29.4 C
Jember
Wednesday, 22 March 2023

Bupati Hendy Bentuk Kader CoE demi Tekan Kasus Stunting

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER.RADARJEMBER.ID- Tingginya angka stunting membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember melakukan upaya dengan berbagai strategi. Bupati Jember Hendy Siswanto menilai bahwa selama ini Pemkab Jember telah berupaya semaksimal mungkin dalam mencegah dan menurunkan angka stunting tersebut. Menurutnya, jika tak diimbangi dengan upaya dari pihak lain, maka sama saja, langkah-langkah jitu tersebut akan berujung sia-sia.

“Pemkab Jember bekerja sama dengan Pengadilan Agama, Kemenag, juga dengan kepolisian untuk mengecek jangan sampai penghulu itu memalsukan usia yang belum saatnya nikah. Itu tidak boleh, makanya verifikasi data sangat penting,” ungkap Bupati Hendy dalam kegiatan pembentukan kader CoE (Center of Excellent) BKKBN se-Provinsi Jatim di salah satu hotel yang berlokasi di Jalan Karimata, Sumbersari.

Ia menyebut, stunting ini disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari faktor ekonomi. Di mana keluarga ibu hamil atau keluarga yang memiliki balita berada dalam garis kemiskinan. Kemudian, tingginya angka pernikahan dini. Serta pola asuh dan pemberian gizi yang tidak sesuai standar.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dalam kegiatan tersebut, para kader BKKBN di Jember kemudian mengikuti pelatihan yang di dalamnya berisi penyampaian materi serta membentuk forum group discussion (FGD) guna menyusun strategi baru. Setidaknya, pada awal mula pelatihan ini, terdapat lima kader BKKBN di Jember yang direkomendasikan mengikuti pelatihan tersebut.

Nantinya, para kader itu akan terus membentuk kader baru di tingkatan yang lebih dekat dengan masyarakat, yakni menyebar hingga ke 229 desa yang ada. “Nanti akan dikembangkan ke desa-desa. Karena angka stunting masih tinggi. Tampaknya bukan hanya angka saja, tapi membahayakan,” imbuhnya.

Kepala BKKBN Provinsi Jatim Maria Ernawati yang juga hadir pada saat itu menyebut, angka prevalensi stunting di Jawa Timur (Jatim) masih relatif tinggi, yakni 23,5 persen. Sedangkan Jember sedikit lebih tinggi beberapa poin dari Jatim, yakni 23,7 persen. “Ini kiranya dengan penempatan di sini, berharap Jember bisa segera beraksi percepatan stunting, juga menurunkan angka perkawinan anak yang menjadi faktor utama terjadinya stunting,” tuturnya.

Berdasarkan data yang ia sampaikan, angka stunting tertinggi di Jawa Timur saat ini ada di Kabupaten Bangkalan, dan terendah adalah Kabupaten Mojokerto. Sedangkan Jember berada pada peringkat 14 di Jawa Timur. “Jember ini sangat representatif, artinya di sini kita belajar bersama tentang bagaimana mempercepat penurunan stunting,” sebutnya. (*)

 

Reporter: Delfi Nihayah

Fotografer: Diskominfo for Radar Jember

Editor: Nur Hariri

- Advertisement -

JEMBER.RADARJEMBER.ID- Tingginya angka stunting membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember melakukan upaya dengan berbagai strategi. Bupati Jember Hendy Siswanto menilai bahwa selama ini Pemkab Jember telah berupaya semaksimal mungkin dalam mencegah dan menurunkan angka stunting tersebut. Menurutnya, jika tak diimbangi dengan upaya dari pihak lain, maka sama saja, langkah-langkah jitu tersebut akan berujung sia-sia.

“Pemkab Jember bekerja sama dengan Pengadilan Agama, Kemenag, juga dengan kepolisian untuk mengecek jangan sampai penghulu itu memalsukan usia yang belum saatnya nikah. Itu tidak boleh, makanya verifikasi data sangat penting,” ungkap Bupati Hendy dalam kegiatan pembentukan kader CoE (Center of Excellent) BKKBN se-Provinsi Jatim di salah satu hotel yang berlokasi di Jalan Karimata, Sumbersari.

Ia menyebut, stunting ini disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari faktor ekonomi. Di mana keluarga ibu hamil atau keluarga yang memiliki balita berada dalam garis kemiskinan. Kemudian, tingginya angka pernikahan dini. Serta pola asuh dan pemberian gizi yang tidak sesuai standar.

Dalam kegiatan tersebut, para kader BKKBN di Jember kemudian mengikuti pelatihan yang di dalamnya berisi penyampaian materi serta membentuk forum group discussion (FGD) guna menyusun strategi baru. Setidaknya, pada awal mula pelatihan ini, terdapat lima kader BKKBN di Jember yang direkomendasikan mengikuti pelatihan tersebut.

Nantinya, para kader itu akan terus membentuk kader baru di tingkatan yang lebih dekat dengan masyarakat, yakni menyebar hingga ke 229 desa yang ada. “Nanti akan dikembangkan ke desa-desa. Karena angka stunting masih tinggi. Tampaknya bukan hanya angka saja, tapi membahayakan,” imbuhnya.

Kepala BKKBN Provinsi Jatim Maria Ernawati yang juga hadir pada saat itu menyebut, angka prevalensi stunting di Jawa Timur (Jatim) masih relatif tinggi, yakni 23,5 persen. Sedangkan Jember sedikit lebih tinggi beberapa poin dari Jatim, yakni 23,7 persen. “Ini kiranya dengan penempatan di sini, berharap Jember bisa segera beraksi percepatan stunting, juga menurunkan angka perkawinan anak yang menjadi faktor utama terjadinya stunting,” tuturnya.

Berdasarkan data yang ia sampaikan, angka stunting tertinggi di Jawa Timur saat ini ada di Kabupaten Bangkalan, dan terendah adalah Kabupaten Mojokerto. Sedangkan Jember berada pada peringkat 14 di Jawa Timur. “Jember ini sangat representatif, artinya di sini kita belajar bersama tentang bagaimana mempercepat penurunan stunting,” sebutnya. (*)

 

Reporter: Delfi Nihayah

Fotografer: Diskominfo for Radar Jember

Editor: Nur Hariri

JEMBER.RADARJEMBER.ID- Tingginya angka stunting membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember melakukan upaya dengan berbagai strategi. Bupati Jember Hendy Siswanto menilai bahwa selama ini Pemkab Jember telah berupaya semaksimal mungkin dalam mencegah dan menurunkan angka stunting tersebut. Menurutnya, jika tak diimbangi dengan upaya dari pihak lain, maka sama saja, langkah-langkah jitu tersebut akan berujung sia-sia.

“Pemkab Jember bekerja sama dengan Pengadilan Agama, Kemenag, juga dengan kepolisian untuk mengecek jangan sampai penghulu itu memalsukan usia yang belum saatnya nikah. Itu tidak boleh, makanya verifikasi data sangat penting,” ungkap Bupati Hendy dalam kegiatan pembentukan kader CoE (Center of Excellent) BKKBN se-Provinsi Jatim di salah satu hotel yang berlokasi di Jalan Karimata, Sumbersari.

Ia menyebut, stunting ini disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari faktor ekonomi. Di mana keluarga ibu hamil atau keluarga yang memiliki balita berada dalam garis kemiskinan. Kemudian, tingginya angka pernikahan dini. Serta pola asuh dan pemberian gizi yang tidak sesuai standar.

Dalam kegiatan tersebut, para kader BKKBN di Jember kemudian mengikuti pelatihan yang di dalamnya berisi penyampaian materi serta membentuk forum group discussion (FGD) guna menyusun strategi baru. Setidaknya, pada awal mula pelatihan ini, terdapat lima kader BKKBN di Jember yang direkomendasikan mengikuti pelatihan tersebut.

Nantinya, para kader itu akan terus membentuk kader baru di tingkatan yang lebih dekat dengan masyarakat, yakni menyebar hingga ke 229 desa yang ada. “Nanti akan dikembangkan ke desa-desa. Karena angka stunting masih tinggi. Tampaknya bukan hanya angka saja, tapi membahayakan,” imbuhnya.

Kepala BKKBN Provinsi Jatim Maria Ernawati yang juga hadir pada saat itu menyebut, angka prevalensi stunting di Jawa Timur (Jatim) masih relatif tinggi, yakni 23,5 persen. Sedangkan Jember sedikit lebih tinggi beberapa poin dari Jatim, yakni 23,7 persen. “Ini kiranya dengan penempatan di sini, berharap Jember bisa segera beraksi percepatan stunting, juga menurunkan angka perkawinan anak yang menjadi faktor utama terjadinya stunting,” tuturnya.

Berdasarkan data yang ia sampaikan, angka stunting tertinggi di Jawa Timur saat ini ada di Kabupaten Bangkalan, dan terendah adalah Kabupaten Mojokerto. Sedangkan Jember berada pada peringkat 14 di Jawa Timur. “Jember ini sangat representatif, artinya di sini kita belajar bersama tentang bagaimana mempercepat penurunan stunting,” sebutnya. (*)

 

Reporter: Delfi Nihayah

Fotografer: Diskominfo for Radar Jember

Editor: Nur Hariri

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca