Rindu Bertatap Muka

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ketika membaca berita bahwa Bupati Jember Hendy Siswanto dan wakilnya KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman meninjau simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN Sumbersari 02 dan SMPN 7 Jember pada hari Jumat  (9/4/2021) kami sebagai guru merasa senang.

Betapa tidak, setelah setahun lebih kami merasakan suka dan duka Pembelajaran Jarak Jauh yang menguras emosi, tenaga, dan pikiran, kami sungguh merindukan pembelajaran tatap muka di mana kami bisa bertemu langsung dengan anak didik kami.

Kami sudah tidak sabar ingin bisa menjelaskan  materi-materi pelajaran secara langsung dan panjang lebar di depan anak didik supaya mereka paham betul apa yang kami ajarkan, apa yang kami maksudkan.

Kami juga sudah rindu ingin segera mengajarkan mereka etika kehidupan dan karakter-karakter baik. Rindu melihat ekspresi wajah mereka ketika kita bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan bahkan hal yang membuatnya terharu. Rindu candaan mereka, kepolosan mereka.

Kami yakin demikian juga dengan anak didik kami. Mereka telah lama menahan rindu dengan teman-temannya. Rindu akan kebiasaan bermain dan belajar bersama. Tentu saja selain rindu pada teman-temannya mereka juga rindu pada bapak ibu gurunya. Rindu melihat senyum manis gurunya, lemah lembut tutur kata gurunya saat menasihati, saat bertegur sapa dengan mereka.

Yang juga membuat kami menginginkan Pembelajaran Tatap Muka adalah kami, yaitu guru dan anak didik kami sudah merasa lelah, jenuh, bahkan stres dengan metode pembelajaran daring.

Sedangkan kita semua juga tahu bahwa pembelajaran itu tidak hanya berhenti pada wacana dan teori semata tetapi juga harus ditindaklanjuti dengan praktik yang butuh bimbingan langsung dari kita sebagai guru.

Namun untuk kembali ke pembelajaran tatap muka tidak semudah dan sesederhana itu. Apakah sekolah sudah siap secara fisik maupun psikis untuk menyambut wacana diterapkannya pembelajaran tatap muka (luring)?

Jika pembelajaran tatap muka benar-benar dilaksanakan mau tidak mau pihak sekolah harus siap segala sesuatunya. Budaya baru atau kebiasaan baru harus dimunculkan. Minimal 3M. Pertama, budaya mencuci tangan pakai sabun di air yang mengalir harus diterapkan karena hal ini sangat esensial dalam melakukan pencegahan penularan Covid-19. Yang kedua kita harus tetap membudayakan memakai masker saat diterapkan pembelajaran tatap muka. Memakai masker dilakukan mulai berangkat ke sekolah sampai kembali ke rumah masing-masing.

Baik guru, karyawan sekolah maupun anak didik yang mengalami flu, demam atau kurang fit badannya dianjurkan untuk istirahat di rumah atau disediakan ruang khusus yang memenuhi standar tertentu.

Yang ketiga untuk semua yang berada di sekolah dipastikan untuk tetap menjaga jarak. Oleh karena itu kelas yang biasanya berisi 100 persen siswa, selama pembelajaran tatap muka diisi 50 persen atau separuhnya. Solusi yang dipilih boleh dengan sistem belajar secara bergantian atau istilah lain kita menyebutnya dengan istilah “sif”.

Sebelumnya saat normal kita belajar selama enam hari dalam seminggu maka dengan kondisi sekarang anak didik cukup belajar di sekolah tiga hari saja dalam satu minggu. Atau bisa dengan cara satu hari masuk satu hari libur.

Kondisi belajar bergantian lebih menguntungkan dibanding keadaan di mana guru menjelaskan materi secara daring. Hal ini juga menguntungkan siswa daripada menerima materi secara daring. Dengan pembelajaran tatap muka secara bergantian guru bisa menjelaskan konsep secara utuh dan anak didik yang mendapatkan tugas dari guru dapat menerima penjelasan secara detail apa yang harus dikerjakan dari guru yang bersangkutan.

Ada baiknya pada saat awal pembelajaran tatap muka nanti semua sekolah menitikberatkan pembelajaran pada perbaikan kondisi psikologis dan sosial anak didik. Ini dikarenakan selama mereka pembelajaran daring di rumah anak didik mengalami kejenuhan dan pengalaman baru yang berat dalam melaksanakan pembelajaran. Kita bangkitkan kembali semangat mereka. Kita pahami sepenuh hati keadaan mereka. Dan kita beri pemahaman untuk tetap berperilaku hidup sehat dalam rangka pencegahan penularan Covid-19.

Orangtua anak didik dan komite sekolah perlu diikutsertakan untuk menyukseskan kegiatan pembelajaran tatap muka ini.

Disiplin dan tanggung jawab perlu ditegakkan dan ditanamkan. Ada 3 hal yang perlu diterapkan untuk menegakkan disiplin. Pertama pemahaman pentingnya disiplin dan tanggung jawab itu diterapkan. Yang kedua jelaskan apa risiko dan konsekuensi jika disiplin itu dilanggar. Dan yang ketiga yang paling penting adalah keteladanan kita sebagai guru. Seperti apa pun kita memberi pemahaman dan pengertian jika tidak disertai dengan contoh dari kita sebagai guru omong kosong jika anak didik akan menuruti.

Semua memahami bahwa kegiatan pembelajaran tatap muka sangat kami harapkan dan kami tunggu pelaksanaannya. Tidak baik bagi anak didik terlalu lama di rumah. Mereka tidak boleh kehilangan momen-momen indah di sekolah. Mereka tidak boleh stres dan kehilangan arah, dan semangat belajar.

Mari kita sukseskan pencanangan pembelajaran tatap muka di Kabupaten Jember.

 

*) Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 13 Jember