22.8 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Jember Sentra Koi di Jatim?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bisakah? Akankah itu sekadar imajinasi. Bila pertanyaan itu diajukan sepuluh tahun yang lalu, mungkin banyak yang menjawab tidak mungkin. Itu karena tidak tampak geliat perkoian yang terbaca, di mata orang kelompok menengah atas sekalipun. Sebagaimana image koi adalah hobinya orang berduit.

Meski saya lahir di Trenggalek, tetapi saya tinggal di Jember sejak tahun 1992 karena alasan sekolah menengah dan dilanjutkan kuliah di Universitas Jember. Sepengetahuan saya pada tahun tahun tersebut, di Jember jarang orang memelihara ikan koi. Taman rumah rata-rata ditanami rumput dan bunga. Kalaupun ada kolam, itu sebagai taman air.

Saya juga jarang menemukan lahan kolam sawah yang membudidayakan ikan koi. Kala itu, saya suka blusukan ke desa-desa, yang ada adalah kolam budi daya dan pembesaran ikan konsumsi. Bila saya salah menangkap keadaan itu, silakan diprotes, tunjukan siapa saja yang budi daya ikan koi pada tahun 1990an.

Mobile_AP_Rectangle 2

Adalah di tahun 2000an saya mulai mengenal ikan koi, meski tidak menceburkan diri secara langsung. Pengenalnya adalah warga Banyuwangi, Agus Aini, yang secara asal usul keluarga dari Blitar. Mengenalkan tentang keindahan ikan koi, ragam jenis ikan koi, kolam standar ikan koi, keeping ikan koi, hingga soal budi daya ikan koi. Saya tertarik karena dua alasan, saya suka memelihara ikan hias sejak kecil, dan kedua, naluri wartawan saya yang ingin tahu.

Dialah yang menunjukan jalan bertemu dengan para pehobi Jember pada tahun 2019. Dia memberikan informasi tentang kegiatan sebuah komunitas koi di Jember, mulai dari bazar koi, latihan bersama (kontes koi). Saya tertarik lalu terjun di dalamnya sebagai tukang catat dan dokumentasi terlebih dahulu.

Dari 2019 itu, bila ditanyakan pertanyaan sama: Apakah Jember layak jadi sentra koi? Maka saya menjawab siap dan bisa. Tentu pandangan saya ini dilandasi oleh kondisi yang berbeda dari tahun sebelumnya. Di mana pada tahun tersebut di Jember telah tumbuh para breeder atau pembudi daya ikan koi.

Saya berjumpa dengan para breeder itu, berjumpa dengan para penjual koi, para pemain koi dan para petarung koi. Kategori terakhir; petarung dan pemain koi saya sebut adalah pehobi atau pebisnis koi yang fokus dalam dunia kontes. Pemburu gelar di even perkoian.

Eksistensi perkoian Jember di pentas nasional pernah saya lihat sendiri di mana saat itu saya ada di dalamnya sebagai sekretaris panitia dan ketua Panitianya adalah Topo Harmoko. Pada masa pengurusan Jember Koi Club, Ketua Fauzi. Jember bisa mengadakan kontes koi tarap nasional bertajuk: “Jember Young Koi Show 2019” pada 20-22 Desember 2019 di Gedung Soetardjo Universitas Jember.

Pada saat itu, selain mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari klub-klub koi di berbagai daerah, Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI), sponsor lembaga swasta, JeKC juga mendapat dukungan dari Universitas Jember dan Pemkab Jember.

Semakin ke sini (2021) perkoian di Jember makin layak menjadi kandidat sentra koi di Jatim selain Blitar, Kediri, dan Tulungagung. Bahkan tersiar kabar lamat-lamat, keberadaan koi Jember bisa bersaing dengan Blitar dan Kediri yang telah lebih dahulu bersinar dan menjelma menjadi industri ikan koi.

Eksistensi produksi koi di Jember juga makin diperhitungkan di Jawa Timur, di mana keberadaannya bisa bersaing dengan Blitar, Kediri, Tulungagung sebagai sentra industri
koi, yang sudah berjalan lebih dahulu. Para breeder Jember yang muncul mewarnai panggung produksi koi dari Jember di antaranya Arroyah Koi (Sukowono), Fauna Fish Farm (Jember), Botani Koi Farm (Sukorambi), Kraton Koi (Tegal Gede), Ishoku (Gebang), The Genks Koi99 Farm (Tegalbesar), DJ Koi (Sumbersari), Kolektor Koi Indonesia (Ambulu), JC Fish Farm (Jember), Tekad Jaya (Balung), Tajemtra (Tanggul), Taiyo Nishikigoi (Sempolan), Casablanka Koi (Sumbersari), dan masih banyak lagi. Saya pernah mencatat secara acak dan kasar, bahwa telah lebih 100an usaha/orang yang berani mencatatkan diri sebagai bagian dari pengusaha koi di Jember.

Usaha koi ini tampaknya telah bergerak dinamis dari waktu ke waktu karena pasarnya cukup luas. Tidak hanya dari Jember dan kabupaten sekitar (Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi). Akan tetapi, bisa dengan mudah masuk daerah-daerah se-Nusantara. Pengakuan dari pehobi maupun anggota Jember Koi Club, pengiriman koi dari Jember terpantau ke Bali, kota kabupaten di Jawa barat, pulau luar Jawa bahkan di antaranya mengirim ikan koi negara di Asia Tenggara.

Saya ketika datang dalam even Kediri Koi Show 2021 mendapatkan data yang menarik di perkoian sana. Sentra koi di Kediri misalnya, usaha koi yang telah menjadi industri ini mampu mengangkat ekonomi daerah tersebut. Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito) dalam seremonial award 9Th Kediri Koi Show Bupati Cup 26 -28 Maret 2021 di Convention Hall di kawasan Simpang Lima Gumul (SLG) mengatakan populasinya cukup tinggi di Kabupaten Kediri itu mencapai di angka 320 ribuan khusus untuk ikan koi itu ada di angka 70 ribuan dan nilai ekonomisnya ada di angka 288 miliar.

Bersama para pehobi koi Jember, Saya pernah jalan-jalan ke perkoian beberapa tempat di Jatim, bahwa industri ini begitu bergairah. Bisa menjadi penopang ekonomi keluarga, bahkan di antaranya berjaya dari usaha koi.

Dari satu pertemuan ke pertemuan dengan para pehobi koi, rasa rasanya semakin mantap Jember sedang berjalan ke usaha perkoian. Mereka semua optimis, Jember menjadi sentra koi. Jember yang dikelilingi pegunungan, merupakan berkah tersendiri, di mana airnya menjadi limpahan modal utama pembudidaya. Meski di baliknya tentu saja ada tantangan yang dihadapi. Mulai dari soal indukan dan pejantan, pemasaran, pakan, dan lainnya.

Namun sepertinya masih minim dukungan dari pemerintah daerah. Bila tidak percaya, coba ditanyakan langsung ke dinas terkait, apa saja stimulus yang diberikan untuk meningkatkan perkoian Jember? Data update pegiat Jember sejauh mana? Saya sendiri bersama teman-teman seiring sebagai pengurus di organisasi koi, Jember Koi Club, yang sah dan legal berbadan hukum, sampai saat ini belum diajak bicara. Mari kita rawat Jember Sae, kita majukan perkoian Jember agar menemukan momentum menjadi besar dan menyumbangkan ekonomi kepada kemajuan Jember.

 

*) Penulis adalah sekretaris Jember Koi Club 2020 – 2022

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bisakah? Akankah itu sekadar imajinasi. Bila pertanyaan itu diajukan sepuluh tahun yang lalu, mungkin banyak yang menjawab tidak mungkin. Itu karena tidak tampak geliat perkoian yang terbaca, di mata orang kelompok menengah atas sekalipun. Sebagaimana image koi adalah hobinya orang berduit.

Meski saya lahir di Trenggalek, tetapi saya tinggal di Jember sejak tahun 1992 karena alasan sekolah menengah dan dilanjutkan kuliah di Universitas Jember. Sepengetahuan saya pada tahun tahun tersebut, di Jember jarang orang memelihara ikan koi. Taman rumah rata-rata ditanami rumput dan bunga. Kalaupun ada kolam, itu sebagai taman air.

Saya juga jarang menemukan lahan kolam sawah yang membudidayakan ikan koi. Kala itu, saya suka blusukan ke desa-desa, yang ada adalah kolam budi daya dan pembesaran ikan konsumsi. Bila saya salah menangkap keadaan itu, silakan diprotes, tunjukan siapa saja yang budi daya ikan koi pada tahun 1990an.

Adalah di tahun 2000an saya mulai mengenal ikan koi, meski tidak menceburkan diri secara langsung. Pengenalnya adalah warga Banyuwangi, Agus Aini, yang secara asal usul keluarga dari Blitar. Mengenalkan tentang keindahan ikan koi, ragam jenis ikan koi, kolam standar ikan koi, keeping ikan koi, hingga soal budi daya ikan koi. Saya tertarik karena dua alasan, saya suka memelihara ikan hias sejak kecil, dan kedua, naluri wartawan saya yang ingin tahu.

Dialah yang menunjukan jalan bertemu dengan para pehobi Jember pada tahun 2019. Dia memberikan informasi tentang kegiatan sebuah komunitas koi di Jember, mulai dari bazar koi, latihan bersama (kontes koi). Saya tertarik lalu terjun di dalamnya sebagai tukang catat dan dokumentasi terlebih dahulu.

Dari 2019 itu, bila ditanyakan pertanyaan sama: Apakah Jember layak jadi sentra koi? Maka saya menjawab siap dan bisa. Tentu pandangan saya ini dilandasi oleh kondisi yang berbeda dari tahun sebelumnya. Di mana pada tahun tersebut di Jember telah tumbuh para breeder atau pembudi daya ikan koi.

Saya berjumpa dengan para breeder itu, berjumpa dengan para penjual koi, para pemain koi dan para petarung koi. Kategori terakhir; petarung dan pemain koi saya sebut adalah pehobi atau pebisnis koi yang fokus dalam dunia kontes. Pemburu gelar di even perkoian.

Eksistensi perkoian Jember di pentas nasional pernah saya lihat sendiri di mana saat itu saya ada di dalamnya sebagai sekretaris panitia dan ketua Panitianya adalah Topo Harmoko. Pada masa pengurusan Jember Koi Club, Ketua Fauzi. Jember bisa mengadakan kontes koi tarap nasional bertajuk: “Jember Young Koi Show 2019” pada 20-22 Desember 2019 di Gedung Soetardjo Universitas Jember.

Pada saat itu, selain mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari klub-klub koi di berbagai daerah, Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI), sponsor lembaga swasta, JeKC juga mendapat dukungan dari Universitas Jember dan Pemkab Jember.

Semakin ke sini (2021) perkoian di Jember makin layak menjadi kandidat sentra koi di Jatim selain Blitar, Kediri, dan Tulungagung. Bahkan tersiar kabar lamat-lamat, keberadaan koi Jember bisa bersaing dengan Blitar dan Kediri yang telah lebih dahulu bersinar dan menjelma menjadi industri ikan koi.

Eksistensi produksi koi di Jember juga makin diperhitungkan di Jawa Timur, di mana keberadaannya bisa bersaing dengan Blitar, Kediri, Tulungagung sebagai sentra industri
koi, yang sudah berjalan lebih dahulu. Para breeder Jember yang muncul mewarnai panggung produksi koi dari Jember di antaranya Arroyah Koi (Sukowono), Fauna Fish Farm (Jember), Botani Koi Farm (Sukorambi), Kraton Koi (Tegal Gede), Ishoku (Gebang), The Genks Koi99 Farm (Tegalbesar), DJ Koi (Sumbersari), Kolektor Koi Indonesia (Ambulu), JC Fish Farm (Jember), Tekad Jaya (Balung), Tajemtra (Tanggul), Taiyo Nishikigoi (Sempolan), Casablanka Koi (Sumbersari), dan masih banyak lagi. Saya pernah mencatat secara acak dan kasar, bahwa telah lebih 100an usaha/orang yang berani mencatatkan diri sebagai bagian dari pengusaha koi di Jember.

Usaha koi ini tampaknya telah bergerak dinamis dari waktu ke waktu karena pasarnya cukup luas. Tidak hanya dari Jember dan kabupaten sekitar (Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi). Akan tetapi, bisa dengan mudah masuk daerah-daerah se-Nusantara. Pengakuan dari pehobi maupun anggota Jember Koi Club, pengiriman koi dari Jember terpantau ke Bali, kota kabupaten di Jawa barat, pulau luar Jawa bahkan di antaranya mengirim ikan koi negara di Asia Tenggara.

Saya ketika datang dalam even Kediri Koi Show 2021 mendapatkan data yang menarik di perkoian sana. Sentra koi di Kediri misalnya, usaha koi yang telah menjadi industri ini mampu mengangkat ekonomi daerah tersebut. Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito) dalam seremonial award 9Th Kediri Koi Show Bupati Cup 26 -28 Maret 2021 di Convention Hall di kawasan Simpang Lima Gumul (SLG) mengatakan populasinya cukup tinggi di Kabupaten Kediri itu mencapai di angka 320 ribuan khusus untuk ikan koi itu ada di angka 70 ribuan dan nilai ekonomisnya ada di angka 288 miliar.

Bersama para pehobi koi Jember, Saya pernah jalan-jalan ke perkoian beberapa tempat di Jatim, bahwa industri ini begitu bergairah. Bisa menjadi penopang ekonomi keluarga, bahkan di antaranya berjaya dari usaha koi.

Dari satu pertemuan ke pertemuan dengan para pehobi koi, rasa rasanya semakin mantap Jember sedang berjalan ke usaha perkoian. Mereka semua optimis, Jember menjadi sentra koi. Jember yang dikelilingi pegunungan, merupakan berkah tersendiri, di mana airnya menjadi limpahan modal utama pembudidaya. Meski di baliknya tentu saja ada tantangan yang dihadapi. Mulai dari soal indukan dan pejantan, pemasaran, pakan, dan lainnya.

Namun sepertinya masih minim dukungan dari pemerintah daerah. Bila tidak percaya, coba ditanyakan langsung ke dinas terkait, apa saja stimulus yang diberikan untuk meningkatkan perkoian Jember? Data update pegiat Jember sejauh mana? Saya sendiri bersama teman-teman seiring sebagai pengurus di organisasi koi, Jember Koi Club, yang sah dan legal berbadan hukum, sampai saat ini belum diajak bicara. Mari kita rawat Jember Sae, kita majukan perkoian Jember agar menemukan momentum menjadi besar dan menyumbangkan ekonomi kepada kemajuan Jember.

 

*) Penulis adalah sekretaris Jember Koi Club 2020 – 2022

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bisakah? Akankah itu sekadar imajinasi. Bila pertanyaan itu diajukan sepuluh tahun yang lalu, mungkin banyak yang menjawab tidak mungkin. Itu karena tidak tampak geliat perkoian yang terbaca, di mata orang kelompok menengah atas sekalipun. Sebagaimana image koi adalah hobinya orang berduit.

Meski saya lahir di Trenggalek, tetapi saya tinggal di Jember sejak tahun 1992 karena alasan sekolah menengah dan dilanjutkan kuliah di Universitas Jember. Sepengetahuan saya pada tahun tahun tersebut, di Jember jarang orang memelihara ikan koi. Taman rumah rata-rata ditanami rumput dan bunga. Kalaupun ada kolam, itu sebagai taman air.

Saya juga jarang menemukan lahan kolam sawah yang membudidayakan ikan koi. Kala itu, saya suka blusukan ke desa-desa, yang ada adalah kolam budi daya dan pembesaran ikan konsumsi. Bila saya salah menangkap keadaan itu, silakan diprotes, tunjukan siapa saja yang budi daya ikan koi pada tahun 1990an.

Adalah di tahun 2000an saya mulai mengenal ikan koi, meski tidak menceburkan diri secara langsung. Pengenalnya adalah warga Banyuwangi, Agus Aini, yang secara asal usul keluarga dari Blitar. Mengenalkan tentang keindahan ikan koi, ragam jenis ikan koi, kolam standar ikan koi, keeping ikan koi, hingga soal budi daya ikan koi. Saya tertarik karena dua alasan, saya suka memelihara ikan hias sejak kecil, dan kedua, naluri wartawan saya yang ingin tahu.

Dialah yang menunjukan jalan bertemu dengan para pehobi Jember pada tahun 2019. Dia memberikan informasi tentang kegiatan sebuah komunitas koi di Jember, mulai dari bazar koi, latihan bersama (kontes koi). Saya tertarik lalu terjun di dalamnya sebagai tukang catat dan dokumentasi terlebih dahulu.

Dari 2019 itu, bila ditanyakan pertanyaan sama: Apakah Jember layak jadi sentra koi? Maka saya menjawab siap dan bisa. Tentu pandangan saya ini dilandasi oleh kondisi yang berbeda dari tahun sebelumnya. Di mana pada tahun tersebut di Jember telah tumbuh para breeder atau pembudi daya ikan koi.

Saya berjumpa dengan para breeder itu, berjumpa dengan para penjual koi, para pemain koi dan para petarung koi. Kategori terakhir; petarung dan pemain koi saya sebut adalah pehobi atau pebisnis koi yang fokus dalam dunia kontes. Pemburu gelar di even perkoian.

Eksistensi perkoian Jember di pentas nasional pernah saya lihat sendiri di mana saat itu saya ada di dalamnya sebagai sekretaris panitia dan ketua Panitianya adalah Topo Harmoko. Pada masa pengurusan Jember Koi Club, Ketua Fauzi. Jember bisa mengadakan kontes koi tarap nasional bertajuk: “Jember Young Koi Show 2019” pada 20-22 Desember 2019 di Gedung Soetardjo Universitas Jember.

Pada saat itu, selain mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari klub-klub koi di berbagai daerah, Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI), sponsor lembaga swasta, JeKC juga mendapat dukungan dari Universitas Jember dan Pemkab Jember.

Semakin ke sini (2021) perkoian di Jember makin layak menjadi kandidat sentra koi di Jatim selain Blitar, Kediri, dan Tulungagung. Bahkan tersiar kabar lamat-lamat, keberadaan koi Jember bisa bersaing dengan Blitar dan Kediri yang telah lebih dahulu bersinar dan menjelma menjadi industri ikan koi.

Eksistensi produksi koi di Jember juga makin diperhitungkan di Jawa Timur, di mana keberadaannya bisa bersaing dengan Blitar, Kediri, Tulungagung sebagai sentra industri
koi, yang sudah berjalan lebih dahulu. Para breeder Jember yang muncul mewarnai panggung produksi koi dari Jember di antaranya Arroyah Koi (Sukowono), Fauna Fish Farm (Jember), Botani Koi Farm (Sukorambi), Kraton Koi (Tegal Gede), Ishoku (Gebang), The Genks Koi99 Farm (Tegalbesar), DJ Koi (Sumbersari), Kolektor Koi Indonesia (Ambulu), JC Fish Farm (Jember), Tekad Jaya (Balung), Tajemtra (Tanggul), Taiyo Nishikigoi (Sempolan), Casablanka Koi (Sumbersari), dan masih banyak lagi. Saya pernah mencatat secara acak dan kasar, bahwa telah lebih 100an usaha/orang yang berani mencatatkan diri sebagai bagian dari pengusaha koi di Jember.

Usaha koi ini tampaknya telah bergerak dinamis dari waktu ke waktu karena pasarnya cukup luas. Tidak hanya dari Jember dan kabupaten sekitar (Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi). Akan tetapi, bisa dengan mudah masuk daerah-daerah se-Nusantara. Pengakuan dari pehobi maupun anggota Jember Koi Club, pengiriman koi dari Jember terpantau ke Bali, kota kabupaten di Jawa barat, pulau luar Jawa bahkan di antaranya mengirim ikan koi negara di Asia Tenggara.

Saya ketika datang dalam even Kediri Koi Show 2021 mendapatkan data yang menarik di perkoian sana. Sentra koi di Kediri misalnya, usaha koi yang telah menjadi industri ini mampu mengangkat ekonomi daerah tersebut. Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito) dalam seremonial award 9Th Kediri Koi Show Bupati Cup 26 -28 Maret 2021 di Convention Hall di kawasan Simpang Lima Gumul (SLG) mengatakan populasinya cukup tinggi di Kabupaten Kediri itu mencapai di angka 320 ribuan khusus untuk ikan koi itu ada di angka 70 ribuan dan nilai ekonomisnya ada di angka 288 miliar.

Bersama para pehobi koi Jember, Saya pernah jalan-jalan ke perkoian beberapa tempat di Jatim, bahwa industri ini begitu bergairah. Bisa menjadi penopang ekonomi keluarga, bahkan di antaranya berjaya dari usaha koi.

Dari satu pertemuan ke pertemuan dengan para pehobi koi, rasa rasanya semakin mantap Jember sedang berjalan ke usaha perkoian. Mereka semua optimis, Jember menjadi sentra koi. Jember yang dikelilingi pegunungan, merupakan berkah tersendiri, di mana airnya menjadi limpahan modal utama pembudidaya. Meski di baliknya tentu saja ada tantangan yang dihadapi. Mulai dari soal indukan dan pejantan, pemasaran, pakan, dan lainnya.

Namun sepertinya masih minim dukungan dari pemerintah daerah. Bila tidak percaya, coba ditanyakan langsung ke dinas terkait, apa saja stimulus yang diberikan untuk meningkatkan perkoian Jember? Data update pegiat Jember sejauh mana? Saya sendiri bersama teman-teman seiring sebagai pengurus di organisasi koi, Jember Koi Club, yang sah dan legal berbadan hukum, sampai saat ini belum diajak bicara. Mari kita rawat Jember Sae, kita majukan perkoian Jember agar menemukan momentum menjadi besar dan menyumbangkan ekonomi kepada kemajuan Jember.

 

*) Penulis adalah sekretaris Jember Koi Club 2020 – 2022

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca