Balung, Radar Jember – PAGI itu ada barisan yang tak biasa dilakukan siswa SMPN 1 Balung. Mereka berbaris mengular dengan memegang kresek berisi sampah. Ada yang ukuran kecil, ada pula yang ukuran jumbo. Ada yang hanya memegang satu kresek, tetapi ada pula siswa yang sampai membawa sampah hingga tiga kresek.
Di halaman sekolah ini, sejumlah guru membangun karakter siswa agar tumbuh kesadaran. Setidaknya, siswa yang terlibat diharapkan memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya kebersihan. Tak hanya itu, siswa juga diharapkan lebih peduli terhadap lingkungan. Karakter ini yang perlu dibangun sejak dini.

Siapa yang menyangka, di balik itu ada pelajaran penting yang dapat diambil. Ratusan siswa juga diajarkan menjadi orang yang humanis, karena membawa sampah dari rumahnya masing-masing untuk disedekahkan. Sampah yang menumpuk akan dijual, menjadi pundi-pundi rupiah untuk pada dialokasikan pembangunan musala sekolah.
Pengumpulan sampah pagi itu membuat ratusan siswa bersemangat. Ada sebanyak 750 siswa yang terlibat. Selain itu, 57 guru juga ikut bersedekah sampah. Alhasil, sedekah sampah dari rumah untuk musala tersebut langsung mendapat ratusan kilogram. Pagi hari itu, sampah yang terkumpul mencapai 425 kilogram atau 4,25 kuintal.

Halumma Chalisa Fachira, siswa kelas 9 E, menyampaikan, dia dan siswa lain membawa sampah dari rumahnya. “Sampahnya bawa dari rumah,” katanya. Dikatakan, sampah itu merupakan barang bekas yang dipakai sehari-hari di rumahnya. Sesekali, jika melihat botol di sekitar rumahnya, dia pun mengambilnya.
Dia mengaku senang karena orang tuanya juga mendukung. “Ayah bunda sangat mendukung dan senang sekali karena saya jadi rajin bersih-bersih sampah. Biasanya memilah sampah dilakukan di sekolah, tetapi saat ini di rumah pun memilah-milah sampah. Rumah saya bersih dan bisa bersedekah,” ulasnya, kemarin.
Kepala SMPN 1 Balung Rohiem mengatakan, sampah yang diperoleh minggu ini sebanyak 425 kilogram. Di antaranya, sampah plastik, logam, kertas, dan bekas sandal yang sudah tidak terpakai. Semuanya ditampung oleh sekolah, kemudian dijual ke bank sampah induk. “Konsepnya kami mengajak siswa dan guru untuk sedekah ke sekolah. Bukan uang dan barang berharga, tetapi sampah,” katanya.
Menurutnya, upaya tersebut disambut baik oleh siswa dan guru. Wali murid ikut mendukung anaknya untuk rajin mengumpulkan sampah, lalu disetor ke sekolah. Hal itu dalam rangka memberikan pendidikan kepedulian lingkungan terhadap siswa. “Tujuan kami tidak muluk-muluk sebenarnya, yakni menanamkan karakter berjiwa sosial dan peduli terhadap lingkungan,” terangnya.
Lembaga itu juga menjalin kerja sama dengan Bank Sampah Induk (BSI) untuk proses pengelolaannya. “Hasilnya kami biayai untuk pembangunan musala sekolah,” jelasnya.
Salah seorang guru sekolah tersebut, Lia Dwi Agustin, menyebut, sedekah sampah itu disambut antusiasme guru dan siswa. Mereka semakin bersemangat saat melihat gunungan sampah yang dibawa oleh mobil BSI. “Kami tidak menyangka hasilnya sebanyak itu. Sangat excited. Apalagi hasil dari sampah tersebut untuk membantu melanjutkan pembangunan musala,” ucapnya.
Dikatakan, apa yang dilakukan di sekolahnya tidak merepotkan. “Justru sangat terbantu, karena menyelesaikan permasalahan sampah di rumah. Ini juga baik untuk edukasi kepada seluruh warga sekolah,” jelasnya.
Apabila semua siswa, guru, dan warga di Jember melakukan pemilahan sampah, maka akan bisa dimanfaatkan lagi. Inilah sampah yang menjadi tempat ibadah. “Sampah masih bisa dimanfaatkan. Bukan dengan cara dibakar atau dibuang ke sungai,” tegasnya. (c2/nur)