Mobile_AP_Rectangle 1
Ketahanan pangan merupakan salah satu komoditas yang menjadi momok utama untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam masa-masa krisis. Ketahanan pangan juga menjadi salah satu juru kunci untuk menghindari resesi ataupun krisis yang akan menghambat perputaran ekonomi pada suatu negara. Ketahanan pangan yang kuat untuk menanggulangi adanya isu resesi, dianggap bisa menjadi sebuah alat pertahanan lumbung pangan Nasional yang ampuh. Sehingga, pentingnya ketahanan pangan sebagai penunjang keberhasilan untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa resesi sendiri, sangat perlu direalisasikan.
Sebelumnya Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo telah memperingatkan kita (masyarakat Indonesia) tentang ganasnya resesi ekonomi yang akan jatuh pada tahun 2023 ini. Pernyataan tersebut beliau lontar saat Presiden Joko Widodo sedang mengadakan pertemuan dengan sejumlah Kepala daerah, pejabat negara, serta para menteri Republik Indonesia. Presiden Joko Widodo mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa iklim ekonomi dunia pada tahun 2023 akan mengalami “kegelapan”. Oleh karena itu, kita harus bersiap-siap untuk menghadapinya. Pernyataan tersebut diamini oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indriawati. Yang artinya narasi yang terlontar dari presiden Republik Indonesia tersebut memang sebuah ancaman serius untuk dunia sekaligus Indonesia.
Pada tahun 2023 ini akankah kondisi ekonomi dunia berada dalam bayang-bayang kegelapan, seperti apa yang disampaikan oleh bapak Presiden Joko Widodo tersebut? Tentunya kita harus waspada dan mempersiapkan “amunisi” untuk menghadapi paceklik tersebut. Kewaspadaan untuk menghadapi sebuah resesi ekonomi ini yang nantinya juga akan memancing sebuah krisis ekonomi, krisis pangan, hingga krisis politik. Seperti apa yang telah terjadi pada tahun 2020 lalu. Dunia sedang dilanda krisis coronavirus diseases (Covid-19). Virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok. Virus tersebut terbukti mampu membuat dunia berada dalam dekapan ketakutan. Kemiskinan menghantui perekonomian masyarakat Indonesia (begitu juga Dunia), kelaparan beserta kematian. Bahkan total korban yang terinfeksi korona yaitu sebesar 668.759.979 jiwa, sungguh angka yang mengerikan. Lebih dari 600 jiwa berhasil pulih dan mereka ikut serta menjadi saksi bisu betapa beratnya hidup di masa Covid-19.
- Advertisement -
Ketahanan pangan merupakan salah satu komoditas yang menjadi momok utama untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam masa-masa krisis. Ketahanan pangan juga menjadi salah satu juru kunci untuk menghindari resesi ataupun krisis yang akan menghambat perputaran ekonomi pada suatu negara. Ketahanan pangan yang kuat untuk menanggulangi adanya isu resesi, dianggap bisa menjadi sebuah alat pertahanan lumbung pangan Nasional yang ampuh. Sehingga, pentingnya ketahanan pangan sebagai penunjang keberhasilan untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa resesi sendiri, sangat perlu direalisasikan.
Sebelumnya Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo telah memperingatkan kita (masyarakat Indonesia) tentang ganasnya resesi ekonomi yang akan jatuh pada tahun 2023 ini. Pernyataan tersebut beliau lontar saat Presiden Joko Widodo sedang mengadakan pertemuan dengan sejumlah Kepala daerah, pejabat negara, serta para menteri Republik Indonesia. Presiden Joko Widodo mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa iklim ekonomi dunia pada tahun 2023 akan mengalami “kegelapan”. Oleh karena itu, kita harus bersiap-siap untuk menghadapinya. Pernyataan tersebut diamini oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indriawati. Yang artinya narasi yang terlontar dari presiden Republik Indonesia tersebut memang sebuah ancaman serius untuk dunia sekaligus Indonesia.
Pada tahun 2023 ini akankah kondisi ekonomi dunia berada dalam bayang-bayang kegelapan, seperti apa yang disampaikan oleh bapak Presiden Joko Widodo tersebut? Tentunya kita harus waspada dan mempersiapkan “amunisi” untuk menghadapi paceklik tersebut. Kewaspadaan untuk menghadapi sebuah resesi ekonomi ini yang nantinya juga akan memancing sebuah krisis ekonomi, krisis pangan, hingga krisis politik. Seperti apa yang telah terjadi pada tahun 2020 lalu. Dunia sedang dilanda krisis coronavirus diseases (Covid-19). Virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok. Virus tersebut terbukti mampu membuat dunia berada dalam dekapan ketakutan. Kemiskinan menghantui perekonomian masyarakat Indonesia (begitu juga Dunia), kelaparan beserta kematian. Bahkan total korban yang terinfeksi korona yaitu sebesar 668.759.979 jiwa, sungguh angka yang mengerikan. Lebih dari 600 jiwa berhasil pulih dan mereka ikut serta menjadi saksi bisu betapa beratnya hidup di masa Covid-19.
Ketahanan pangan merupakan salah satu komoditas yang menjadi momok utama untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam masa-masa krisis. Ketahanan pangan juga menjadi salah satu juru kunci untuk menghindari resesi ataupun krisis yang akan menghambat perputaran ekonomi pada suatu negara. Ketahanan pangan yang kuat untuk menanggulangi adanya isu resesi, dianggap bisa menjadi sebuah alat pertahanan lumbung pangan Nasional yang ampuh. Sehingga, pentingnya ketahanan pangan sebagai penunjang keberhasilan untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa resesi sendiri, sangat perlu direalisasikan.
Sebelumnya Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo telah memperingatkan kita (masyarakat Indonesia) tentang ganasnya resesi ekonomi yang akan jatuh pada tahun 2023 ini. Pernyataan tersebut beliau lontar saat Presiden Joko Widodo sedang mengadakan pertemuan dengan sejumlah Kepala daerah, pejabat negara, serta para menteri Republik Indonesia. Presiden Joko Widodo mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa iklim ekonomi dunia pada tahun 2023 akan mengalami “kegelapan”. Oleh karena itu, kita harus bersiap-siap untuk menghadapinya. Pernyataan tersebut diamini oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indriawati. Yang artinya narasi yang terlontar dari presiden Republik Indonesia tersebut memang sebuah ancaman serius untuk dunia sekaligus Indonesia.
Pada tahun 2023 ini akankah kondisi ekonomi dunia berada dalam bayang-bayang kegelapan, seperti apa yang disampaikan oleh bapak Presiden Joko Widodo tersebut? Tentunya kita harus waspada dan mempersiapkan “amunisi” untuk menghadapi paceklik tersebut. Kewaspadaan untuk menghadapi sebuah resesi ekonomi ini yang nantinya juga akan memancing sebuah krisis ekonomi, krisis pangan, hingga krisis politik. Seperti apa yang telah terjadi pada tahun 2020 lalu. Dunia sedang dilanda krisis coronavirus diseases (Covid-19). Virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok. Virus tersebut terbukti mampu membuat dunia berada dalam dekapan ketakutan. Kemiskinan menghantui perekonomian masyarakat Indonesia (begitu juga Dunia), kelaparan beserta kematian. Bahkan total korban yang terinfeksi korona yaitu sebesar 668.759.979 jiwa, sungguh angka yang mengerikan. Lebih dari 600 jiwa berhasil pulih dan mereka ikut serta menjadi saksi bisu betapa beratnya hidup di masa Covid-19.