RADAR JEMBER.ID – Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang masa orientasi siswa (MOS). Melalui Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016, istilah MOS telah diubah menjadi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Regulasi ini bertujuan mengubah paradigma penyelenggara pendidikan agar mengubah pola masa orientasi siswa menjadi lebih mendidik dan menghindari aksi kekerasan fisik.
Kendati telah ada regulasi yang mengatur, di tingkat sekolah masih saja ada kegiatan orientasi yang mengedepankan unsur fisik. Melatih kedisiplinan kerap menjadi dalih. Seperti MPLS di SMK Perikanan dan Kelautan Puger. Bahkan, di sekolah ini, model kegiatannya berbeda dengan lembaga lain. Siswa baru wajib mengikuti MPLS selama satu bulan penuh. Padahal, Permendikbud membatasi cuma tiga hari. Kecuali bagi sekolah berbasis asrama.
Para siswa baru di sekolah ini wajib mengikuti tahapan MPLS yang diselenggarakan. Mulai dari pemetaan potensi diri, pengetahuan umum, hingga pendadaran fisik. Dalam pendadaran fisik di salah satu kegiatan MPLS, misalnya, para siswa diminta menceburkan diri ke sungai tak jauh dari lokasi sekolah. Mereka tak hanya diminta menyeberangi sungai, tapi juga menyelam. Mirip penempaan fisik bagi calon anggota militer.
Kepala SMK Perikanan dan Kelautan Puger Kuntjoro mengatakan, selama sebulan siswa angkatan 19 harus tinggal di sekolah. Karena itu, mereka yang biasanya tinggal bersama keluarga, khusus kegiatan MPLS, harus berpisah dulu. Tak semua pelajar betah dengan pola orientasi yang diterapkan. Bahkan, tahun lalu ada lima siswa yang kabur dan dianggap gugur. “Alhamdulilah, untuk angkatan 19 ini tidak ada siswa yang kabur. Kalau tahun sebelumnya ada lima siswa. Sehingga dinyatakan gugur dan keluar dari sekolah,” katanya.
Menurut dia, model orientasi seperti ini sudah menjadi kebiasaan di masa tahun ajaran baru. Sebab, Kuntjoro menuturkan, SMK Perikanan Puger mempunyai visi anak-anak harus luar biasa dengan proses yang tidak biasa-biasa. Penerapan visi itu salah satunya dengan menggelar MPLS selama sebulan penuh. “Di sekolah kami, tidak hanya cukup dengan pengenalan sekolah, tapi juga harus mengenal diri masing-masing,” dalihnya.
Kunjtoro mengatakan, mengenal kekuatan masing-masing siswa itu penting. Sebab, dengan potensi fisik yang dimiliki itu, pihaknya bisa mendorong supaya anak-anak lahir luar biasa. Dengan demikian, sambung dia, MPLS di lembaganya menggunakan pola plus pelatihan dasar disiplin kepemimpinan Korps Taruna SMK Perikanan dan Kelautan. “Untuk MPLS dilakukan selama sebulan, sehingga siswa baru harus tinggal di sekolah,” ujarnya.
Selama sebulan ini, sekolah juga melibatkan pihak luar. Seperti tokoh agama, ulama, TNI dari koramil dan angota polsek setempat, polantas, dan Dinas Kesehatan Jember. Selain itu, ada dari PMI, Dinas Perikanan Jember, serta Bakesbangpol. “Sehingga anak-anak ini nanti spirit dan mentalnya kuat. Pengetahuannya juga luas,” jelasnya.
Setelah diberi pengetahuan umum dan keagamaan, kata Kuntjoro, para siswa tinggal dilatih ketahanan fisik. Pada proses ini, sekolah melibatkan anggota TNI untuk membentuk performa fisik siswa. “Terutama dalam hal baris-berbaris, dan di dalamnya sambil menanamkan nilai-nilai kebangsaan,” ujarnya.
Kuntjoro meyakini, pola pendadaran semacam ini mampu membangun fondasi siswa yang kokoh dan karakter yang kuat untuk tiga hingga 10 tahun ke depan. Sebab, sambung dia, profesi apa pun, pekerjaan apa pun, dituntut memiliki pola pikir dasar dan karakter yang kuat. “Apalagi, lulusan di sekolah ini akan bekerja ke luar negeri. Lulusan kami (bekerja) di laut, dan di tempat-tempat yang penuh risiko,” pungkas Kuntjoro.
Sementara itu, Didik, anggota Koramil Puger, menegaskan kepada ratusan taruna-taruni, sebutan siswa SMK Perikanan dan Kelautan Puger, agar jangan coba-coba tidak disiplin di sekolah. Apalagi di luar sekolah. Anggota TNI yang bertugas melatih taruna-taruni itu mengatakan, kedisiplinan di sekolah untuk masa depan siswa sendiri. “Makanya harus belajar disiplin mulai sekarang. Kalau tidak, nanti bisa berurusan dengan saya,” ujar Didik yang didampingi lima personel TNI lainnya. (*)