23.5 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Pentingkah Hari Guru?

Mobile_AP_Rectangle 1

Berbeda dengan Wan Khru yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 16 Januari,  ditetapkan sebagai hari libur sekolah. Sementara pada Wai Khru mereka tetapi masuk sekolah walaupun tidak ada pembelajaran di kelas, Wan Khru adalah hari di mana para mantan murid berkumpul untuk mengenang guru pertama mereka atau guru yang paling menginspirasi dari perjalanan hidup mereka. Orang Thailand percaya bahwa bidang pekerjaan apa pun pasti memiliki guru seperti pesebak bola, atlit, aktor, youtuber, tiktoker, ojol, buruh, pengusaha, ustad, profesor, gubernur, bahkan presiden atau raja.

Oleh karena itu, mereka mengadakan agenda Wan Kru untuk menghormati guru. Apa yang dilakukan mereka pada hari libur tersebut? Para mantan murid mendatangi guru yang mengesankan bagi mereka ke rumahnya dan bercengkerama layaknya hari Lebaran di Indonesia. Mereka mengenang masa-masa indah saat menjadi murid dengan banyak cerita yang sangat menyentuh dan menjadi tonggak bagi sejarah kehidupan mereka. Maka itu, bagi guru-guru yang inspiratif dalam mendidik muridnya, akan banyak didatangi rumahnya, demikian juga sebaliknya.

Menilik dari uraian di atas bila dianalogikan Hardiknas mirip dengan Wai Khru dan HGN mirip dengan Wan Khru. Namun fenomena yang terjadi di Indonesia, kedua hari besar tersebut tidak jauh berbeda, masih sama-sama berkutat pada tema sekolah, kurikulum dan pembelajaran. Padahal person seorang guru penuh dengan cerita yang mungkin bisa diangkat sebagai inspirasi menarik dalam diskusi nasional. Seperti halnya memperingati Hari Lahirnya Pancasila, sosok Soekarno juga menjadi kajian yang menjadi inspirasi bagi dinamika bernegara dan berbangsa bagi masyarakat kita. Dalam budaya Jawa ada sesanti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara (Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani) cukup mewakili gambaran porsi dan posisi guru. Dalam budaya Madura, ada ungkapan Bhuppa’ Bhabhu’ Guru Ratoh  yang juga menempatkan guru dalam lingkaran orang yang wajib dihormati. Tidak jauh dengan ajaran agama, nabi-nabi atau orang-orang suci adalah guru bagi para umatnya. Dengan demikian kajian guru tak akan habis digali dari waktu ke waktu. Lalu, kenapa kita tidak mengistimewakan Hari Guru? Diberikan waktu Libur Nasional saat HGN. Diberikan kesempatan mantan murid-murid untuk mengunjungi guru-guru mereka di kampung halaman. Melakukan recharging melakukan kunjungan silaturahmi dalam suasana kekeluargaan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Agenda besar ini akan memberikan multiplier effect  dalam waktu sehari itu, yang mungkin mirip dengan suasana Lebaran. Bisa dibayangkan para petinggi negara beserta rakyat semesta yang dulu pernah sekolah di kampung halaman, ramai-ramai bersama teman sekolah untuk mengunjungi guru-guru mereka dan menjalin kembali silaturrahmi sambil menceritakan kisah sukses masing-masing. Dalam perspektif guru, kunjungan ini akan menjadi refleksi bagi perannya sebagai pendidik, menjadi evaluasi bagi pola interaksi yang selama ini dibangun dalam lingkungan sekolah dan menjadi parameter untuk melakukan improvement personal guna mewujudkan pribadi guru yang komunikatif dan inspiratif. Dalam perspektif mantan murid, petuah yang pernah didengarkan saat sekolah, cerita reward and punishment yang pernah diterima, kisah-kisah unik dalam suasana kelas, akan menjadi booster bagi tumbuh kembangnya pribadi yang lebih matang dan pandai bersyukur. Lalu mengapa dengan peluang yang demikian konstruktif dan inspiratif seperti ini, HGN masih berkutat dengan tema-tema sekolahan semata, tugas-tugas yang harus dicapai guru dalam kurikulum, yang sebenarnya sudah banyak diungkap pada Hardiknas. Maka, masih pentingkah memperingati hari guru?

 

*) Penulis adalah Kepala Lab PPL FKIP UNEJ

 

 

 

- Advertisement -

Berbeda dengan Wan Khru yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 16 Januari,  ditetapkan sebagai hari libur sekolah. Sementara pada Wai Khru mereka tetapi masuk sekolah walaupun tidak ada pembelajaran di kelas, Wan Khru adalah hari di mana para mantan murid berkumpul untuk mengenang guru pertama mereka atau guru yang paling menginspirasi dari perjalanan hidup mereka. Orang Thailand percaya bahwa bidang pekerjaan apa pun pasti memiliki guru seperti pesebak bola, atlit, aktor, youtuber, tiktoker, ojol, buruh, pengusaha, ustad, profesor, gubernur, bahkan presiden atau raja.

Oleh karena itu, mereka mengadakan agenda Wan Kru untuk menghormati guru. Apa yang dilakukan mereka pada hari libur tersebut? Para mantan murid mendatangi guru yang mengesankan bagi mereka ke rumahnya dan bercengkerama layaknya hari Lebaran di Indonesia. Mereka mengenang masa-masa indah saat menjadi murid dengan banyak cerita yang sangat menyentuh dan menjadi tonggak bagi sejarah kehidupan mereka. Maka itu, bagi guru-guru yang inspiratif dalam mendidik muridnya, akan banyak didatangi rumahnya, demikian juga sebaliknya.

Menilik dari uraian di atas bila dianalogikan Hardiknas mirip dengan Wai Khru dan HGN mirip dengan Wan Khru. Namun fenomena yang terjadi di Indonesia, kedua hari besar tersebut tidak jauh berbeda, masih sama-sama berkutat pada tema sekolah, kurikulum dan pembelajaran. Padahal person seorang guru penuh dengan cerita yang mungkin bisa diangkat sebagai inspirasi menarik dalam diskusi nasional. Seperti halnya memperingati Hari Lahirnya Pancasila, sosok Soekarno juga menjadi kajian yang menjadi inspirasi bagi dinamika bernegara dan berbangsa bagi masyarakat kita. Dalam budaya Jawa ada sesanti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara (Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani) cukup mewakili gambaran porsi dan posisi guru. Dalam budaya Madura, ada ungkapan Bhuppa’ Bhabhu’ Guru Ratoh  yang juga menempatkan guru dalam lingkaran orang yang wajib dihormati. Tidak jauh dengan ajaran agama, nabi-nabi atau orang-orang suci adalah guru bagi para umatnya. Dengan demikian kajian guru tak akan habis digali dari waktu ke waktu. Lalu, kenapa kita tidak mengistimewakan Hari Guru? Diberikan waktu Libur Nasional saat HGN. Diberikan kesempatan mantan murid-murid untuk mengunjungi guru-guru mereka di kampung halaman. Melakukan recharging melakukan kunjungan silaturahmi dalam suasana kekeluargaan.

Agenda besar ini akan memberikan multiplier effect  dalam waktu sehari itu, yang mungkin mirip dengan suasana Lebaran. Bisa dibayangkan para petinggi negara beserta rakyat semesta yang dulu pernah sekolah di kampung halaman, ramai-ramai bersama teman sekolah untuk mengunjungi guru-guru mereka dan menjalin kembali silaturrahmi sambil menceritakan kisah sukses masing-masing. Dalam perspektif guru, kunjungan ini akan menjadi refleksi bagi perannya sebagai pendidik, menjadi evaluasi bagi pola interaksi yang selama ini dibangun dalam lingkungan sekolah dan menjadi parameter untuk melakukan improvement personal guna mewujudkan pribadi guru yang komunikatif dan inspiratif. Dalam perspektif mantan murid, petuah yang pernah didengarkan saat sekolah, cerita reward and punishment yang pernah diterima, kisah-kisah unik dalam suasana kelas, akan menjadi booster bagi tumbuh kembangnya pribadi yang lebih matang dan pandai bersyukur. Lalu mengapa dengan peluang yang demikian konstruktif dan inspiratif seperti ini, HGN masih berkutat dengan tema-tema sekolahan semata, tugas-tugas yang harus dicapai guru dalam kurikulum, yang sebenarnya sudah banyak diungkap pada Hardiknas. Maka, masih pentingkah memperingati hari guru?

 

*) Penulis adalah Kepala Lab PPL FKIP UNEJ

 

 

 

Berbeda dengan Wan Khru yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 16 Januari,  ditetapkan sebagai hari libur sekolah. Sementara pada Wai Khru mereka tetapi masuk sekolah walaupun tidak ada pembelajaran di kelas, Wan Khru adalah hari di mana para mantan murid berkumpul untuk mengenang guru pertama mereka atau guru yang paling menginspirasi dari perjalanan hidup mereka. Orang Thailand percaya bahwa bidang pekerjaan apa pun pasti memiliki guru seperti pesebak bola, atlit, aktor, youtuber, tiktoker, ojol, buruh, pengusaha, ustad, profesor, gubernur, bahkan presiden atau raja.

Oleh karena itu, mereka mengadakan agenda Wan Kru untuk menghormati guru. Apa yang dilakukan mereka pada hari libur tersebut? Para mantan murid mendatangi guru yang mengesankan bagi mereka ke rumahnya dan bercengkerama layaknya hari Lebaran di Indonesia. Mereka mengenang masa-masa indah saat menjadi murid dengan banyak cerita yang sangat menyentuh dan menjadi tonggak bagi sejarah kehidupan mereka. Maka itu, bagi guru-guru yang inspiratif dalam mendidik muridnya, akan banyak didatangi rumahnya, demikian juga sebaliknya.

Menilik dari uraian di atas bila dianalogikan Hardiknas mirip dengan Wai Khru dan HGN mirip dengan Wan Khru. Namun fenomena yang terjadi di Indonesia, kedua hari besar tersebut tidak jauh berbeda, masih sama-sama berkutat pada tema sekolah, kurikulum dan pembelajaran. Padahal person seorang guru penuh dengan cerita yang mungkin bisa diangkat sebagai inspirasi menarik dalam diskusi nasional. Seperti halnya memperingati Hari Lahirnya Pancasila, sosok Soekarno juga menjadi kajian yang menjadi inspirasi bagi dinamika bernegara dan berbangsa bagi masyarakat kita. Dalam budaya Jawa ada sesanti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara (Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani) cukup mewakili gambaran porsi dan posisi guru. Dalam budaya Madura, ada ungkapan Bhuppa’ Bhabhu’ Guru Ratoh  yang juga menempatkan guru dalam lingkaran orang yang wajib dihormati. Tidak jauh dengan ajaran agama, nabi-nabi atau orang-orang suci adalah guru bagi para umatnya. Dengan demikian kajian guru tak akan habis digali dari waktu ke waktu. Lalu, kenapa kita tidak mengistimewakan Hari Guru? Diberikan waktu Libur Nasional saat HGN. Diberikan kesempatan mantan murid-murid untuk mengunjungi guru-guru mereka di kampung halaman. Melakukan recharging melakukan kunjungan silaturahmi dalam suasana kekeluargaan.

Agenda besar ini akan memberikan multiplier effect  dalam waktu sehari itu, yang mungkin mirip dengan suasana Lebaran. Bisa dibayangkan para petinggi negara beserta rakyat semesta yang dulu pernah sekolah di kampung halaman, ramai-ramai bersama teman sekolah untuk mengunjungi guru-guru mereka dan menjalin kembali silaturrahmi sambil menceritakan kisah sukses masing-masing. Dalam perspektif guru, kunjungan ini akan menjadi refleksi bagi perannya sebagai pendidik, menjadi evaluasi bagi pola interaksi yang selama ini dibangun dalam lingkungan sekolah dan menjadi parameter untuk melakukan improvement personal guna mewujudkan pribadi guru yang komunikatif dan inspiratif. Dalam perspektif mantan murid, petuah yang pernah didengarkan saat sekolah, cerita reward and punishment yang pernah diterima, kisah-kisah unik dalam suasana kelas, akan menjadi booster bagi tumbuh kembangnya pribadi yang lebih matang dan pandai bersyukur. Lalu mengapa dengan peluang yang demikian konstruktif dan inspiratif seperti ini, HGN masih berkutat dengan tema-tema sekolahan semata, tugas-tugas yang harus dicapai guru dalam kurikulum, yang sebenarnya sudah banyak diungkap pada Hardiknas. Maka, masih pentingkah memperingati hari guru?

 

*) Penulis adalah Kepala Lab PPL FKIP UNEJ

 

 

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca