TEGALBOTO, RADARJEMBER.ID – Hingga saat ini, belum seluruh sekolah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Hanya jenjang SMA yang secara resmi telah mendapatkan izin. Itu pun masih terbatas. Padahal sudah banyak orang tua yang mengeluhkan tentang metode pembelajaran daring. Mereka menilai, pola pembelajaran semacam itu kurang efektif.
Makanya, para orang tua, terutama yang tinggal di pedesaan, berharap anaknya bisa segera melangsungkan PTM dalam waktu dekat ini. Sebab, beberapa sekolah di desa masih banyak yang melakukan pembelajaran daring. Salah satunya adalah SDN Wonosari 01 di Kecamatan Puger.
Salah satu guru di sekolah tersebut, Ikawati, menyebut, hingga saat ini pembelajaran dilakukan melalui daring. Padahal sebelumnya, anak-anak dan wali murid berharap agar bisa melakukan pembelajaran secara langsung di sekolah. Apalagi saat ini program vaksinasi sudah digalakkan untuk semua tenaga pengajar.
Pakar Pendidikan Universitas Jember Prof Dafik menilai, sistem pembelajaran daring memang masih belum familier dianut di beberapa lembaga pendidikan, walaupun sudah dikenalkan sejak satu tahun lalu. Berbeda jika hal tersebut diterapkan di perguruan tinggi. Sebab, di level kampus sistem informasi dan literasi sudah cukup baik. “Mahasiswa lebih bisa melakukan adaptasi untuk belajar daring secara full,” ungkapnya.
Menurut Dafik, selama ini siswa sekolah sebenarnya telah melakukan pembelajaran melalui tiga model. Yakni, melalui media televisi, daring, dan luring. Namun, model ini masih sebatas konseptual pendidikan. Sebab, dalam praktiknya masih banyak kendala yang dihadapi. Utamanya pada pembelajaran daring.
Umum diketahui, tiadanya sarana seperti laptop atau ponsel Android serta belum meratanya jaringan internet, menjadi problem klasik yang menghambat pembelajaran jarak jauh tersebut. “Tidak sedikit sekolah yang mengalami keluhan berupa sulitnya jaringan dan keterbatasan akses,” paparnya.
Kendati demikian, tak semuanya berdampak negatif. Hal positif juga dirasakan oleh guru-guru, yakni mereka bisa lebih adaptif melakukan pembelajaran daring. Mereka pun banyak melakukan inovasi dengan membuat media pembelajaran yang interaktif.
Salah satu guru di Desa Gumelar, Kecamatan Balung, Ruroh, mengungkapkan, ia lebih banyak belajar untuk membuat media pembelajaran dengan video selama masa pembelajaran daring ini. Karenanya, mau tidak mau, ia harus belajar tentang teknik editing video agar materi pembelajaran yang ia sampaikan mudah diterima murid dan mudah dipahami. “Karena memang dituntut untuk bisa mengedit. Jadi, ya, harus belajar,” ungkapnya.
Reporter : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Editor : Mahrus Sholih