GEBANG, RADARJEMBER.ID – Selama Oktober, MAN 2 Jember kembali menorehkan prestasi membanggakan. Ada empat siswa yang menjuarai dua jenis perlombaan berbeda. Di bidang lomba karya tulis ilmiah (LKTI) dan bahasa Inggris. Semua siswa yang mengikuti lomba adalah mereka yang sebelumnya belum pernah mengikuti ajang kompetisi.
Informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Jember, beberapa juara yang diraih itu di antaranya medali emas pidato bahasa Inggris tingkat nasional, medali perak pidato bahasa Inggris tingkat nasional, semifinalis peringkat tujuh olimpiade bahasa Inggris tingkat nasional, dan juara dua karya tulis ilmiah.
Fadia Ismatul Maula, peraih juara lomba karya tulis ilmiah, mengungkapkan, prestasinya ini adalah kemenangan perdananya. Sebelumnya, ia belum pernah mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Siswa kelas IX IPA 1 ini terbilang awam dengan bidang perlombaan tersebut. Sebab, semua organisasi ataupun ekstrakurikuler (ekskul) yang ia ikuti tidak bersinggungan langsung dengan LKTI. “Saya ikut Analisa (ekskul jurnalistik, Red) di bidang layout. Jadi, saya memang tidak tahu apa itu LKTI,” tuturnya, Senin (1/11).
Fadia mulai mengikuti tahapan pelatihan pribadi dengan guru khusus dari MAN 2. Mulanya, ia gagal fokus dengan berbagai rutinitas dan kegiatan yang ia jalani. Sehingga kosentrasinya untuk mengikuti lomba sempat buyar. “Saya ikut beberapa organisasi. Saya tidak bisa fokus ke LKTI. Sampai akhirnya saya mencoba untuk fokus kembali. Setelah pulang sekolah, saya belajar dengan Bu Ika di rumahnya,” ungkapnya.
Akhirnya, Fadia dan dua rekannya dapat menyusun sebuah kajian ilmiah yang membahas QR code dalam sistem belajar daring. Ia berharap, nantinya karya tulis itu dapat menginspirasi beberapa sekolah untuk mulai menggunakan sistem belajar daring menggunakan kode QR. “Saya meneliti tentang QR code dalam pembelajaran. Mungkin ini bisa diterapkan selama pembelajaran tatap muka terbatas,” ujarnya.
Sementara itu, Cahya Roudlotul Munawaroh, peraih medali emas pidato bahasa Inggris, juga membagikan kisahnya. Tak berbeda jauh dengan Fadia, Cahya juga belum pernah memiliki pengalaman khusus di bidang perlombaan bahasa Inggris. “Jadi, saya diajak guru. Saya agak pesimistis untuk mengikuti lomba ini,” kisahnya.
Apalagi Cahya mengetahui kompetisi tersebut jauh dan jadwalnya mepet. Dia juga sempat telat mengumpulkan teks yang dipersyaratkan lantaran tidak bisa membagi tugas untuk keperluan asrama. “Saya harus mencari referensi jurnal menggunakan alat elektronik. Itu pun dibatasi sama asrama. Jadi, saya memaksimalkan semua yang ada,” tuturnya.
Dengan perolehan itu, Cahya makin percaya diri untuk mengikuti lomba yang sejurus dengan kemampuannya. Baginya, mengikuti lomba ini adalah salah satu jalan untuk mengenali potensi diri yang ia miliki. “Rencananya saya mau ikut lomba-lomba yang sebidang dengan ini. Tapi, tidak melulu bahasa Inggris juga. Lebih ke public speaking,” kata pelajar asal Kabat, Banyuwangi, itu.
Reporter : Dian Cahyani
Fotografer : Man 2 Jember For Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih