24.9 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Guru dan Siswa di Sekolah Pinggiran, Bisanya Jalan Kaki Khawatir Kesasar

Tak semua anak-anak mengenyam bangku sekolah dengan cara yang mulus. Ada sebagian yang harus berjibaku. Dari soal akses yang menguras tenaga, sampai untuk urusan buang air kecil saja, mereka harus berkawan dengan alam.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pagi sekitar pukul 07.00 cuaca tampak cerah. Beberapa anak terlihat menapaki jalan bebatuan dan sedikit menanjak. Keriangan dan semangat terpancar di raut wajah mereka. Meski sesekali menahan ngos-ngosan, mereka terlihat menikmati. Berangkat ke sekolah ramai-ramai dengan rekan sebayanya, di SDN Curahtakir 03, Desa Curahtakir, Kecamatan Tempurejo.

BACA JUGA : Cuaca Tak Bersahabat, Mayoritas Nelayan Sandarkan Perahu di Muara Sungai

Jarak dari rumah mereka ke sekolah sebenarnya dekat. Namun, cukup menguras tenaga. Jalan bebatuan dan naik turun sepanjang sekitar 1 kilometer menjadi makanan mereka sehari-hari agar bisa mengenyam pendidikan di sekolah mereka yang berlokasi di tengah perkebunan. Lokasinya persis di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).

Mobile_AP_Rectangle 2

Sesampainya di sekolah, sejumlah guru sudah bersiap menyambut anak-anak. Tak berselang lama, beberapa siswa lain juga datang dengan diantar menggunakan sepeda motor modifikasi khas pegunungan. Namun, tidak banyak. “Anak-anak sini biasanya, ya, jalan kaki seperti ini,” kata ibu-ibu yang saat itu mengantar anaknya ke sekolah.

Sekilas, sekolah mereka memiliki pelataran yang luas. Sebelum jam pelajaran sekolah dimulai, mereka mengawalinya dengan bermain bola. Mungkin itu cara mereka mengobati kepenatan berjalan kaki saat berangkat sekolah. “Listrik dan sinyal telepon juga ada. Meskipun beberapa kali kesempatan sering kali ngadat. Kalau mau pake wifi ini ada, Pak, pake HP,” tawar seorang guru di sekolah itu, namanya Ferdian.

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pagi sekitar pukul 07.00 cuaca tampak cerah. Beberapa anak terlihat menapaki jalan bebatuan dan sedikit menanjak. Keriangan dan semangat terpancar di raut wajah mereka. Meski sesekali menahan ngos-ngosan, mereka terlihat menikmati. Berangkat ke sekolah ramai-ramai dengan rekan sebayanya, di SDN Curahtakir 03, Desa Curahtakir, Kecamatan Tempurejo.

BACA JUGA : Cuaca Tak Bersahabat, Mayoritas Nelayan Sandarkan Perahu di Muara Sungai

Jarak dari rumah mereka ke sekolah sebenarnya dekat. Namun, cukup menguras tenaga. Jalan bebatuan dan naik turun sepanjang sekitar 1 kilometer menjadi makanan mereka sehari-hari agar bisa mengenyam pendidikan di sekolah mereka yang berlokasi di tengah perkebunan. Lokasinya persis di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).

Sesampainya di sekolah, sejumlah guru sudah bersiap menyambut anak-anak. Tak berselang lama, beberapa siswa lain juga datang dengan diantar menggunakan sepeda motor modifikasi khas pegunungan. Namun, tidak banyak. “Anak-anak sini biasanya, ya, jalan kaki seperti ini,” kata ibu-ibu yang saat itu mengantar anaknya ke sekolah.

Sekilas, sekolah mereka memiliki pelataran yang luas. Sebelum jam pelajaran sekolah dimulai, mereka mengawalinya dengan bermain bola. Mungkin itu cara mereka mengobati kepenatan berjalan kaki saat berangkat sekolah. “Listrik dan sinyal telepon juga ada. Meskipun beberapa kali kesempatan sering kali ngadat. Kalau mau pake wifi ini ada, Pak, pake HP,” tawar seorang guru di sekolah itu, namanya Ferdian.

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pagi sekitar pukul 07.00 cuaca tampak cerah. Beberapa anak terlihat menapaki jalan bebatuan dan sedikit menanjak. Keriangan dan semangat terpancar di raut wajah mereka. Meski sesekali menahan ngos-ngosan, mereka terlihat menikmati. Berangkat ke sekolah ramai-ramai dengan rekan sebayanya, di SDN Curahtakir 03, Desa Curahtakir, Kecamatan Tempurejo.

BACA JUGA : Cuaca Tak Bersahabat, Mayoritas Nelayan Sandarkan Perahu di Muara Sungai

Jarak dari rumah mereka ke sekolah sebenarnya dekat. Namun, cukup menguras tenaga. Jalan bebatuan dan naik turun sepanjang sekitar 1 kilometer menjadi makanan mereka sehari-hari agar bisa mengenyam pendidikan di sekolah mereka yang berlokasi di tengah perkebunan. Lokasinya persis di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).

Sesampainya di sekolah, sejumlah guru sudah bersiap menyambut anak-anak. Tak berselang lama, beberapa siswa lain juga datang dengan diantar menggunakan sepeda motor modifikasi khas pegunungan. Namun, tidak banyak. “Anak-anak sini biasanya, ya, jalan kaki seperti ini,” kata ibu-ibu yang saat itu mengantar anaknya ke sekolah.

Sekilas, sekolah mereka memiliki pelataran yang luas. Sebelum jam pelajaran sekolah dimulai, mereka mengawalinya dengan bermain bola. Mungkin itu cara mereka mengobati kepenatan berjalan kaki saat berangkat sekolah. “Listrik dan sinyal telepon juga ada. Meskipun beberapa kali kesempatan sering kali ngadat. Kalau mau pake wifi ini ada, Pak, pake HP,” tawar seorang guru di sekolah itu, namanya Ferdian.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca