JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Jember melakukan aksi demonstrasi, Selasa (8/3). Aksi tersebut diawali dari Jalan Kalimantan depan kampus Universitas Jember. Selanjutnya mahasiswa long march menuju depan Kantor Pemkab Jember.
Mahasiswa menyuarakan penilaian mereka terkait dengan satu tahun kepemimpinan Bupati Hendy Siswanto dan Wakilnya M Balya Firjaun Barlaman. PMII menilai, setahun kepemimpinan Hendy-Firjaun masih banyak catatan merah selama pasangan tersebut menakhodai pemerintahan di Jember.
Tepat pukul 10.00, masa berangkat menuju Kantor Pemkab Jember. Saat menyuarakan aspirasi, mereka dikawal oleh mobil patwal polisi. Sesampainya di kantor pemkab sekitar pukul 11:05, mahasiswa mulai menyampaikan apa yang menjadi tujuan aksi kali ini.
Muhid Yusuf, salah satu orator, mengatakan, seharusnya bupati hari ini duduk di depan masa untuk memenuhi janji-janji politik kepada masyarakat. “Hari itu, ketika kampanye politik, bupati ingin meningkatkan perekonomian masyarakat. Tapi sampai hari ini, belum ada eksekusi konkret dari Bupati Jember untuk mengangkat ekonomi masyarakat,” katanya.
Masa aksi terus berorasi menyampaikan aspirasi dan tuntutannya. Mereka meminta bupati hadir menemui mahasiswa. Namun, sampai pukul 11:20, Bupati Jember masih belum menemui demonstran.
Catatan PMII Jember, ada tujuh bidang yang dinilai merah. Mulai dari bidang politik, ekonomi, hukum dan kebijakan, kesehatan, infrastruktur, sosial budaya, serta pendidikan.
Khusus bidang ekonomi, contohnya, PMII menyoroti tentang rencana Pemkab Jember yang akan mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Gunung Sadeng, sebuah perusahaan pelat merah yang akan mengelola potensi gunung gamping di Puger, serta terungkapnya 15 perusahaan tambang di Gunung Sadeng yang menunggak pajak.
Selain itu, untuk bidang ekonomi, PMII juga mengkritisi soal kelangkaan pupuk, pemborosan anggaran untuk pembangunan lapangan golf, serta minimnya respons pemerintah terhadap aduan limbah tambak di wilayah pesisir selatan Jember. Karena, limbah tambah tersebut dinilai mencemari lingkungan dan menurunkan nilai ekonomis pertanian dan perikanan di kawasan setempat. (*)
Reporter: Kharif Saifullah (mg1)
Fotografer: Kharif Saifullah
Editor: Mahrus Sholih