22.1 C
Jember
Friday, 9 June 2023

Bangkitnya Gerakan Literasi di Sekolah

Mobile_AP_Rectangle 1

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terlahir dengan sendok emas di tangan. Kita memiliki sumber daya alam melimpah, kaya ragam suku, bahasa dan budaya. Ini bisa menjadi kelas dan laboratorium raksasa, sumber belajar pendidikan yang hebat. Pendidikan diharapkan tidak hanya bisa mengisi celah kekosongan di antara arus perkembangan zaman. Yang paling penting, pendidikan selayaknya mampu menyiapkan pondasi yang kokoh sekaligus Tut Wuri Handayani dalam long march kehidupan berbangsa Indonesia.

Sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang dicanangkan pemerintah, untuk memperkuat literasi dan numerasi para pelajar, saya menginisiasi gerakan literasi di sekolah tempat saya mengajar, SMA Negeri Balung Jember, Jawa Timur. Menulis adalah berkarya untuk keabadian. Menulis bisa memperpanjang usia dan bisa berdampak melintasi ruang dan waktu. Hingga sekarang kita masih membaca puisi-puisi Chairil Anwar. Mungkin seratus tahun ke depan, ada seseorang di sudut Indonesia atau di pojok Afrika sana yang sedang berputus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Ia ingin menulis pesan terakhirnya menggunakan gadget-nya. Tanpa sengaja ia membaca tulisan kita dengan translate otomatis. Mungkin ia bisa tersenyum, mungkin ia terinspirasi dan bersemangat kembali untuk melanjutkan hidupnya. Betapa tulisan kita memungkinkan untuk terus berdampak melampaui usia kita, menembus ruang dan waktu. Ada yang menyebut itu adalah amal jariah. Jadi, mengapa kita tidak menulis mulai sekarang? Dan satu lagi, kami di gerakan perempuan biasa menggunakan menulis sebagai sarana self trauma healing bagi para perempuan penyintas kekerasan.

Saya mengawali gerakan literasi di sekolah dengan menebar motivasi menulis kepada siswa dan guru. Saya lakukan di sela-sela pembelajaran matematika, melalui WA grup guru dan Telegram siswa. Membuka WAG untuk koordinasi para calon penulis. Kami bertemu di perpustakaan sekolah setiap hari selasa, saat istirahat pertama. Saya sampaikan bahwa menulis punya dua tujuan yaitu untuk pencapaian diri dan untuk membantu orang lain. Mungkin tulisan kita menambah pengetahuan baru, mengingatkan kembali yang lupa, menginspirasi, bahkan menggerakkan orang lain. Dan kalau ingin tulisan kita menggerakkan orang lain, maka kita harus menggerakkan diri kita sendiri dulu. Sehingga semesta mendukung, memberikan tenaga pada tulisan kita hingga bisa menggerakkan orang lain. Semua orang bebas menulis apa saja, yang penting menulis sesuatu yang baik dan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam menulis boleh menggunakan bahasa baku, formal, santai, gaul. Menulis artikel, prosa, buku puisi, buku quotes, buku poster, apa saja semua bebas. Jadi yang pertama kita hadirkan adalah kegembiraan dalam menulis. Kebanyakan hambatan dalam menulis adalah kurangnya rasa percaya diri, gamang dengan aturan, takut karyanya jelek, takut dicemooh orang lain. Sebenarnya orang lain tidak akan bisa menghina dan menjatuhkan karya kita hingga kita sendiri bergabung ikut menghina karya kita sendiri. Kalau ada yang menghina jawab saja, “Lha, punyamu mana?” Sebenarnya tulisan ketika sudah dilahirkan dan dipublikasikan, jiwanya sudah bukan lagi milik penulisnya. Ia memiliki perjalanannya sendiri. Apakah ia akan mampu menggugah benak seseorang atau menggerakkan hati manusia. Tak peduli ia tulisan yang baku atau tidak, tak peduli ia tulisan yang ditulis oleh penulis berpengalaman atau pemula. Masing-masing akan membuat kisahnya. Jika Anda terus belajar di suatu bidang, hanya ada satu hasil yaitu Anda makin pandai di bidang tersebut. Dalam waktu tiga bulan ada siswa yang berhasil menulis novel, buku puisi, buku kumpulan cerpen kelas, buku poster kelas, dll.

- Advertisement -

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terlahir dengan sendok emas di tangan. Kita memiliki sumber daya alam melimpah, kaya ragam suku, bahasa dan budaya. Ini bisa menjadi kelas dan laboratorium raksasa, sumber belajar pendidikan yang hebat. Pendidikan diharapkan tidak hanya bisa mengisi celah kekosongan di antara arus perkembangan zaman. Yang paling penting, pendidikan selayaknya mampu menyiapkan pondasi yang kokoh sekaligus Tut Wuri Handayani dalam long march kehidupan berbangsa Indonesia.

Sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang dicanangkan pemerintah, untuk memperkuat literasi dan numerasi para pelajar, saya menginisiasi gerakan literasi di sekolah tempat saya mengajar, SMA Negeri Balung Jember, Jawa Timur. Menulis adalah berkarya untuk keabadian. Menulis bisa memperpanjang usia dan bisa berdampak melintasi ruang dan waktu. Hingga sekarang kita masih membaca puisi-puisi Chairil Anwar. Mungkin seratus tahun ke depan, ada seseorang di sudut Indonesia atau di pojok Afrika sana yang sedang berputus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Ia ingin menulis pesan terakhirnya menggunakan gadget-nya. Tanpa sengaja ia membaca tulisan kita dengan translate otomatis. Mungkin ia bisa tersenyum, mungkin ia terinspirasi dan bersemangat kembali untuk melanjutkan hidupnya. Betapa tulisan kita memungkinkan untuk terus berdampak melampaui usia kita, menembus ruang dan waktu. Ada yang menyebut itu adalah amal jariah. Jadi, mengapa kita tidak menulis mulai sekarang? Dan satu lagi, kami di gerakan perempuan biasa menggunakan menulis sebagai sarana self trauma healing bagi para perempuan penyintas kekerasan.

Saya mengawali gerakan literasi di sekolah dengan menebar motivasi menulis kepada siswa dan guru. Saya lakukan di sela-sela pembelajaran matematika, melalui WA grup guru dan Telegram siswa. Membuka WAG untuk koordinasi para calon penulis. Kami bertemu di perpustakaan sekolah setiap hari selasa, saat istirahat pertama. Saya sampaikan bahwa menulis punya dua tujuan yaitu untuk pencapaian diri dan untuk membantu orang lain. Mungkin tulisan kita menambah pengetahuan baru, mengingatkan kembali yang lupa, menginspirasi, bahkan menggerakkan orang lain. Dan kalau ingin tulisan kita menggerakkan orang lain, maka kita harus menggerakkan diri kita sendiri dulu. Sehingga semesta mendukung, memberikan tenaga pada tulisan kita hingga bisa menggerakkan orang lain. Semua orang bebas menulis apa saja, yang penting menulis sesuatu yang baik dan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam menulis boleh menggunakan bahasa baku, formal, santai, gaul. Menulis artikel, prosa, buku puisi, buku quotes, buku poster, apa saja semua bebas. Jadi yang pertama kita hadirkan adalah kegembiraan dalam menulis. Kebanyakan hambatan dalam menulis adalah kurangnya rasa percaya diri, gamang dengan aturan, takut karyanya jelek, takut dicemooh orang lain. Sebenarnya orang lain tidak akan bisa menghina dan menjatuhkan karya kita hingga kita sendiri bergabung ikut menghina karya kita sendiri. Kalau ada yang menghina jawab saja, “Lha, punyamu mana?” Sebenarnya tulisan ketika sudah dilahirkan dan dipublikasikan, jiwanya sudah bukan lagi milik penulisnya. Ia memiliki perjalanannya sendiri. Apakah ia akan mampu menggugah benak seseorang atau menggerakkan hati manusia. Tak peduli ia tulisan yang baku atau tidak, tak peduli ia tulisan yang ditulis oleh penulis berpengalaman atau pemula. Masing-masing akan membuat kisahnya. Jika Anda terus belajar di suatu bidang, hanya ada satu hasil yaitu Anda makin pandai di bidang tersebut. Dalam waktu tiga bulan ada siswa yang berhasil menulis novel, buku puisi, buku kumpulan cerpen kelas, buku poster kelas, dll.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terlahir dengan sendok emas di tangan. Kita memiliki sumber daya alam melimpah, kaya ragam suku, bahasa dan budaya. Ini bisa menjadi kelas dan laboratorium raksasa, sumber belajar pendidikan yang hebat. Pendidikan diharapkan tidak hanya bisa mengisi celah kekosongan di antara arus perkembangan zaman. Yang paling penting, pendidikan selayaknya mampu menyiapkan pondasi yang kokoh sekaligus Tut Wuri Handayani dalam long march kehidupan berbangsa Indonesia.

Sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang dicanangkan pemerintah, untuk memperkuat literasi dan numerasi para pelajar, saya menginisiasi gerakan literasi di sekolah tempat saya mengajar, SMA Negeri Balung Jember, Jawa Timur. Menulis adalah berkarya untuk keabadian. Menulis bisa memperpanjang usia dan bisa berdampak melintasi ruang dan waktu. Hingga sekarang kita masih membaca puisi-puisi Chairil Anwar. Mungkin seratus tahun ke depan, ada seseorang di sudut Indonesia atau di pojok Afrika sana yang sedang berputus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Ia ingin menulis pesan terakhirnya menggunakan gadget-nya. Tanpa sengaja ia membaca tulisan kita dengan translate otomatis. Mungkin ia bisa tersenyum, mungkin ia terinspirasi dan bersemangat kembali untuk melanjutkan hidupnya. Betapa tulisan kita memungkinkan untuk terus berdampak melampaui usia kita, menembus ruang dan waktu. Ada yang menyebut itu adalah amal jariah. Jadi, mengapa kita tidak menulis mulai sekarang? Dan satu lagi, kami di gerakan perempuan biasa menggunakan menulis sebagai sarana self trauma healing bagi para perempuan penyintas kekerasan.

Saya mengawali gerakan literasi di sekolah dengan menebar motivasi menulis kepada siswa dan guru. Saya lakukan di sela-sela pembelajaran matematika, melalui WA grup guru dan Telegram siswa. Membuka WAG untuk koordinasi para calon penulis. Kami bertemu di perpustakaan sekolah setiap hari selasa, saat istirahat pertama. Saya sampaikan bahwa menulis punya dua tujuan yaitu untuk pencapaian diri dan untuk membantu orang lain. Mungkin tulisan kita menambah pengetahuan baru, mengingatkan kembali yang lupa, menginspirasi, bahkan menggerakkan orang lain. Dan kalau ingin tulisan kita menggerakkan orang lain, maka kita harus menggerakkan diri kita sendiri dulu. Sehingga semesta mendukung, memberikan tenaga pada tulisan kita hingga bisa menggerakkan orang lain. Semua orang bebas menulis apa saja, yang penting menulis sesuatu yang baik dan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam menulis boleh menggunakan bahasa baku, formal, santai, gaul. Menulis artikel, prosa, buku puisi, buku quotes, buku poster, apa saja semua bebas. Jadi yang pertama kita hadirkan adalah kegembiraan dalam menulis. Kebanyakan hambatan dalam menulis adalah kurangnya rasa percaya diri, gamang dengan aturan, takut karyanya jelek, takut dicemooh orang lain. Sebenarnya orang lain tidak akan bisa menghina dan menjatuhkan karya kita hingga kita sendiri bergabung ikut menghina karya kita sendiri. Kalau ada yang menghina jawab saja, “Lha, punyamu mana?” Sebenarnya tulisan ketika sudah dilahirkan dan dipublikasikan, jiwanya sudah bukan lagi milik penulisnya. Ia memiliki perjalanannya sendiri. Apakah ia akan mampu menggugah benak seseorang atau menggerakkan hati manusia. Tak peduli ia tulisan yang baku atau tidak, tak peduli ia tulisan yang ditulis oleh penulis berpengalaman atau pemula. Masing-masing akan membuat kisahnya. Jika Anda terus belajar di suatu bidang, hanya ada satu hasil yaitu Anda makin pandai di bidang tersebut. Dalam waktu tiga bulan ada siswa yang berhasil menulis novel, buku puisi, buku kumpulan cerpen kelas, buku poster kelas, dll.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca