JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ditentukannya penerapan kurikulum prototipe pada lembaga di bawah naungan Dinas Pendidikan juga bakal dilakukan pada lembaga di bawah naungan Kantor Kementerian Agama. Namun, belum akan dilakukan dalam waktu dekat dan masih dalam tahap sosialisasi.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Jember Hobri kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (4/2). Dia menjelaskan bahwa perbedaan yang paling mendasar antara kurikulum sebelumnya dengan kurikulum prototipe adalah adanya profil karakter Pancasila.
Nantinya, mata pelajaran yang diajarkan akan sama dalam satu jenjang lembaga pendidikan. Tidak ada penambahan maupun pengurangan. Cakupannya akan lebih luas dan dalam. “Dari sisi materi mulai dari kelas 1 SD sampai SMA, setiap mata pelajaran akan disamakan,” tuturnya.
Indikator yang diberlakukan pun berbeda. Jika menganut kurikulum prototipe, skemanya hampir menyerupai kegiatan belajar di kampus. Yakni, membuat indikator dengan istilah capaian pembelajaran. “Jadi, istilahnya kita tidak mengenal lagi dengan indikator KI, KD, sekarang sudah CP,” papar dosen FTIK Universitas Jember itu.
Dari capaian pembelajaran itu, masing-masing guru diwajibkan untuk membuat ATP atau alur tujuan pembelajaran. ATP itu akan dibagi beberapa fase kedalaman satu mata pelajaran berdasarkan jenjang kelas.
Beberapa fase itu terdiri atas fase A yang cakupannya untuk kelas 1 dan 2 SD. Lalu fase B untuk kelas 3 dan 4 SD. Fase C untuk kelas 5 dan 6 SD. Selanjutnya, fase D untuk jenjang SMP. Karena itu, nantinya kelas 7, 8, dan 9 memiliki CP yang sama.
Dengan skema demikian, nantinya setiap sekolah akan memiliki CP yang berbeda karena ATP pun berbeda. Umumnya, guru-guru MGMP akan berkumpul dan merumuskannya. “Satu fase itu, mana ATP kelas 7, mana ATP kelas 8, mana ATP kelas 9, itu sekolah setempat,” tambahnya.
Skema ini berbeda dengan jenang SMA maupun MA. Sebab, yang diatur dalam kurikulum baru itu hanya sampai kelas 9.
Menurut dia, kesiapan akan pelaksanaan kurikulum ini dinilainya relatif. Sebab, pada mulanya kurikulum prototipe ini akan dilaksanakan pada beberapa sekolah penggerak saja. Adapun sekolah lainnya memiliki opsi untuk memilih, yakni akan tetap menggunakan K13 atau berubah ke kurikulum prototipe.
“Pada dasarnya, siap tidak siapnya sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum prototipe ini bergantung pada lembaga pendidikannya. Kalau untuk sekolah penggerak, sifatnya wajib. Yang lain boleh memilih mau memakai K13 atau kurikulum prototipe,” pungkasnya.
Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti