pendidikan

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pondok Pesantren Al Hasan 1 di Desa Kemiri, Kecamatan Panti, ada sejak tahun 1943 atau dua tahun sebelum Indonesia merdeka. Ponpes yang didirikan oleh KH Hasan Baisuni itu dikenal dengan kesederhanaannya. Bagi masyarakat di Panti, nama Hasan sudah tidak asing lagi. Ponpes itu kini diasuh KH Abdul Haq Muzammil Hasbal, generasi kedua dari sang pendiri.

Baca Juga : Akhirnya! DPR RI Sahkan RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual Jadi UU

Masyarakat umum sejauh ini banyak yang tidak mengetahui silsilah pendiri Ponpes Al Hasan 1. Bagaimana tidak, Kiai Hasan saat mendirikannya sudah yatim piatu sejak kecil. Dia merintis pesantren dengan bangunan sederhana, terbuat dari anyaman bambu dan kayu.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Dulu abah saya yang mendirikan ponpes ini sederhana. Santri belajar di bangunan gedek. Yang penting tidak kepanasan dan aman dari hujan,” kata Kiai Muzammil kepada Jawa Pos Radar Jember.

Kiai Hasan wafat pada tahun 1983. Kepemimpinan Ponpes Al Hasan 1 kemudian dilanjutkan putra sulungnya, yaitu Kiai Muzammil sampai sekarang. Muzammil bersama beberapa saudaranya melebarkan sayap dakwah sang ayah, hingga beberapa lembaga formal mulai dibangun. “Sekarang di sini menaungi madrasah ibtidaiyah dan SMP,” imbuhnya.

Sementara itu, beberapa saudaranya yang lain mendirikan cabang ponpes tersebut. Lokasinya tidak jauh dari pusat Al Hasan 1. “Ditambah sudah ada tiga cabang, Al Hasan 1 sampai Al Hasan 4 yang dikelola saudara-saudara saya,” ungkapnya. Kiai Muzammil dan saudara-saudaranya tetap hidup rukun demi berjuang di jalan pendidikan para santri.

Pada tahun 2006, Ponpes Al Hasan 1 dirundung pilu karena rusak parah diterjang banjir bandang. Saluran sungai tidak mampu menampung guyuran hujan yang deras. Akibatnya, bangunan pondok Al Hasan 1 rata tersapu air. “Dulu sungai di bawah itu meluap sampai area pondok. Akhirnya semua bangunan pondok hanyut,” ujarnya.

Kemudian, dengan tekad yang sudah bulat untuk terus mengabdi di dunia pendidikan melalui pesantren, Kiai Muzammil, warga, dan para santri membangunnya lagi. Bekas sejarah pendirian pesantren pun lenyap tak tersisa terseret banjir. “Sekarang masih ada pondok kayu, tapi model baru, bukan sisa yang lama,” pungkasnya. (mg4/c2/nur)

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pondok Pesantren Al Hasan 1 di Desa Kemiri, Kecamatan Panti, ada sejak tahun 1943 atau dua tahun sebelum Indonesia merdeka. Ponpes yang didirikan oleh KH Hasan Baisuni itu dikenal dengan kesederhanaannya. Bagi masyarakat di Panti, nama Hasan sudah tidak asing lagi. Ponpes itu kini diasuh KH Abdul Haq Muzammil Hasbal, generasi kedua dari sang pendiri.

Baca Juga : Akhirnya! DPR RI Sahkan RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual Jadi UU

Masyarakat umum sejauh ini banyak yang tidak mengetahui silsilah pendiri Ponpes Al Hasan 1. Bagaimana tidak, Kiai Hasan saat mendirikannya sudah yatim piatu sejak kecil. Dia merintis pesantren dengan bangunan sederhana, terbuat dari anyaman bambu dan kayu.

“Dulu abah saya yang mendirikan ponpes ini sederhana. Santri belajar di bangunan gedek. Yang penting tidak kepanasan dan aman dari hujan,” kata Kiai Muzammil kepada Jawa Pos Radar Jember.

Kiai Hasan wafat pada tahun 1983. Kepemimpinan Ponpes Al Hasan 1 kemudian dilanjutkan putra sulungnya, yaitu Kiai Muzammil sampai sekarang. Muzammil bersama beberapa saudaranya melebarkan sayap dakwah sang ayah, hingga beberapa lembaga formal mulai dibangun. “Sekarang di sini menaungi madrasah ibtidaiyah dan SMP,” imbuhnya.

Sementara itu, beberapa saudaranya yang lain mendirikan cabang ponpes tersebut. Lokasinya tidak jauh dari pusat Al Hasan 1. “Ditambah sudah ada tiga cabang, Al Hasan 1 sampai Al Hasan 4 yang dikelola saudara-saudara saya,” ungkapnya. Kiai Muzammil dan saudara-saudaranya tetap hidup rukun demi berjuang di jalan pendidikan para santri.

Pada tahun 2006, Ponpes Al Hasan 1 dirundung pilu karena rusak parah diterjang banjir bandang. Saluran sungai tidak mampu menampung guyuran hujan yang deras. Akibatnya, bangunan pondok Al Hasan 1 rata tersapu air. “Dulu sungai di bawah itu meluap sampai area pondok. Akhirnya semua bangunan pondok hanyut,” ujarnya.

Kemudian, dengan tekad yang sudah bulat untuk terus mengabdi di dunia pendidikan melalui pesantren, Kiai Muzammil, warga, dan para santri membangunnya lagi. Bekas sejarah pendirian pesantren pun lenyap tak tersisa terseret banjir. “Sekarang masih ada pondok kayu, tapi model baru, bukan sisa yang lama,” pungkasnya. (mg4/c2/nur)

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pondok Pesantren Al Hasan 1 di Desa Kemiri, Kecamatan Panti, ada sejak tahun 1943 atau dua tahun sebelum Indonesia merdeka. Ponpes yang didirikan oleh KH Hasan Baisuni itu dikenal dengan kesederhanaannya. Bagi masyarakat di Panti, nama Hasan sudah tidak asing lagi. Ponpes itu kini diasuh KH Abdul Haq Muzammil Hasbal, generasi kedua dari sang pendiri.

Baca Juga : Akhirnya! DPR RI Sahkan RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual Jadi UU

Masyarakat umum sejauh ini banyak yang tidak mengetahui silsilah pendiri Ponpes Al Hasan 1. Bagaimana tidak, Kiai Hasan saat mendirikannya sudah yatim piatu sejak kecil. Dia merintis pesantren dengan bangunan sederhana, terbuat dari anyaman bambu dan kayu.

“Dulu abah saya yang mendirikan ponpes ini sederhana. Santri belajar di bangunan gedek. Yang penting tidak kepanasan dan aman dari hujan,” kata Kiai Muzammil kepada Jawa Pos Radar Jember.

Kiai Hasan wafat pada tahun 1983. Kepemimpinan Ponpes Al Hasan 1 kemudian dilanjutkan putra sulungnya, yaitu Kiai Muzammil sampai sekarang. Muzammil bersama beberapa saudaranya melebarkan sayap dakwah sang ayah, hingga beberapa lembaga formal mulai dibangun. “Sekarang di sini menaungi madrasah ibtidaiyah dan SMP,” imbuhnya.

Sementara itu, beberapa saudaranya yang lain mendirikan cabang ponpes tersebut. Lokasinya tidak jauh dari pusat Al Hasan 1. “Ditambah sudah ada tiga cabang, Al Hasan 1 sampai Al Hasan 4 yang dikelola saudara-saudara saya,” ungkapnya. Kiai Muzammil dan saudara-saudaranya tetap hidup rukun demi berjuang di jalan pendidikan para santri.

Pada tahun 2006, Ponpes Al Hasan 1 dirundung pilu karena rusak parah diterjang banjir bandang. Saluran sungai tidak mampu menampung guyuran hujan yang deras. Akibatnya, bangunan pondok Al Hasan 1 rata tersapu air. “Dulu sungai di bawah itu meluap sampai area pondok. Akhirnya semua bangunan pondok hanyut,” ujarnya.

Kemudian, dengan tekad yang sudah bulat untuk terus mengabdi di dunia pendidikan melalui pesantren, Kiai Muzammil, warga, dan para santri membangunnya lagi. Bekas sejarah pendirian pesantren pun lenyap tak tersisa terseret banjir. “Sekarang masih ada pondok kayu, tapi model baru, bukan sisa yang lama,” pungkasnya. (mg4/c2/nur)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca