24.4 C
Jember
Thursday, 1 June 2023

Belasan Tahun Tunggu Angkutan Sekolah

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Letak sekolah yang berada di pinggiran menjadi salah satu faktor yang merepotkan siswa ketika mereka hendak pergi dan pulang sekolah. Apalagi lokasi tempat mereka menuntut ilmu tidak terjangkau akses angkutan umum. Imbasnya, pelajar harus berjalan kaki.

Kondisi seperti itu seperti terlihat di SMP Negeri 14 Jember yang berada di Jalan Koptu Berlian, Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari. Sekolah yang pertama kali dibangun pada 2007 lalu hingga saat ini belum terjamah angkutan umum.

Ketika Jawa Pos Radar Jember berada di sekolah pinggiran tersebut seusai pembelajaran tatap muka (PTM), terlihat sejumlah siswa meninggalkan halaman sekolah dan berdiri di luar pagar sambil menunggu jemputan orang tua. Beberapa di antara mereka memilih naik ojek online yang dipesan melalui ponsel mereka. Padahal tempat tinggal mereka terbilang tidak dekat. Mulai dari kawasan kota seperti Sumbersari, Patrang, hingga ke Jubung dan Mangli. Nah, bagi siswa yang rumahnya tak terlampau jauh, mereka lebih memilih berjalan kaki bersama-sama, melewati jalan aspal dikelilingi hamparan persawahan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Akibat tidak ada angkutan umum yang melewati kawasan tersebut, para pelajar sengaja jalan kaki dan dirasa lebih sehat. Mereka seolah telah terbiasa oleh sengatan matahari, bahkan itu menjadi rutinitas rutin setiap hari. “Memang angkutan sekolah sangat dibutuhkan oleh siswa sekolah desa seperti SMP ini. Namun, sampai sekarang ini belum ada angkot berhenti di sini mengangkut anak sekolah,” ungkap Suhardi, salah seorang guru di SMP tersebut.

Saat Jawa Pos Radar Jember mengonfirmasi kondisi ini kepada Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jember Agus Wijaya, dia menegaskan, untuk bisa dilalui oleh angkutan menuju sekolah tersebut, perlu ada kajian dan tidak bisa serta-merta. “Hal itu bakal dikaji oleh Dishub untuk angkutan sekolah menuju SMP Negeri 14. Apakah daerah tersebut cukup ramai atau tidak, seperti terdapat pasar, sehingga angkot menjadi sebuah kebutuhan transportasi warga,” terang Agus.

Pihaknya berharap, ketika situasi telah normal kembali dari pandemi Covid-19 dan PTM berjalan seperti semula seperti sebelum virus mematikan itu merebak, Dishub akan segera melakukan survei di daerah tersebut terkait penempatan sarana transportasi.

 

 

Jurnalis : Winardyasto
Fotografer : Winardyasto
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Letak sekolah yang berada di pinggiran menjadi salah satu faktor yang merepotkan siswa ketika mereka hendak pergi dan pulang sekolah. Apalagi lokasi tempat mereka menuntut ilmu tidak terjangkau akses angkutan umum. Imbasnya, pelajar harus berjalan kaki.

Kondisi seperti itu seperti terlihat di SMP Negeri 14 Jember yang berada di Jalan Koptu Berlian, Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari. Sekolah yang pertama kali dibangun pada 2007 lalu hingga saat ini belum terjamah angkutan umum.

Ketika Jawa Pos Radar Jember berada di sekolah pinggiran tersebut seusai pembelajaran tatap muka (PTM), terlihat sejumlah siswa meninggalkan halaman sekolah dan berdiri di luar pagar sambil menunggu jemputan orang tua. Beberapa di antara mereka memilih naik ojek online yang dipesan melalui ponsel mereka. Padahal tempat tinggal mereka terbilang tidak dekat. Mulai dari kawasan kota seperti Sumbersari, Patrang, hingga ke Jubung dan Mangli. Nah, bagi siswa yang rumahnya tak terlampau jauh, mereka lebih memilih berjalan kaki bersama-sama, melewati jalan aspal dikelilingi hamparan persawahan.

Akibat tidak ada angkutan umum yang melewati kawasan tersebut, para pelajar sengaja jalan kaki dan dirasa lebih sehat. Mereka seolah telah terbiasa oleh sengatan matahari, bahkan itu menjadi rutinitas rutin setiap hari. “Memang angkutan sekolah sangat dibutuhkan oleh siswa sekolah desa seperti SMP ini. Namun, sampai sekarang ini belum ada angkot berhenti di sini mengangkut anak sekolah,” ungkap Suhardi, salah seorang guru di SMP tersebut.

Saat Jawa Pos Radar Jember mengonfirmasi kondisi ini kepada Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jember Agus Wijaya, dia menegaskan, untuk bisa dilalui oleh angkutan menuju sekolah tersebut, perlu ada kajian dan tidak bisa serta-merta. “Hal itu bakal dikaji oleh Dishub untuk angkutan sekolah menuju SMP Negeri 14. Apakah daerah tersebut cukup ramai atau tidak, seperti terdapat pasar, sehingga angkot menjadi sebuah kebutuhan transportasi warga,” terang Agus.

Pihaknya berharap, ketika situasi telah normal kembali dari pandemi Covid-19 dan PTM berjalan seperti semula seperti sebelum virus mematikan itu merebak, Dishub akan segera melakukan survei di daerah tersebut terkait penempatan sarana transportasi.

 

 

Jurnalis : Winardyasto
Fotografer : Winardyasto
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Letak sekolah yang berada di pinggiran menjadi salah satu faktor yang merepotkan siswa ketika mereka hendak pergi dan pulang sekolah. Apalagi lokasi tempat mereka menuntut ilmu tidak terjangkau akses angkutan umum. Imbasnya, pelajar harus berjalan kaki.

Kondisi seperti itu seperti terlihat di SMP Negeri 14 Jember yang berada di Jalan Koptu Berlian, Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari. Sekolah yang pertama kali dibangun pada 2007 lalu hingga saat ini belum terjamah angkutan umum.

Ketika Jawa Pos Radar Jember berada di sekolah pinggiran tersebut seusai pembelajaran tatap muka (PTM), terlihat sejumlah siswa meninggalkan halaman sekolah dan berdiri di luar pagar sambil menunggu jemputan orang tua. Beberapa di antara mereka memilih naik ojek online yang dipesan melalui ponsel mereka. Padahal tempat tinggal mereka terbilang tidak dekat. Mulai dari kawasan kota seperti Sumbersari, Patrang, hingga ke Jubung dan Mangli. Nah, bagi siswa yang rumahnya tak terlampau jauh, mereka lebih memilih berjalan kaki bersama-sama, melewati jalan aspal dikelilingi hamparan persawahan.

Akibat tidak ada angkutan umum yang melewati kawasan tersebut, para pelajar sengaja jalan kaki dan dirasa lebih sehat. Mereka seolah telah terbiasa oleh sengatan matahari, bahkan itu menjadi rutinitas rutin setiap hari. “Memang angkutan sekolah sangat dibutuhkan oleh siswa sekolah desa seperti SMP ini. Namun, sampai sekarang ini belum ada angkot berhenti di sini mengangkut anak sekolah,” ungkap Suhardi, salah seorang guru di SMP tersebut.

Saat Jawa Pos Radar Jember mengonfirmasi kondisi ini kepada Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jember Agus Wijaya, dia menegaskan, untuk bisa dilalui oleh angkutan menuju sekolah tersebut, perlu ada kajian dan tidak bisa serta-merta. “Hal itu bakal dikaji oleh Dishub untuk angkutan sekolah menuju SMP Negeri 14. Apakah daerah tersebut cukup ramai atau tidak, seperti terdapat pasar, sehingga angkot menjadi sebuah kebutuhan transportasi warga,” terang Agus.

Pihaknya berharap, ketika situasi telah normal kembali dari pandemi Covid-19 dan PTM berjalan seperti semula seperti sebelum virus mematikan itu merebak, Dishub akan segera melakukan survei di daerah tersebut terkait penempatan sarana transportasi.

 

 

Jurnalis : Winardyasto
Fotografer : Winardyasto
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca