JEMBER, RADARJEMBER.ID- Sampah rumah tangga di tiga kecamatan kota di Kabupaten Jember, seperti Patrang, Sumbersari, dan Kaliwates, setiap hari mencapai ratusan ton. Dampaknya, sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Pakusari itu terus menumpuk dan menggunung.
Menyikapi hal itu, Dinas Kebersihan Lingkungan Hidup (DKLH) Kabupaten Jember terus mencari terobosan bagaimana mengatasi permasalahan tersebut. Karena dinas ini memiliki keinginan untuk menata ulang TPA terbesar di Jember itu untuk menjadi tempat edukasi pengolahan sampah.
“Di tahun 2021 ini, kami berencana menghilangkan kesan kumuh TPA Pakusari. Kelak gunung sampah tidak ada lagi karena telah diratakan dan ditutup tanah. Di TPA ini, orang bisa belajar mengenal sampah. Mereka bisa belajar sambil praktik mengolah sampah,”ungkap RM Masbut, Pengawas Sampah DKLH Jember.
Namun demikian, terkait rencana itu,DKLH tetap memperhatikan keberadaan pemulung. Apalagi dinas ini menganggap mereka sebagai mitra kerja. Dijelaskan pula oleh Masbut, meski di tempat itu difungsikan sebagai tempat edukasi sampah, namun dipastikan pemulung bisa tetap bekerja di TPA Pakusari.
“Gunungan sampah itu merupakan tempat timbunan sampah dari proses akhir pemilahan sampah oleh pemulung. Karena itu, nanti gunung sampah tersebut sengaja dibuang untuk wisata edukasi sampah. Kami ingin menggandeng lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi untuk mengenalkan edukasi ini kepada generasi muda,” imbuh Masbut.
Mendengar TPA hendak dijadikan tempat pembelajaran mendaur ulang sampah, Totok Muhammad Soleh, aktivis lingkungan hidup di Kabupaten Jember, menyatakan mendukung inovasi itu. Kata dia, paling tidak bisa memberikan pemahaman kepada publik bahwa sampah bisa diolah dan mendatangkan sumber pendapatan.
“Bagus sekali di Jember ada rencana wisata edukasi pengolahan sampah. Ini tentu harus didukung oleh semua pihak. Ketika sampah diolah kembali, maka orang bisa membikin kompos untuk pupuk tanaman. Selain itu, penggunaan kompos selaras program pemerintah agar kita tidak lagi bergantung kepada pupuk bersubsidi,” kata Totok.
Reporter: Winardyasto
Fotografer: Winardyasto
Editor: Mahrus Sholih