30.4 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Pengenalan SRK untuk Deteksi Dini DM dan HT di Jember

Mobile_AP_Rectangle 1

Terjadinya kenaikan yang signifikan estimasi penderita hipertensi (HT) atau yang disebut sebagai penyakit darah tinggi berusia di atas 15 tahun di Kabupaten Jember sebanyak 11.481 jiwa (741.735 jiwa di tahun 2020, 730.254 jiwa di tahun 2019, sumber: Profil Kesehatan 2019 dan 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur) menjadikan early warning system (EWS) bagi kita semua. Demikian juga dengan penderita diabetes melitus (DM) atau yang disebut sebagai penyakit kencing manis, meningkat jumlahnya sebanyak 556 jiwa (35.951 jiwa di tahun 2020, 35.395 jiwa di tahun 2019, sumber: Profil Kesehatan 2019 dan 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur).

Kabupaten Jember menduduki peringkat pertama terbanyak estimasi penderita HT berusia di atas 15 tahun se-Jawa Timur pada tahun 2020 dari total 38 kabupaten/kota seluruh Jawa Timur. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang berbahaya dan bisa menimbulkan komplikasi penyakit lainnya apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengenalkan skrining riwayat kesehatan (SRK) yang bisa digunakan untuk mendeteksi seberapa besar seseorang beresiko menderita penyakit DM, HT, jantung, dan ginjal. SRK berisi sekumpulan pertanyaan-pertanyaan seputar pola kebiasaan atau perilaku, riwayat penyakit pribadi, riwayat penyakit keluarga, dan pola konsumsi makanan yang jika dijawab dengan jujur akan menghasilkan kesimpulan beresiko rendah, beresiko sedang, serta beresiko tinggi menderita empat penyakit di atas, termasuk di dalamnya DM dan HT.

Mobile_AP_Rectangle 2

Jika terdeteksi dari awal beresiko sedang atau tinggi menderita penyakit DM dan HT, maka peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) bisa menghubungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai kartunya terdaftar, untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misal Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) dan pemeriksaan lainnya. Jika memang IMT lebih dari normal, maka bisa dilakukan pemeriksaan gula darah puasa (GDP) dan gula darah post prandial (GDPP) untuk menegakkan diagnosa DM.

SRK ini merupakan alat screening yang murah dan efisien karena cukup klik link website serta cukup memasukkan nomor kartu KIS/BPJS/Askes dan tanggal lahir sebagai kata kuncinya, sudah bisa mengisi/menjawab pertanyaan SRK. Cara milenial lainnya untuk akses SRK adalah bisa klik menu Skrining di aplikasi Android.

BPJS Kesehatan tentu saja masih membutuhkan dukungan dari dua instansi terkait sehubungan dengan SRK ini agar deteksi dini penyakit DM dan HT di Kabupaten Jember lebih efektif. Pertama, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dengan programnya standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan. Optimalisasi SPM tentunya akan melengkapi fungsi SRK BPJS Kesehatan, apalagi Dinas Kesehatan mempunyai jaringan Puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Jember.

Kedua, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (Unej) karena FKM memiliki visi yang sejalan dengan Program SRK BPJS Kesehatan dan Program SPM Dinas Kesehatan yakni visi pencegahan (preventif) dan promotif kesehatan masyarakat (komunitas). Mahasiswa FKM sama seperti mahasiswa pada umumnya merupakan agent of change di masyarakat, yang diharapkan bisa membentuk paradigma sehat di Kabupaten Jember. Kesadaran masyarakat melakukan pencegahan-pencegahan agar tidak terkena penyakit DM dan HT, lewat berbagai macam kegiatan: kegiatan ilmiah, pengabdian masyarakat, PBL (program belajar lapangan), PKL (program kerja lapangan)/magang, kuliah kerja nyata (KKN), dan sebagainya.

Mengapa harus EWS terkait DM dan HT? karena penderita DM memiliki faktor risiko tinggi menderita Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Walaupun belum ada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Jember, namun ada literature review yang dilakukan oleh Nikma Syalsabiela Fauzia, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung (sumber: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 2, No. 4, Mei 2021, hlm. 106-112). Hasilnya, penderita diabetes baik diabetes tipe 1 (insulin dependent diabetes mellitus) maupun tipe 2 (non-insulin dependent diabetes mellitus) memiliki risiko tinggi terkena Covid-19, diabetes dan penyakit penyerta lainnya merupakan prediktor signifikan dari morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan Covid-19.

 

*) Penulis adalah Kabid PMP BPJS Kesehatan Cabang Jember.

- Advertisement -

Terjadinya kenaikan yang signifikan estimasi penderita hipertensi (HT) atau yang disebut sebagai penyakit darah tinggi berusia di atas 15 tahun di Kabupaten Jember sebanyak 11.481 jiwa (741.735 jiwa di tahun 2020, 730.254 jiwa di tahun 2019, sumber: Profil Kesehatan 2019 dan 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur) menjadikan early warning system (EWS) bagi kita semua. Demikian juga dengan penderita diabetes melitus (DM) atau yang disebut sebagai penyakit kencing manis, meningkat jumlahnya sebanyak 556 jiwa (35.951 jiwa di tahun 2020, 35.395 jiwa di tahun 2019, sumber: Profil Kesehatan 2019 dan 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur).

Kabupaten Jember menduduki peringkat pertama terbanyak estimasi penderita HT berusia di atas 15 tahun se-Jawa Timur pada tahun 2020 dari total 38 kabupaten/kota seluruh Jawa Timur. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang berbahaya dan bisa menimbulkan komplikasi penyakit lainnya apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengenalkan skrining riwayat kesehatan (SRK) yang bisa digunakan untuk mendeteksi seberapa besar seseorang beresiko menderita penyakit DM, HT, jantung, dan ginjal. SRK berisi sekumpulan pertanyaan-pertanyaan seputar pola kebiasaan atau perilaku, riwayat penyakit pribadi, riwayat penyakit keluarga, dan pola konsumsi makanan yang jika dijawab dengan jujur akan menghasilkan kesimpulan beresiko rendah, beresiko sedang, serta beresiko tinggi menderita empat penyakit di atas, termasuk di dalamnya DM dan HT.

Jika terdeteksi dari awal beresiko sedang atau tinggi menderita penyakit DM dan HT, maka peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) bisa menghubungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai kartunya terdaftar, untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misal Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) dan pemeriksaan lainnya. Jika memang IMT lebih dari normal, maka bisa dilakukan pemeriksaan gula darah puasa (GDP) dan gula darah post prandial (GDPP) untuk menegakkan diagnosa DM.

SRK ini merupakan alat screening yang murah dan efisien karena cukup klik link website serta cukup memasukkan nomor kartu KIS/BPJS/Askes dan tanggal lahir sebagai kata kuncinya, sudah bisa mengisi/menjawab pertanyaan SRK. Cara milenial lainnya untuk akses SRK adalah bisa klik menu Skrining di aplikasi Android.

BPJS Kesehatan tentu saja masih membutuhkan dukungan dari dua instansi terkait sehubungan dengan SRK ini agar deteksi dini penyakit DM dan HT di Kabupaten Jember lebih efektif. Pertama, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dengan programnya standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan. Optimalisasi SPM tentunya akan melengkapi fungsi SRK BPJS Kesehatan, apalagi Dinas Kesehatan mempunyai jaringan Puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Jember.

Kedua, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (Unej) karena FKM memiliki visi yang sejalan dengan Program SRK BPJS Kesehatan dan Program SPM Dinas Kesehatan yakni visi pencegahan (preventif) dan promotif kesehatan masyarakat (komunitas). Mahasiswa FKM sama seperti mahasiswa pada umumnya merupakan agent of change di masyarakat, yang diharapkan bisa membentuk paradigma sehat di Kabupaten Jember. Kesadaran masyarakat melakukan pencegahan-pencegahan agar tidak terkena penyakit DM dan HT, lewat berbagai macam kegiatan: kegiatan ilmiah, pengabdian masyarakat, PBL (program belajar lapangan), PKL (program kerja lapangan)/magang, kuliah kerja nyata (KKN), dan sebagainya.

Mengapa harus EWS terkait DM dan HT? karena penderita DM memiliki faktor risiko tinggi menderita Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Walaupun belum ada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Jember, namun ada literature review yang dilakukan oleh Nikma Syalsabiela Fauzia, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung (sumber: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 2, No. 4, Mei 2021, hlm. 106-112). Hasilnya, penderita diabetes baik diabetes tipe 1 (insulin dependent diabetes mellitus) maupun tipe 2 (non-insulin dependent diabetes mellitus) memiliki risiko tinggi terkena Covid-19, diabetes dan penyakit penyerta lainnya merupakan prediktor signifikan dari morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan Covid-19.

 

*) Penulis adalah Kabid PMP BPJS Kesehatan Cabang Jember.

Terjadinya kenaikan yang signifikan estimasi penderita hipertensi (HT) atau yang disebut sebagai penyakit darah tinggi berusia di atas 15 tahun di Kabupaten Jember sebanyak 11.481 jiwa (741.735 jiwa di tahun 2020, 730.254 jiwa di tahun 2019, sumber: Profil Kesehatan 2019 dan 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur) menjadikan early warning system (EWS) bagi kita semua. Demikian juga dengan penderita diabetes melitus (DM) atau yang disebut sebagai penyakit kencing manis, meningkat jumlahnya sebanyak 556 jiwa (35.951 jiwa di tahun 2020, 35.395 jiwa di tahun 2019, sumber: Profil Kesehatan 2019 dan 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur).

Kabupaten Jember menduduki peringkat pertama terbanyak estimasi penderita HT berusia di atas 15 tahun se-Jawa Timur pada tahun 2020 dari total 38 kabupaten/kota seluruh Jawa Timur. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang berbahaya dan bisa menimbulkan komplikasi penyakit lainnya apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengenalkan skrining riwayat kesehatan (SRK) yang bisa digunakan untuk mendeteksi seberapa besar seseorang beresiko menderita penyakit DM, HT, jantung, dan ginjal. SRK berisi sekumpulan pertanyaan-pertanyaan seputar pola kebiasaan atau perilaku, riwayat penyakit pribadi, riwayat penyakit keluarga, dan pola konsumsi makanan yang jika dijawab dengan jujur akan menghasilkan kesimpulan beresiko rendah, beresiko sedang, serta beresiko tinggi menderita empat penyakit di atas, termasuk di dalamnya DM dan HT.

Jika terdeteksi dari awal beresiko sedang atau tinggi menderita penyakit DM dan HT, maka peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) bisa menghubungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai kartunya terdaftar, untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misal Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) dan pemeriksaan lainnya. Jika memang IMT lebih dari normal, maka bisa dilakukan pemeriksaan gula darah puasa (GDP) dan gula darah post prandial (GDPP) untuk menegakkan diagnosa DM.

SRK ini merupakan alat screening yang murah dan efisien karena cukup klik link website serta cukup memasukkan nomor kartu KIS/BPJS/Askes dan tanggal lahir sebagai kata kuncinya, sudah bisa mengisi/menjawab pertanyaan SRK. Cara milenial lainnya untuk akses SRK adalah bisa klik menu Skrining di aplikasi Android.

BPJS Kesehatan tentu saja masih membutuhkan dukungan dari dua instansi terkait sehubungan dengan SRK ini agar deteksi dini penyakit DM dan HT di Kabupaten Jember lebih efektif. Pertama, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dengan programnya standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan. Optimalisasi SPM tentunya akan melengkapi fungsi SRK BPJS Kesehatan, apalagi Dinas Kesehatan mempunyai jaringan Puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Jember.

Kedua, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (Unej) karena FKM memiliki visi yang sejalan dengan Program SRK BPJS Kesehatan dan Program SPM Dinas Kesehatan yakni visi pencegahan (preventif) dan promotif kesehatan masyarakat (komunitas). Mahasiswa FKM sama seperti mahasiswa pada umumnya merupakan agent of change di masyarakat, yang diharapkan bisa membentuk paradigma sehat di Kabupaten Jember. Kesadaran masyarakat melakukan pencegahan-pencegahan agar tidak terkena penyakit DM dan HT, lewat berbagai macam kegiatan: kegiatan ilmiah, pengabdian masyarakat, PBL (program belajar lapangan), PKL (program kerja lapangan)/magang, kuliah kerja nyata (KKN), dan sebagainya.

Mengapa harus EWS terkait DM dan HT? karena penderita DM memiliki faktor risiko tinggi menderita Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Walaupun belum ada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Jember, namun ada literature review yang dilakukan oleh Nikma Syalsabiela Fauzia, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung (sumber: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 2, No. 4, Mei 2021, hlm. 106-112). Hasilnya, penderita diabetes baik diabetes tipe 1 (insulin dependent diabetes mellitus) maupun tipe 2 (non-insulin dependent diabetes mellitus) memiliki risiko tinggi terkena Covid-19, diabetes dan penyakit penyerta lainnya merupakan prediktor signifikan dari morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan Covid-19.

 

*) Penulis adalah Kabid PMP BPJS Kesehatan Cabang Jember.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca