30.4 C
Jember
Saturday, 10 June 2023

Minat SMP Negeri Mulai Menurun?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk jenjang SMP sudah dilaksanakan sejak Rabu (5/4) lalu. Berbeda dengan tahun lalu, PPDB pada tahap pertama ini terselenggara selama dua hari, dari yang sebelumnya tiga hari. Sebab, berdasarkan evaluasi tahun kemarin, pendaftar memiliki kecenderungan untuk mengikuti di hari pertama dan kedua.

Selain itu, wali murid juga banyak mempertimbangkan pagu sekolah, di mana potensi untuk diterima pada lembaga cukup tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Waka Kurikulum SMPN 7 Jember Tulus Wijayanto.

Jalur yang dibuka pada tahap pertama ini meliputi tiga skema, yaitu jalur afirmasi, perpindahan orang tua, dan prestasi. Selanjutnya, akan dilaksanakan tahap zonasi selama dua hari pada 24-25 Mei mendatang.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dinas Pendidikan menetapkan bahwa minimal sekolah mampu menampung siswa dengan mendaftar jalur afirmasi sebanyak 15 persen. “Sampai saat ini yang mendaftar jalur afirmasi sebanyak 81 siswa. Kalau merujuk sama batas minimal, berarti seharusnya 48 siswa. Jika overload, nanti diikutkan untuk mendaftar jalur zonasi,” sambung Tulus.

Ketika dikonfirmasi mengenai ada tidaknya tren penurunan pendaftar siswa, Tulus mengiyakan, meski tak signifikan. Walaupun indikasi adanya tren penurunan siswa terlihat pada tahun sebelumnya, Tulus mengungkapkan bahwa hal ini tak lepas dari adanya animo masyarakat yang cenderung menganggap pendidikan di pesantren lebih efektif karena adanya tatap muka.

Seiring dengan berjalannya waktu, menurut Tulus, masyarakat sudah mulai mengerti persoalan kondisi yang masih tidak memungkinkan untuk tatap muka. Pihaknya optimistis tahun ini jumlah pendaftar di sekolah negeri bisa lebih stabil.

Secara umum, lanjut dia, masyarakat perkotaan masih memiliki ketertarikan untuk mendaftarkan anak-anaknya di sekolah negeri. “Yang mengajukan mutasi hanya sedikit. Adanya tren penurunan peminat di SMP negeri akan menjadi evaluasi kami nanti,” ungkapnya.

Lain desa, lain kota. Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Jember, beberapa sekolah yang berada di pinggiran tidak sepenuhnya menerapkan skema pendaftaran oleh Dinas Pendidikan. Seperti halnya yang terjadi di SMPN 4 Sumberjambe. Untuk penerimaan siswa baru, sekolah ini nyaris kesusahan mendapat siswa. Apalagi selama pembelajaran daring berlangsung. Wali murid lebih cenderung mengirimkan anaknya untuk menempuh pendidikan di pesantren.

Ratna Susanti, salah satu guru SMPN 4 Sumberjambe, mengungkapkan bahwa hingga saat ini setidaknya terdapat 10 siswa yang sudah mendaftar. Jumlah ini jauh dari target kapasitas siswa yang dibutuhkan, yakni sekitar 32 siswa. “Kami masih door to door untuk mencari siswa. Kami memberi sosialisasi ke sekolah, anak-anak lebih tertarik untuk ke pesantren,” ungkap Ratna ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon.

Tahun lalu pun sekolah ini hanya mendapat 29 siswa. Tidak sedikit siswa yang memutuskan untuk mutasi di awal semeter atau di awal ketika KBM aktif. Kendati demikian, Ratna optimistis pada tahun ini pihaknya dapat meraup sejumlah siswa yang dibutuhkan, yaitu 32 siswa. “Kami membuka PPDB tidak terpaku pada jadwal, agar ada murid yang mendaftar,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk jenjang SMP sudah dilaksanakan sejak Rabu (5/4) lalu. Berbeda dengan tahun lalu, PPDB pada tahap pertama ini terselenggara selama dua hari, dari yang sebelumnya tiga hari. Sebab, berdasarkan evaluasi tahun kemarin, pendaftar memiliki kecenderungan untuk mengikuti di hari pertama dan kedua.

Selain itu, wali murid juga banyak mempertimbangkan pagu sekolah, di mana potensi untuk diterima pada lembaga cukup tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Waka Kurikulum SMPN 7 Jember Tulus Wijayanto.

Jalur yang dibuka pada tahap pertama ini meliputi tiga skema, yaitu jalur afirmasi, perpindahan orang tua, dan prestasi. Selanjutnya, akan dilaksanakan tahap zonasi selama dua hari pada 24-25 Mei mendatang.

Dinas Pendidikan menetapkan bahwa minimal sekolah mampu menampung siswa dengan mendaftar jalur afirmasi sebanyak 15 persen. “Sampai saat ini yang mendaftar jalur afirmasi sebanyak 81 siswa. Kalau merujuk sama batas minimal, berarti seharusnya 48 siswa. Jika overload, nanti diikutkan untuk mendaftar jalur zonasi,” sambung Tulus.

Ketika dikonfirmasi mengenai ada tidaknya tren penurunan pendaftar siswa, Tulus mengiyakan, meski tak signifikan. Walaupun indikasi adanya tren penurunan siswa terlihat pada tahun sebelumnya, Tulus mengungkapkan bahwa hal ini tak lepas dari adanya animo masyarakat yang cenderung menganggap pendidikan di pesantren lebih efektif karena adanya tatap muka.

Seiring dengan berjalannya waktu, menurut Tulus, masyarakat sudah mulai mengerti persoalan kondisi yang masih tidak memungkinkan untuk tatap muka. Pihaknya optimistis tahun ini jumlah pendaftar di sekolah negeri bisa lebih stabil.

Secara umum, lanjut dia, masyarakat perkotaan masih memiliki ketertarikan untuk mendaftarkan anak-anaknya di sekolah negeri. “Yang mengajukan mutasi hanya sedikit. Adanya tren penurunan peminat di SMP negeri akan menjadi evaluasi kami nanti,” ungkapnya.

Lain desa, lain kota. Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Jember, beberapa sekolah yang berada di pinggiran tidak sepenuhnya menerapkan skema pendaftaran oleh Dinas Pendidikan. Seperti halnya yang terjadi di SMPN 4 Sumberjambe. Untuk penerimaan siswa baru, sekolah ini nyaris kesusahan mendapat siswa. Apalagi selama pembelajaran daring berlangsung. Wali murid lebih cenderung mengirimkan anaknya untuk menempuh pendidikan di pesantren.

Ratna Susanti, salah satu guru SMPN 4 Sumberjambe, mengungkapkan bahwa hingga saat ini setidaknya terdapat 10 siswa yang sudah mendaftar. Jumlah ini jauh dari target kapasitas siswa yang dibutuhkan, yakni sekitar 32 siswa. “Kami masih door to door untuk mencari siswa. Kami memberi sosialisasi ke sekolah, anak-anak lebih tertarik untuk ke pesantren,” ungkap Ratna ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon.

Tahun lalu pun sekolah ini hanya mendapat 29 siswa. Tidak sedikit siswa yang memutuskan untuk mutasi di awal semeter atau di awal ketika KBM aktif. Kendati demikian, Ratna optimistis pada tahun ini pihaknya dapat meraup sejumlah siswa yang dibutuhkan, yaitu 32 siswa. “Kami membuka PPDB tidak terpaku pada jadwal, agar ada murid yang mendaftar,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk jenjang SMP sudah dilaksanakan sejak Rabu (5/4) lalu. Berbeda dengan tahun lalu, PPDB pada tahap pertama ini terselenggara selama dua hari, dari yang sebelumnya tiga hari. Sebab, berdasarkan evaluasi tahun kemarin, pendaftar memiliki kecenderungan untuk mengikuti di hari pertama dan kedua.

Selain itu, wali murid juga banyak mempertimbangkan pagu sekolah, di mana potensi untuk diterima pada lembaga cukup tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Waka Kurikulum SMPN 7 Jember Tulus Wijayanto.

Jalur yang dibuka pada tahap pertama ini meliputi tiga skema, yaitu jalur afirmasi, perpindahan orang tua, dan prestasi. Selanjutnya, akan dilaksanakan tahap zonasi selama dua hari pada 24-25 Mei mendatang.

Dinas Pendidikan menetapkan bahwa minimal sekolah mampu menampung siswa dengan mendaftar jalur afirmasi sebanyak 15 persen. “Sampai saat ini yang mendaftar jalur afirmasi sebanyak 81 siswa. Kalau merujuk sama batas minimal, berarti seharusnya 48 siswa. Jika overload, nanti diikutkan untuk mendaftar jalur zonasi,” sambung Tulus.

Ketika dikonfirmasi mengenai ada tidaknya tren penurunan pendaftar siswa, Tulus mengiyakan, meski tak signifikan. Walaupun indikasi adanya tren penurunan siswa terlihat pada tahun sebelumnya, Tulus mengungkapkan bahwa hal ini tak lepas dari adanya animo masyarakat yang cenderung menganggap pendidikan di pesantren lebih efektif karena adanya tatap muka.

Seiring dengan berjalannya waktu, menurut Tulus, masyarakat sudah mulai mengerti persoalan kondisi yang masih tidak memungkinkan untuk tatap muka. Pihaknya optimistis tahun ini jumlah pendaftar di sekolah negeri bisa lebih stabil.

Secara umum, lanjut dia, masyarakat perkotaan masih memiliki ketertarikan untuk mendaftarkan anak-anaknya di sekolah negeri. “Yang mengajukan mutasi hanya sedikit. Adanya tren penurunan peminat di SMP negeri akan menjadi evaluasi kami nanti,” ungkapnya.

Lain desa, lain kota. Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Jember, beberapa sekolah yang berada di pinggiran tidak sepenuhnya menerapkan skema pendaftaran oleh Dinas Pendidikan. Seperti halnya yang terjadi di SMPN 4 Sumberjambe. Untuk penerimaan siswa baru, sekolah ini nyaris kesusahan mendapat siswa. Apalagi selama pembelajaran daring berlangsung. Wali murid lebih cenderung mengirimkan anaknya untuk menempuh pendidikan di pesantren.

Ratna Susanti, salah satu guru SMPN 4 Sumberjambe, mengungkapkan bahwa hingga saat ini setidaknya terdapat 10 siswa yang sudah mendaftar. Jumlah ini jauh dari target kapasitas siswa yang dibutuhkan, yakni sekitar 32 siswa. “Kami masih door to door untuk mencari siswa. Kami memberi sosialisasi ke sekolah, anak-anak lebih tertarik untuk ke pesantren,” ungkap Ratna ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon.

Tahun lalu pun sekolah ini hanya mendapat 29 siswa. Tidak sedikit siswa yang memutuskan untuk mutasi di awal semeter atau di awal ketika KBM aktif. Kendati demikian, Ratna optimistis pada tahun ini pihaknya dapat meraup sejumlah siswa yang dibutuhkan, yaitu 32 siswa. “Kami membuka PPDB tidak terpaku pada jadwal, agar ada murid yang mendaftar,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca