27.7 C
Jember
Tuesday, 6 June 2023

Masa Tenang Pilkades Jember Rawan “Serangan Fajar” dan Serangan Lain

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – TIGA hari lagi, 59 desa di Jember akan menyelenggarakan pilkades. Sejak ditetapkan sebagai calon, hingga kini mereka terus berlomba-lomba unjuk diri melalui foto atau baliho yang hampir ditemui di berbagai ruas jalan di Jember. Namun, upaya mendulang suara pemilih Kepala Desa ini tak lepas dari potensi konflik. Bahkan, di beberapa desa tertentu, di Jember sejak awal tahapan berjalan, suhunya sudah menghangat. Misalnya di Desa Mayangan, Kecamatan Gumukmas jember. Dalam pemetaan yang dilakukan oleh panitia pilkades tingkat kabupaten, desa ini menjadi satu dari sembilan desa zona merah atau rawan terjadi konflik akibat pilkades Jember.

Salah satu desa di wilayah Jember selatan yang menggelar hajatan politik ini memang mencuri perhatian. Sejak awal tahapan pilkades diputar, banyak dinamika yang mewarnai di dalamnya. Mulai dari perang kampanye bakal calon (balon) di media sosial, dugaan kecacatan administrasi ijazah, hingga lapor-melapor ke polisi. Bahkan isu Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan tanaman semangka juga turut mewarnai dinamikanya. “Daripada di Desa Gumukmas, di Desa Mayangan Jember ini yang paling hangat. Calonnya ada banyak,” kata Harianto, warga Mayangan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Jember, ada lima calon yang bakal bertarung pada Pilkades Mayangan Jember. Kelima orang itu terdiri atas unsur pengusaha, sopir, lulusan pondok pesantren, dan calon petahana. Kendati telah ditetapkan lima calon, beredar kabar bahwa yang akan bertarung sesungguhnya adalah tiga calon. Sementara, dua calon lainnya hanya sebatas calon bayangan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Ketua Pilkades Mayangan Jember Imam Syafi’i mengatakan, sejak awal pilkades diputar, berbagai manuver politik ditampilkan oleh para calon. Terutama pada saat menit-menit akhir penutupan pendaftaran balon kades. “Saat pendaftaran bakal calon mau ditutup, ternyata sampai 10 orang yang mendaftar ke panitia. Di hari-hari terakhir,” kata Imam kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (21/11).

Dia menjelaskan, terkumpulnya 10 balon kades itu terdiri atas berbagai unsur yang beragam. Ada unsur BPD, staf desa, lulusan sarjana, pengusaha, dan petahana. Setelah terkumpul 10 balon kades itu, sesuai ketentuan, tahapan berikutnya adalah pelaksanaan tes tulis. Namun, sebelum tes tulis, tensinya sempat menghangat. “Ada balon kades yang dilaporkan karena diduga ijazahnya cacat. Merasa namanya dicemarkan, yang bersangkutan melapor balik,” beber Imam.

Saling lapor itu juga sempat menyeret independensi panitia pilkades Jember. Imam mengakui, panitia sempat disebut-sebut diduga memiliki keterlibatan ke balon tertentu. Namun, dirinya tegas menyatakan, semua proses lapor-melapor itu sudah ada leading sector tersendiri, yakni di kepolisian. “Kami tidak mungkin sampai ke sana. Tugas kami jelas, satu komando untuk pilkades Jember ini. Jadi, kami persilakan proses hukum itu di kepolisian. Dan kami siap dimintai keterangan,” ucapnya.

Kemudian, di beberapa media sosial, juga ada kampanye-kampanye sejumlah balon kades yang bertendensi merugikan balon lainnya. Imam mengaku, seketika menyikapi hal itu dengan mendatangi beberapa orang yang diduga mengunggah berita tersebut untuk diberikan arahan dan penjelasan.

Selain itu, lanjut Imam, dalam berjalannya seleksi dan verifikasi berkas para balon kades sebelum pelaksanaan tes tulis, sudah dilakukan verifikasi oleh tim verifikator yang berasal dari luar unsur kepanitiaan. Dari muspika, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Jember dan lainnya. Jadi, pelolosan administrasi itu mutlak ditentukan tim verifikator tersebut. “Berdasarkan hasil dari verifikator itulah, kami umumkan bahwa ada 10 balon kades Mayangan Jember,” imbuhnya.

Mengenai isu miring yang menerpa panitia pilkades Jember itu, diakui Imam bak suara burung. Kepanitiaan tidak mau ambil pusing dan tetap fokus pada tugas agenda atau tahapan pilkades berikutnya. “Soal itu mengalir saja. Kami tidak mau terpancing isu. Kalau kami ditengarai tidak netral, silakan tuntut. Sertakan barang bukti ke pihak berwajib,” cetusnya.

Setelah pelaksanaan tes tulis itu, dari 10 balon kades mengerucut menjadi lima calon, kemudian disusul dengan penetapan dan pengundian nomor urut. Yakni, 01 Sunoto, 02 Adi Wiyono, 03 Zaenal Arifin, 04 Bambang Hariyono, dan 05 Sulimah (petahana). Kelima calon tersebut bakal memperebutkan hati masyarakat. Jumlah pemilih sebanyak 8.399 sesuai daftar pemilih tetap (DPT). Mereka tersebar di 17 tempat pemungutan suara (TPS).

Lebih jauh, Imam mengatakan, sebenarnya beberapa dari calon kades itu ada ikatan saudara. Kendati sempat ada tensi yang memanas dan gesekan-gesekan antarcalon, Imam memastikan kelima orang tersebut bakal bisa menerima apa pun hasilnya nanti. “Sempat kami undang bersama. Bangun komitmen bareng memajukan desa. Dan ditutup makan bareng. Di sana, suasananya sangat cair,” tambah dia.

Tidak Ada Kampanye

SEMENTARA itu, di belahan timur Jember, kondisinya agak berbeda. Misalnya di Desa/Kecamatan Mayang. Di desa ini, situasinya cukup landai. Tidak ada gesekan atau potensi yang mengarah ke konflik terbuka. Padahal, pada momentum pilkades Jember enam tahun sebelumnya, dinamika di desa ini cukup panas. Bahkan, sempat terjadi kerusuhan seusai tahap penghitungan suara atau penentuan kades terpilih. Namun, saat ini kondisinya adem ayem. Tidak tampak ada perdebatan siapa yang akan memilih siapa. Ini diperkirakan karena menjelang pilkades Jember tidak ada kegiatan kampanye atau pengerahan massa besar-besaran. Forum penyampaian visi misi calon kades tersebut ditiadakan.

Ketua Panitia Pilkades Mayang Jember Hasan Basri menuturkan, memang tidak ada kampanye dan pengerahan masa oleh cakades. Hal ini telah diatur dalam peraturan bupati (perbup) yang telah ditetapkan. Bahkan, untuk memastikan hal tersebut, pihaknya melakukan konsolidasi dengan para cakades agar tidak menggelar kampanye. “Tanggal 15 kemarin, cakades kami ajak rembuk, termasuk sepakat membuat perjanjian tidak akan melakukan kampanye. Kami tuangkan dalam berita acara karena memang tatib (tata tertib pilkades, Red) tidak mungkin diubah,” ungkapnya.

Selain untuk mematuhi prokes menjelang pilkades Jember, perjanjian peniadaan kampanye ini juga dilakukan guna menjaga kondisi desa agar tetap damai. Sehingga benar-benar terbebas dari intimidasi antarkelompok. “Alhamdulillah semuanya sepakat,” imbuh pria yang karib disapa Hasba ini.

Sebagai panitia, dia mengatakan, dari empat cakades yang ada, pihaknya memantau setiap gerakan cakades dan tim pendukung yang membantu sejak awal ditetapkan. Dalam pemantauan tersebut, Hasba juga bekerja sama dengan tim keamanan seperti kapolsek, danramil, babinsa, serta bhabinkamtibmas, meski acara belum dilaksanakan. “Ini sangat mendukung keleluasaan panitia sampai acara pilkades Jember nanti,” lanjutnya.

Menurut dia, antisipasi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik berada di tangan para cakades. Mereka harus mampu mengendalikan timnya agar tidak mengintimidasi warga. Sebab, permasalahan rentan timbul dari dua golongan tersebut, yakni tim sukses yang fanatik terhadap cakadesnya dan warga yang mudah terpengaruh oleh keadaan. “Karena kalau antarpendukung kres, maka warganya kemungkinan akan ikut juga. Jelas tidak akan kondusif. Maka yang kami jaga, saya pegang dulu perjanjian cakades untuk menjaga pendukung maupun masyarakat yang mendukung dia,” paparnya.

Selain berkoordinasi dengan cakades, langkah yang ia lakukan untuk mengontrol keadaan ialah dengan memasang intel atau mata-mata di setiap dusun. Intel tersebut bertugas sejak awal anggota KPPS ditetapkan. Intel tersebut juga merupakan anggota KPPS yang dipilih secara acak. Mereka menjadi tangan kanan panitia yang mengawasi gerak-gerik menjelang pilkades Jember, serta potensi kejanggalan di setiap TPS.

Tetap Satu Saudara

TINGGINYA tensi pilkades Jember memang tidak bisa dipisahkan. Semakin dekat menjelang pelaksanaan, tensinya bakal semakin meninggi. Walaupun sempat muncul berbagai permasalahan dan gesekan antarcalon, namun para calon sejatinya tetap memiliki iktikad baik. Satu suara memajukan desa. “Kalau muncul ada masalah, itu wajar. Tapi, kita bukan orang lain. Semuanya, para calon dan masyarakat itu, satu saudara dan satu tujuan,” kata Sartono, Pj Kades Mayangan.

Selaku penanggung jawab desa, hal itu kerap disampaikan dalam beberapa kesempatan. Biasanya pada vaksinasi di desa dan beberapa kesempatan lainnya. Meski potensi kegaduhan itu ada, namun dirinya optimistis hal itu bisa teratasi. “Insyaallah pengamanan sudah siap. Dari panitia, muspika, bhabinkamtibmas, babinsa, dan jajaran terkait lainnya juga siap,” tambah dia.

Dia juga tidak tahu soal kelanjutan lapor-melapor yang dilakukan beberapa balon saat itu. Namun yang pasti, walaupun laporan itu berlanjut, dirinya menghormati proses hukum yang ada dan tetap meminta masyarakat agar guyub. “Terpenting masyarakat selaku pemilih ini bijak. Kita boleh beda pilihan, namun pada prinsipnya kalah menang tetap saudara,” pungkasnya.

Reporter : Maulana/Radar Jember dan Delfi Nihayah/Radar Jember

Fotografer : Grafis Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – TIGA hari lagi, 59 desa di Jember akan menyelenggarakan pilkades. Sejak ditetapkan sebagai calon, hingga kini mereka terus berlomba-lomba unjuk diri melalui foto atau baliho yang hampir ditemui di berbagai ruas jalan di Jember. Namun, upaya mendulang suara pemilih Kepala Desa ini tak lepas dari potensi konflik. Bahkan, di beberapa desa tertentu, di Jember sejak awal tahapan berjalan, suhunya sudah menghangat. Misalnya di Desa Mayangan, Kecamatan Gumukmas jember. Dalam pemetaan yang dilakukan oleh panitia pilkades tingkat kabupaten, desa ini menjadi satu dari sembilan desa zona merah atau rawan terjadi konflik akibat pilkades Jember.

Salah satu desa di wilayah Jember selatan yang menggelar hajatan politik ini memang mencuri perhatian. Sejak awal tahapan pilkades diputar, banyak dinamika yang mewarnai di dalamnya. Mulai dari perang kampanye bakal calon (balon) di media sosial, dugaan kecacatan administrasi ijazah, hingga lapor-melapor ke polisi. Bahkan isu Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan tanaman semangka juga turut mewarnai dinamikanya. “Daripada di Desa Gumukmas, di Desa Mayangan Jember ini yang paling hangat. Calonnya ada banyak,” kata Harianto, warga Mayangan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Jember, ada lima calon yang bakal bertarung pada Pilkades Mayangan Jember. Kelima orang itu terdiri atas unsur pengusaha, sopir, lulusan pondok pesantren, dan calon petahana. Kendati telah ditetapkan lima calon, beredar kabar bahwa yang akan bertarung sesungguhnya adalah tiga calon. Sementara, dua calon lainnya hanya sebatas calon bayangan.

Ketua Pilkades Mayangan Jember Imam Syafi’i mengatakan, sejak awal pilkades diputar, berbagai manuver politik ditampilkan oleh para calon. Terutama pada saat menit-menit akhir penutupan pendaftaran balon kades. “Saat pendaftaran bakal calon mau ditutup, ternyata sampai 10 orang yang mendaftar ke panitia. Di hari-hari terakhir,” kata Imam kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (21/11).

Dia menjelaskan, terkumpulnya 10 balon kades itu terdiri atas berbagai unsur yang beragam. Ada unsur BPD, staf desa, lulusan sarjana, pengusaha, dan petahana. Setelah terkumpul 10 balon kades itu, sesuai ketentuan, tahapan berikutnya adalah pelaksanaan tes tulis. Namun, sebelum tes tulis, tensinya sempat menghangat. “Ada balon kades yang dilaporkan karena diduga ijazahnya cacat. Merasa namanya dicemarkan, yang bersangkutan melapor balik,” beber Imam.

Saling lapor itu juga sempat menyeret independensi panitia pilkades Jember. Imam mengakui, panitia sempat disebut-sebut diduga memiliki keterlibatan ke balon tertentu. Namun, dirinya tegas menyatakan, semua proses lapor-melapor itu sudah ada leading sector tersendiri, yakni di kepolisian. “Kami tidak mungkin sampai ke sana. Tugas kami jelas, satu komando untuk pilkades Jember ini. Jadi, kami persilakan proses hukum itu di kepolisian. Dan kami siap dimintai keterangan,” ucapnya.

Kemudian, di beberapa media sosial, juga ada kampanye-kampanye sejumlah balon kades yang bertendensi merugikan balon lainnya. Imam mengaku, seketika menyikapi hal itu dengan mendatangi beberapa orang yang diduga mengunggah berita tersebut untuk diberikan arahan dan penjelasan.

Selain itu, lanjut Imam, dalam berjalannya seleksi dan verifikasi berkas para balon kades sebelum pelaksanaan tes tulis, sudah dilakukan verifikasi oleh tim verifikator yang berasal dari luar unsur kepanitiaan. Dari muspika, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Jember dan lainnya. Jadi, pelolosan administrasi itu mutlak ditentukan tim verifikator tersebut. “Berdasarkan hasil dari verifikator itulah, kami umumkan bahwa ada 10 balon kades Mayangan Jember,” imbuhnya.

Mengenai isu miring yang menerpa panitia pilkades Jember itu, diakui Imam bak suara burung. Kepanitiaan tidak mau ambil pusing dan tetap fokus pada tugas agenda atau tahapan pilkades berikutnya. “Soal itu mengalir saja. Kami tidak mau terpancing isu. Kalau kami ditengarai tidak netral, silakan tuntut. Sertakan barang bukti ke pihak berwajib,” cetusnya.

Setelah pelaksanaan tes tulis itu, dari 10 balon kades mengerucut menjadi lima calon, kemudian disusul dengan penetapan dan pengundian nomor urut. Yakni, 01 Sunoto, 02 Adi Wiyono, 03 Zaenal Arifin, 04 Bambang Hariyono, dan 05 Sulimah (petahana). Kelima calon tersebut bakal memperebutkan hati masyarakat. Jumlah pemilih sebanyak 8.399 sesuai daftar pemilih tetap (DPT). Mereka tersebar di 17 tempat pemungutan suara (TPS).

Lebih jauh, Imam mengatakan, sebenarnya beberapa dari calon kades itu ada ikatan saudara. Kendati sempat ada tensi yang memanas dan gesekan-gesekan antarcalon, Imam memastikan kelima orang tersebut bakal bisa menerima apa pun hasilnya nanti. “Sempat kami undang bersama. Bangun komitmen bareng memajukan desa. Dan ditutup makan bareng. Di sana, suasananya sangat cair,” tambah dia.

Tidak Ada Kampanye

SEMENTARA itu, di belahan timur Jember, kondisinya agak berbeda. Misalnya di Desa/Kecamatan Mayang. Di desa ini, situasinya cukup landai. Tidak ada gesekan atau potensi yang mengarah ke konflik terbuka. Padahal, pada momentum pilkades Jember enam tahun sebelumnya, dinamika di desa ini cukup panas. Bahkan, sempat terjadi kerusuhan seusai tahap penghitungan suara atau penentuan kades terpilih. Namun, saat ini kondisinya adem ayem. Tidak tampak ada perdebatan siapa yang akan memilih siapa. Ini diperkirakan karena menjelang pilkades Jember tidak ada kegiatan kampanye atau pengerahan massa besar-besaran. Forum penyampaian visi misi calon kades tersebut ditiadakan.

Ketua Panitia Pilkades Mayang Jember Hasan Basri menuturkan, memang tidak ada kampanye dan pengerahan masa oleh cakades. Hal ini telah diatur dalam peraturan bupati (perbup) yang telah ditetapkan. Bahkan, untuk memastikan hal tersebut, pihaknya melakukan konsolidasi dengan para cakades agar tidak menggelar kampanye. “Tanggal 15 kemarin, cakades kami ajak rembuk, termasuk sepakat membuat perjanjian tidak akan melakukan kampanye. Kami tuangkan dalam berita acara karena memang tatib (tata tertib pilkades, Red) tidak mungkin diubah,” ungkapnya.

Selain untuk mematuhi prokes menjelang pilkades Jember, perjanjian peniadaan kampanye ini juga dilakukan guna menjaga kondisi desa agar tetap damai. Sehingga benar-benar terbebas dari intimidasi antarkelompok. “Alhamdulillah semuanya sepakat,” imbuh pria yang karib disapa Hasba ini.

Sebagai panitia, dia mengatakan, dari empat cakades yang ada, pihaknya memantau setiap gerakan cakades dan tim pendukung yang membantu sejak awal ditetapkan. Dalam pemantauan tersebut, Hasba juga bekerja sama dengan tim keamanan seperti kapolsek, danramil, babinsa, serta bhabinkamtibmas, meski acara belum dilaksanakan. “Ini sangat mendukung keleluasaan panitia sampai acara pilkades Jember nanti,” lanjutnya.

Menurut dia, antisipasi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik berada di tangan para cakades. Mereka harus mampu mengendalikan timnya agar tidak mengintimidasi warga. Sebab, permasalahan rentan timbul dari dua golongan tersebut, yakni tim sukses yang fanatik terhadap cakadesnya dan warga yang mudah terpengaruh oleh keadaan. “Karena kalau antarpendukung kres, maka warganya kemungkinan akan ikut juga. Jelas tidak akan kondusif. Maka yang kami jaga, saya pegang dulu perjanjian cakades untuk menjaga pendukung maupun masyarakat yang mendukung dia,” paparnya.

Selain berkoordinasi dengan cakades, langkah yang ia lakukan untuk mengontrol keadaan ialah dengan memasang intel atau mata-mata di setiap dusun. Intel tersebut bertugas sejak awal anggota KPPS ditetapkan. Intel tersebut juga merupakan anggota KPPS yang dipilih secara acak. Mereka menjadi tangan kanan panitia yang mengawasi gerak-gerik menjelang pilkades Jember, serta potensi kejanggalan di setiap TPS.

Tetap Satu Saudara

TINGGINYA tensi pilkades Jember memang tidak bisa dipisahkan. Semakin dekat menjelang pelaksanaan, tensinya bakal semakin meninggi. Walaupun sempat muncul berbagai permasalahan dan gesekan antarcalon, namun para calon sejatinya tetap memiliki iktikad baik. Satu suara memajukan desa. “Kalau muncul ada masalah, itu wajar. Tapi, kita bukan orang lain. Semuanya, para calon dan masyarakat itu, satu saudara dan satu tujuan,” kata Sartono, Pj Kades Mayangan.

Selaku penanggung jawab desa, hal itu kerap disampaikan dalam beberapa kesempatan. Biasanya pada vaksinasi di desa dan beberapa kesempatan lainnya. Meski potensi kegaduhan itu ada, namun dirinya optimistis hal itu bisa teratasi. “Insyaallah pengamanan sudah siap. Dari panitia, muspika, bhabinkamtibmas, babinsa, dan jajaran terkait lainnya juga siap,” tambah dia.

Dia juga tidak tahu soal kelanjutan lapor-melapor yang dilakukan beberapa balon saat itu. Namun yang pasti, walaupun laporan itu berlanjut, dirinya menghormati proses hukum yang ada dan tetap meminta masyarakat agar guyub. “Terpenting masyarakat selaku pemilih ini bijak. Kita boleh beda pilihan, namun pada prinsipnya kalah menang tetap saudara,” pungkasnya.

Reporter : Maulana/Radar Jember dan Delfi Nihayah/Radar Jember

Fotografer : Grafis Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

JEMBER, RADARJEMBER.ID – TIGA hari lagi, 59 desa di Jember akan menyelenggarakan pilkades. Sejak ditetapkan sebagai calon, hingga kini mereka terus berlomba-lomba unjuk diri melalui foto atau baliho yang hampir ditemui di berbagai ruas jalan di Jember. Namun, upaya mendulang suara pemilih Kepala Desa ini tak lepas dari potensi konflik. Bahkan, di beberapa desa tertentu, di Jember sejak awal tahapan berjalan, suhunya sudah menghangat. Misalnya di Desa Mayangan, Kecamatan Gumukmas jember. Dalam pemetaan yang dilakukan oleh panitia pilkades tingkat kabupaten, desa ini menjadi satu dari sembilan desa zona merah atau rawan terjadi konflik akibat pilkades Jember.

Salah satu desa di wilayah Jember selatan yang menggelar hajatan politik ini memang mencuri perhatian. Sejak awal tahapan pilkades diputar, banyak dinamika yang mewarnai di dalamnya. Mulai dari perang kampanye bakal calon (balon) di media sosial, dugaan kecacatan administrasi ijazah, hingga lapor-melapor ke polisi. Bahkan isu Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan tanaman semangka juga turut mewarnai dinamikanya. “Daripada di Desa Gumukmas, di Desa Mayangan Jember ini yang paling hangat. Calonnya ada banyak,” kata Harianto, warga Mayangan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Jember, ada lima calon yang bakal bertarung pada Pilkades Mayangan Jember. Kelima orang itu terdiri atas unsur pengusaha, sopir, lulusan pondok pesantren, dan calon petahana. Kendati telah ditetapkan lima calon, beredar kabar bahwa yang akan bertarung sesungguhnya adalah tiga calon. Sementara, dua calon lainnya hanya sebatas calon bayangan.

Ketua Pilkades Mayangan Jember Imam Syafi’i mengatakan, sejak awal pilkades diputar, berbagai manuver politik ditampilkan oleh para calon. Terutama pada saat menit-menit akhir penutupan pendaftaran balon kades. “Saat pendaftaran bakal calon mau ditutup, ternyata sampai 10 orang yang mendaftar ke panitia. Di hari-hari terakhir,” kata Imam kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (21/11).

Dia menjelaskan, terkumpulnya 10 balon kades itu terdiri atas berbagai unsur yang beragam. Ada unsur BPD, staf desa, lulusan sarjana, pengusaha, dan petahana. Setelah terkumpul 10 balon kades itu, sesuai ketentuan, tahapan berikutnya adalah pelaksanaan tes tulis. Namun, sebelum tes tulis, tensinya sempat menghangat. “Ada balon kades yang dilaporkan karena diduga ijazahnya cacat. Merasa namanya dicemarkan, yang bersangkutan melapor balik,” beber Imam.

Saling lapor itu juga sempat menyeret independensi panitia pilkades Jember. Imam mengakui, panitia sempat disebut-sebut diduga memiliki keterlibatan ke balon tertentu. Namun, dirinya tegas menyatakan, semua proses lapor-melapor itu sudah ada leading sector tersendiri, yakni di kepolisian. “Kami tidak mungkin sampai ke sana. Tugas kami jelas, satu komando untuk pilkades Jember ini. Jadi, kami persilakan proses hukum itu di kepolisian. Dan kami siap dimintai keterangan,” ucapnya.

Kemudian, di beberapa media sosial, juga ada kampanye-kampanye sejumlah balon kades yang bertendensi merugikan balon lainnya. Imam mengaku, seketika menyikapi hal itu dengan mendatangi beberapa orang yang diduga mengunggah berita tersebut untuk diberikan arahan dan penjelasan.

Selain itu, lanjut Imam, dalam berjalannya seleksi dan verifikasi berkas para balon kades sebelum pelaksanaan tes tulis, sudah dilakukan verifikasi oleh tim verifikator yang berasal dari luar unsur kepanitiaan. Dari muspika, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Jember dan lainnya. Jadi, pelolosan administrasi itu mutlak ditentukan tim verifikator tersebut. “Berdasarkan hasil dari verifikator itulah, kami umumkan bahwa ada 10 balon kades Mayangan Jember,” imbuhnya.

Mengenai isu miring yang menerpa panitia pilkades Jember itu, diakui Imam bak suara burung. Kepanitiaan tidak mau ambil pusing dan tetap fokus pada tugas agenda atau tahapan pilkades berikutnya. “Soal itu mengalir saja. Kami tidak mau terpancing isu. Kalau kami ditengarai tidak netral, silakan tuntut. Sertakan barang bukti ke pihak berwajib,” cetusnya.

Setelah pelaksanaan tes tulis itu, dari 10 balon kades mengerucut menjadi lima calon, kemudian disusul dengan penetapan dan pengundian nomor urut. Yakni, 01 Sunoto, 02 Adi Wiyono, 03 Zaenal Arifin, 04 Bambang Hariyono, dan 05 Sulimah (petahana). Kelima calon tersebut bakal memperebutkan hati masyarakat. Jumlah pemilih sebanyak 8.399 sesuai daftar pemilih tetap (DPT). Mereka tersebar di 17 tempat pemungutan suara (TPS).

Lebih jauh, Imam mengatakan, sebenarnya beberapa dari calon kades itu ada ikatan saudara. Kendati sempat ada tensi yang memanas dan gesekan-gesekan antarcalon, Imam memastikan kelima orang tersebut bakal bisa menerima apa pun hasilnya nanti. “Sempat kami undang bersama. Bangun komitmen bareng memajukan desa. Dan ditutup makan bareng. Di sana, suasananya sangat cair,” tambah dia.

Tidak Ada Kampanye

SEMENTARA itu, di belahan timur Jember, kondisinya agak berbeda. Misalnya di Desa/Kecamatan Mayang. Di desa ini, situasinya cukup landai. Tidak ada gesekan atau potensi yang mengarah ke konflik terbuka. Padahal, pada momentum pilkades Jember enam tahun sebelumnya, dinamika di desa ini cukup panas. Bahkan, sempat terjadi kerusuhan seusai tahap penghitungan suara atau penentuan kades terpilih. Namun, saat ini kondisinya adem ayem. Tidak tampak ada perdebatan siapa yang akan memilih siapa. Ini diperkirakan karena menjelang pilkades Jember tidak ada kegiatan kampanye atau pengerahan massa besar-besaran. Forum penyampaian visi misi calon kades tersebut ditiadakan.

Ketua Panitia Pilkades Mayang Jember Hasan Basri menuturkan, memang tidak ada kampanye dan pengerahan masa oleh cakades. Hal ini telah diatur dalam peraturan bupati (perbup) yang telah ditetapkan. Bahkan, untuk memastikan hal tersebut, pihaknya melakukan konsolidasi dengan para cakades agar tidak menggelar kampanye. “Tanggal 15 kemarin, cakades kami ajak rembuk, termasuk sepakat membuat perjanjian tidak akan melakukan kampanye. Kami tuangkan dalam berita acara karena memang tatib (tata tertib pilkades, Red) tidak mungkin diubah,” ungkapnya.

Selain untuk mematuhi prokes menjelang pilkades Jember, perjanjian peniadaan kampanye ini juga dilakukan guna menjaga kondisi desa agar tetap damai. Sehingga benar-benar terbebas dari intimidasi antarkelompok. “Alhamdulillah semuanya sepakat,” imbuh pria yang karib disapa Hasba ini.

Sebagai panitia, dia mengatakan, dari empat cakades yang ada, pihaknya memantau setiap gerakan cakades dan tim pendukung yang membantu sejak awal ditetapkan. Dalam pemantauan tersebut, Hasba juga bekerja sama dengan tim keamanan seperti kapolsek, danramil, babinsa, serta bhabinkamtibmas, meski acara belum dilaksanakan. “Ini sangat mendukung keleluasaan panitia sampai acara pilkades Jember nanti,” lanjutnya.

Menurut dia, antisipasi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik berada di tangan para cakades. Mereka harus mampu mengendalikan timnya agar tidak mengintimidasi warga. Sebab, permasalahan rentan timbul dari dua golongan tersebut, yakni tim sukses yang fanatik terhadap cakadesnya dan warga yang mudah terpengaruh oleh keadaan. “Karena kalau antarpendukung kres, maka warganya kemungkinan akan ikut juga. Jelas tidak akan kondusif. Maka yang kami jaga, saya pegang dulu perjanjian cakades untuk menjaga pendukung maupun masyarakat yang mendukung dia,” paparnya.

Selain berkoordinasi dengan cakades, langkah yang ia lakukan untuk mengontrol keadaan ialah dengan memasang intel atau mata-mata di setiap dusun. Intel tersebut bertugas sejak awal anggota KPPS ditetapkan. Intel tersebut juga merupakan anggota KPPS yang dipilih secara acak. Mereka menjadi tangan kanan panitia yang mengawasi gerak-gerik menjelang pilkades Jember, serta potensi kejanggalan di setiap TPS.

Tetap Satu Saudara

TINGGINYA tensi pilkades Jember memang tidak bisa dipisahkan. Semakin dekat menjelang pelaksanaan, tensinya bakal semakin meninggi. Walaupun sempat muncul berbagai permasalahan dan gesekan antarcalon, namun para calon sejatinya tetap memiliki iktikad baik. Satu suara memajukan desa. “Kalau muncul ada masalah, itu wajar. Tapi, kita bukan orang lain. Semuanya, para calon dan masyarakat itu, satu saudara dan satu tujuan,” kata Sartono, Pj Kades Mayangan.

Selaku penanggung jawab desa, hal itu kerap disampaikan dalam beberapa kesempatan. Biasanya pada vaksinasi di desa dan beberapa kesempatan lainnya. Meski potensi kegaduhan itu ada, namun dirinya optimistis hal itu bisa teratasi. “Insyaallah pengamanan sudah siap. Dari panitia, muspika, bhabinkamtibmas, babinsa, dan jajaran terkait lainnya juga siap,” tambah dia.

Dia juga tidak tahu soal kelanjutan lapor-melapor yang dilakukan beberapa balon saat itu. Namun yang pasti, walaupun laporan itu berlanjut, dirinya menghormati proses hukum yang ada dan tetap meminta masyarakat agar guyub. “Terpenting masyarakat selaku pemilih ini bijak. Kita boleh beda pilihan, namun pada prinsipnya kalah menang tetap saudara,” pungkasnya.

Reporter : Maulana/Radar Jember dan Delfi Nihayah/Radar Jember

Fotografer : Grafis Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca