24.5 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Pasar Koi Jember, Kapan?

Mobile_AP_Rectangle 1

Kira-kira pemikirannya begini, bidang perikanan koi di Jember khan pertumbuhannya pesat (paling tidak dua tahun akhir-akhir ini). Lahan ada, air cukup, pembudi daya bertumbuh, petani mulai melirik sawahnya untuk lahan penebaran koi, penjual tambah banyak, dan menariknya para penjual didominasi anak muda. Ini nilai plus dan potensial di masa mendatang.

Pemikirannya lagi, bila dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat dan sumber penghasilan pula untuk daerah Jember (PAD). Caranya bagaimana? Misalnya saja ada pasar koi minimal bisa menarik retribusi dari kegiatan tersebut. Kira-kira demikian alur pikirnya.

Adanya pasar koi sebenarnya jadi bahasan dan idaman lama bagi pehobi, pegiat koi, juga bagi Jember Koi Club (JeKC). Mengapa butuh pasar? Mereka butuh pangsa pasar, tempat memasok ikan hias koi di Jember. Mereka butuh bertemu pembeli, dan bisa akad jual beli di tempat tersebut. Pertanyaan lagi: apakah tidak cukup online saja, mengingat sekarang dengan online bisa melayani? Pembeli memilih ikan koi, membayar, lalu mengirim via jasa transportasi online. Cukup.

Mobile_AP_Rectangle 2

Bila dipandang cukup, bisa cukup. Bila dipandang tidak cukup, bisa tidak cukup dengan adanya pasar online saja. Begini kira-kira pemikirannya, jual koi atau jual ikan hias lainnya tidak bisa atau sulit berkembang bila di pasar induk. Dicampur dengan pasar ikan konsumsi lain misalnya, ikan asin, ikan tengiri, ikan lele, nila. Keberadaan pasar ikan koi biasanya spesifik, ikan koi saja, atau bisa juga campur dengan ikan hias lainnya. Di beberapa daerah bisa berkembang.

Saya memandangnya simpel saja akan harapan pasar koi. Kebutuhan pasar koi offline dipandang perlu karena masih adanya warga yang ingin mendapatkan ikan hias koi secara langsung. Pembeli bisa memastikan bahwa ikannya benar-benar ada, dan keadaanya seperti yang dilihat. Beberapa foto/video jualan online via Android salah satu kelemahannya pada hasil foto video.

Terkadang tidak sesuai dengan harapan, utamanya dalam hal warna. Juga dalam hal kesehatan. Benar-benar sangat mengandalkan kejujuran pembelinya, karena dia juga menjadi “wakil pembeli” atas koi jualannya. Di sisi lain, pembeli kadang hanya ingin melihat (wisata mata), jadi tidak segan bertanya langsung ke pembeli.

Pasar Koi di Daerah lain
Pasar Koi Jogjakarta. Pasar koi ini terletak di Pasar Koi Jogja yang terletak di Sendangtirto, Berbah, Sleman. Berdiri pada tahun 2016 silam. Salah satu penggeraknya Suryo Jatmiko mengembangkan budi daya ikan koi dengan memberdayakan warga desa Sendangtirto. Karena prihatin selama ini, kebutuhan ikan koi di Jogjakarta dipenuhi dari luar daerah.

Dalam menerapkan pemberdayaan Suryo Jatmiko membagi dalam tiga fase plasma koi. Untuk fase satu diberikan bibit-bibit hibah agar tertarik untuk melakukan budi daya. Dari mitra plasma fase satu yang sudah berbakat dan lebih mahir dikelompokkan ke dalam fase dua. Dalam fase ini telah diajarkan konsep bisnis. Terakhir, bagi yang sudah mahir dalam budi daya dan bisnis, dijaring dalam fase tiga. Dalam fase ini sudah harus berani spekulasi berinvestasi.

Pasar koi Jogjakarta menerapkan penjualan satu pintu dalam mengendalikan harga. Selain itu, kualitas produk yang dijual pun terjaga. Sehingga konsumen dapat membeli ikan koi sesuai dengan anggaran mereka. Semakin tinggi kualitas maka semakin tinggi pula harganya.

Dasar lainnya, permintaan koi di Jogjakarta cukup besar, yakni 5000 ekor ikan per bulannya dengan harga dibawah 100 ribuan. Sampai saat ini berjalan dengan baik.

Di daerah penghasil ikan koi di Jawa Timur, baik itu Blitar maupun Kediri tidak ada pasar khusus ikan koi yang eksis sampai saat ini. Di Kediri, ada penjualan ikan koi di pasar ikan hias Surowono, Kecamatan Badas. Pasar ikan hias tersebut menampung ikan koi dari pembudi daya koi di Kediri.

Di Blitar penjualan koi offline di antaranya bisa dijumpai di Pasar Ikan Hias Gandusari Kota Blitar. Campur, tidak hanya jualan koi saja, juga jualan ikan hias lainnya. Upaya membuat pasar ikan hias secara khusus pernah dilakukan pada tahun 2001, dengan membuat pasar koi di Loss Ruko Dinas Perikanan Kabupaten Blitar. Namun tersendat, dan tinggal satu yang sampai kini eksis satu kios yakni kiosnya Wahana Koi Indonesia. Eksistensinya cukup kuat di pasar online.

Yang menarik, meski pernah berusaha membuat pasar koi dan gagal, namun Pemkab Blitar tetap menjadikan kawasan tersebut sebagai pasar koi. Informasinya lahan seluas sekitar satu hektare tersebut akan digunakan untuk Mall Koi; integrasi display ikan koi, kafe, warung makan, tempat bermain dan rest area (tempat peristirahatan). Jadi, tidak semata hanya bertemu penjual dan pembeli ikan koi. Ada konsep wisata jalan-jalan di mal untuk keluarga. Bedanya, ini mal ikan koi.

Direncanakan nanti, ada puluhan kolam bak fiber. Bak-bak kolam fiber tersebut akan menjadi tempat jualan ikan koi dari farm-farm (pembudi daya) yang ada di Kabupaten Blitar. Ini semacam jendela produk koi asli Blitar, dan bila ada pembeli ingin berlanjut ke farm, bisa dilayani langsung. Bila benar-benar terlaksana, tentu akan menjadi tempat nongkrong yang asyik bagi siapa pun. Ini membuka pandora pandangan pengunjung, yang awalnya tidak membeli koi bisa berubah ingin memiliki koi!

Jember pilih yang mana?
Memilih pasar koi seperti yang di Pasar Koi Jogjakarta bisa saja. Disitu cukup ada kolam kolam dan aquarium lapak-lapak penjual. Pengunjung tentu spesifik datang tertarik dengan koi. Atau memilih pasar ikan hias. Di mana tempat lokasi pasar juga digunakan untuk menjual ikan hias lainnya. Dan atau yang ketiga, memilih seperti yang akan dibangun oleh Pemkab Blitar yakni Mall Koi.

Atau belum memilih? Jika pilihan terakhir memilih belum memilih, ini berarti Jember dalam waktu dekat belum ada pasar koi. Ikan koi dijual cukup dengan cara online, dijual di farm masing-masing, dijual di rumah masing-masing, dijual obrokan di jalan-jalan, dan atau dijual keliling. Sambil menunggu momen tepat Pemkab Jember suatu saat mendirikan pasar ikan koi di masa-masa mendatang.

Nursalim
*Penulis adalah Sekretaris Jember Koi Club

 

 

- Advertisement -

Kira-kira pemikirannya begini, bidang perikanan koi di Jember khan pertumbuhannya pesat (paling tidak dua tahun akhir-akhir ini). Lahan ada, air cukup, pembudi daya bertumbuh, petani mulai melirik sawahnya untuk lahan penebaran koi, penjual tambah banyak, dan menariknya para penjual didominasi anak muda. Ini nilai plus dan potensial di masa mendatang.

Pemikirannya lagi, bila dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat dan sumber penghasilan pula untuk daerah Jember (PAD). Caranya bagaimana? Misalnya saja ada pasar koi minimal bisa menarik retribusi dari kegiatan tersebut. Kira-kira demikian alur pikirnya.

Adanya pasar koi sebenarnya jadi bahasan dan idaman lama bagi pehobi, pegiat koi, juga bagi Jember Koi Club (JeKC). Mengapa butuh pasar? Mereka butuh pangsa pasar, tempat memasok ikan hias koi di Jember. Mereka butuh bertemu pembeli, dan bisa akad jual beli di tempat tersebut. Pertanyaan lagi: apakah tidak cukup online saja, mengingat sekarang dengan online bisa melayani? Pembeli memilih ikan koi, membayar, lalu mengirim via jasa transportasi online. Cukup.

Bila dipandang cukup, bisa cukup. Bila dipandang tidak cukup, bisa tidak cukup dengan adanya pasar online saja. Begini kira-kira pemikirannya, jual koi atau jual ikan hias lainnya tidak bisa atau sulit berkembang bila di pasar induk. Dicampur dengan pasar ikan konsumsi lain misalnya, ikan asin, ikan tengiri, ikan lele, nila. Keberadaan pasar ikan koi biasanya spesifik, ikan koi saja, atau bisa juga campur dengan ikan hias lainnya. Di beberapa daerah bisa berkembang.

Saya memandangnya simpel saja akan harapan pasar koi. Kebutuhan pasar koi offline dipandang perlu karena masih adanya warga yang ingin mendapatkan ikan hias koi secara langsung. Pembeli bisa memastikan bahwa ikannya benar-benar ada, dan keadaanya seperti yang dilihat. Beberapa foto/video jualan online via Android salah satu kelemahannya pada hasil foto video.

Terkadang tidak sesuai dengan harapan, utamanya dalam hal warna. Juga dalam hal kesehatan. Benar-benar sangat mengandalkan kejujuran pembelinya, karena dia juga menjadi “wakil pembeli” atas koi jualannya. Di sisi lain, pembeli kadang hanya ingin melihat (wisata mata), jadi tidak segan bertanya langsung ke pembeli.

Pasar Koi di Daerah lain
Pasar Koi Jogjakarta. Pasar koi ini terletak di Pasar Koi Jogja yang terletak di Sendangtirto, Berbah, Sleman. Berdiri pada tahun 2016 silam. Salah satu penggeraknya Suryo Jatmiko mengembangkan budi daya ikan koi dengan memberdayakan warga desa Sendangtirto. Karena prihatin selama ini, kebutuhan ikan koi di Jogjakarta dipenuhi dari luar daerah.

Dalam menerapkan pemberdayaan Suryo Jatmiko membagi dalam tiga fase plasma koi. Untuk fase satu diberikan bibit-bibit hibah agar tertarik untuk melakukan budi daya. Dari mitra plasma fase satu yang sudah berbakat dan lebih mahir dikelompokkan ke dalam fase dua. Dalam fase ini telah diajarkan konsep bisnis. Terakhir, bagi yang sudah mahir dalam budi daya dan bisnis, dijaring dalam fase tiga. Dalam fase ini sudah harus berani spekulasi berinvestasi.

Pasar koi Jogjakarta menerapkan penjualan satu pintu dalam mengendalikan harga. Selain itu, kualitas produk yang dijual pun terjaga. Sehingga konsumen dapat membeli ikan koi sesuai dengan anggaran mereka. Semakin tinggi kualitas maka semakin tinggi pula harganya.

Dasar lainnya, permintaan koi di Jogjakarta cukup besar, yakni 5000 ekor ikan per bulannya dengan harga dibawah 100 ribuan. Sampai saat ini berjalan dengan baik.

Di daerah penghasil ikan koi di Jawa Timur, baik itu Blitar maupun Kediri tidak ada pasar khusus ikan koi yang eksis sampai saat ini. Di Kediri, ada penjualan ikan koi di pasar ikan hias Surowono, Kecamatan Badas. Pasar ikan hias tersebut menampung ikan koi dari pembudi daya koi di Kediri.

Di Blitar penjualan koi offline di antaranya bisa dijumpai di Pasar Ikan Hias Gandusari Kota Blitar. Campur, tidak hanya jualan koi saja, juga jualan ikan hias lainnya. Upaya membuat pasar ikan hias secara khusus pernah dilakukan pada tahun 2001, dengan membuat pasar koi di Loss Ruko Dinas Perikanan Kabupaten Blitar. Namun tersendat, dan tinggal satu yang sampai kini eksis satu kios yakni kiosnya Wahana Koi Indonesia. Eksistensinya cukup kuat di pasar online.

Yang menarik, meski pernah berusaha membuat pasar koi dan gagal, namun Pemkab Blitar tetap menjadikan kawasan tersebut sebagai pasar koi. Informasinya lahan seluas sekitar satu hektare tersebut akan digunakan untuk Mall Koi; integrasi display ikan koi, kafe, warung makan, tempat bermain dan rest area (tempat peristirahatan). Jadi, tidak semata hanya bertemu penjual dan pembeli ikan koi. Ada konsep wisata jalan-jalan di mal untuk keluarga. Bedanya, ini mal ikan koi.

Direncanakan nanti, ada puluhan kolam bak fiber. Bak-bak kolam fiber tersebut akan menjadi tempat jualan ikan koi dari farm-farm (pembudi daya) yang ada di Kabupaten Blitar. Ini semacam jendela produk koi asli Blitar, dan bila ada pembeli ingin berlanjut ke farm, bisa dilayani langsung. Bila benar-benar terlaksana, tentu akan menjadi tempat nongkrong yang asyik bagi siapa pun. Ini membuka pandora pandangan pengunjung, yang awalnya tidak membeli koi bisa berubah ingin memiliki koi!

Jember pilih yang mana?
Memilih pasar koi seperti yang di Pasar Koi Jogjakarta bisa saja. Disitu cukup ada kolam kolam dan aquarium lapak-lapak penjual. Pengunjung tentu spesifik datang tertarik dengan koi. Atau memilih pasar ikan hias. Di mana tempat lokasi pasar juga digunakan untuk menjual ikan hias lainnya. Dan atau yang ketiga, memilih seperti yang akan dibangun oleh Pemkab Blitar yakni Mall Koi.

Atau belum memilih? Jika pilihan terakhir memilih belum memilih, ini berarti Jember dalam waktu dekat belum ada pasar koi. Ikan koi dijual cukup dengan cara online, dijual di farm masing-masing, dijual di rumah masing-masing, dijual obrokan di jalan-jalan, dan atau dijual keliling. Sambil menunggu momen tepat Pemkab Jember suatu saat mendirikan pasar ikan koi di masa-masa mendatang.

Nursalim
*Penulis adalah Sekretaris Jember Koi Club

 

 

Kira-kira pemikirannya begini, bidang perikanan koi di Jember khan pertumbuhannya pesat (paling tidak dua tahun akhir-akhir ini). Lahan ada, air cukup, pembudi daya bertumbuh, petani mulai melirik sawahnya untuk lahan penebaran koi, penjual tambah banyak, dan menariknya para penjual didominasi anak muda. Ini nilai plus dan potensial di masa mendatang.

Pemikirannya lagi, bila dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat dan sumber penghasilan pula untuk daerah Jember (PAD). Caranya bagaimana? Misalnya saja ada pasar koi minimal bisa menarik retribusi dari kegiatan tersebut. Kira-kira demikian alur pikirnya.

Adanya pasar koi sebenarnya jadi bahasan dan idaman lama bagi pehobi, pegiat koi, juga bagi Jember Koi Club (JeKC). Mengapa butuh pasar? Mereka butuh pangsa pasar, tempat memasok ikan hias koi di Jember. Mereka butuh bertemu pembeli, dan bisa akad jual beli di tempat tersebut. Pertanyaan lagi: apakah tidak cukup online saja, mengingat sekarang dengan online bisa melayani? Pembeli memilih ikan koi, membayar, lalu mengirim via jasa transportasi online. Cukup.

Bila dipandang cukup, bisa cukup. Bila dipandang tidak cukup, bisa tidak cukup dengan adanya pasar online saja. Begini kira-kira pemikirannya, jual koi atau jual ikan hias lainnya tidak bisa atau sulit berkembang bila di pasar induk. Dicampur dengan pasar ikan konsumsi lain misalnya, ikan asin, ikan tengiri, ikan lele, nila. Keberadaan pasar ikan koi biasanya spesifik, ikan koi saja, atau bisa juga campur dengan ikan hias lainnya. Di beberapa daerah bisa berkembang.

Saya memandangnya simpel saja akan harapan pasar koi. Kebutuhan pasar koi offline dipandang perlu karena masih adanya warga yang ingin mendapatkan ikan hias koi secara langsung. Pembeli bisa memastikan bahwa ikannya benar-benar ada, dan keadaanya seperti yang dilihat. Beberapa foto/video jualan online via Android salah satu kelemahannya pada hasil foto video.

Terkadang tidak sesuai dengan harapan, utamanya dalam hal warna. Juga dalam hal kesehatan. Benar-benar sangat mengandalkan kejujuran pembelinya, karena dia juga menjadi “wakil pembeli” atas koi jualannya. Di sisi lain, pembeli kadang hanya ingin melihat (wisata mata), jadi tidak segan bertanya langsung ke pembeli.

Pasar Koi di Daerah lain
Pasar Koi Jogjakarta. Pasar koi ini terletak di Pasar Koi Jogja yang terletak di Sendangtirto, Berbah, Sleman. Berdiri pada tahun 2016 silam. Salah satu penggeraknya Suryo Jatmiko mengembangkan budi daya ikan koi dengan memberdayakan warga desa Sendangtirto. Karena prihatin selama ini, kebutuhan ikan koi di Jogjakarta dipenuhi dari luar daerah.

Dalam menerapkan pemberdayaan Suryo Jatmiko membagi dalam tiga fase plasma koi. Untuk fase satu diberikan bibit-bibit hibah agar tertarik untuk melakukan budi daya. Dari mitra plasma fase satu yang sudah berbakat dan lebih mahir dikelompokkan ke dalam fase dua. Dalam fase ini telah diajarkan konsep bisnis. Terakhir, bagi yang sudah mahir dalam budi daya dan bisnis, dijaring dalam fase tiga. Dalam fase ini sudah harus berani spekulasi berinvestasi.

Pasar koi Jogjakarta menerapkan penjualan satu pintu dalam mengendalikan harga. Selain itu, kualitas produk yang dijual pun terjaga. Sehingga konsumen dapat membeli ikan koi sesuai dengan anggaran mereka. Semakin tinggi kualitas maka semakin tinggi pula harganya.

Dasar lainnya, permintaan koi di Jogjakarta cukup besar, yakni 5000 ekor ikan per bulannya dengan harga dibawah 100 ribuan. Sampai saat ini berjalan dengan baik.

Di daerah penghasil ikan koi di Jawa Timur, baik itu Blitar maupun Kediri tidak ada pasar khusus ikan koi yang eksis sampai saat ini. Di Kediri, ada penjualan ikan koi di pasar ikan hias Surowono, Kecamatan Badas. Pasar ikan hias tersebut menampung ikan koi dari pembudi daya koi di Kediri.

Di Blitar penjualan koi offline di antaranya bisa dijumpai di Pasar Ikan Hias Gandusari Kota Blitar. Campur, tidak hanya jualan koi saja, juga jualan ikan hias lainnya. Upaya membuat pasar ikan hias secara khusus pernah dilakukan pada tahun 2001, dengan membuat pasar koi di Loss Ruko Dinas Perikanan Kabupaten Blitar. Namun tersendat, dan tinggal satu yang sampai kini eksis satu kios yakni kiosnya Wahana Koi Indonesia. Eksistensinya cukup kuat di pasar online.

Yang menarik, meski pernah berusaha membuat pasar koi dan gagal, namun Pemkab Blitar tetap menjadikan kawasan tersebut sebagai pasar koi. Informasinya lahan seluas sekitar satu hektare tersebut akan digunakan untuk Mall Koi; integrasi display ikan koi, kafe, warung makan, tempat bermain dan rest area (tempat peristirahatan). Jadi, tidak semata hanya bertemu penjual dan pembeli ikan koi. Ada konsep wisata jalan-jalan di mal untuk keluarga. Bedanya, ini mal ikan koi.

Direncanakan nanti, ada puluhan kolam bak fiber. Bak-bak kolam fiber tersebut akan menjadi tempat jualan ikan koi dari farm-farm (pembudi daya) yang ada di Kabupaten Blitar. Ini semacam jendela produk koi asli Blitar, dan bila ada pembeli ingin berlanjut ke farm, bisa dilayani langsung. Bila benar-benar terlaksana, tentu akan menjadi tempat nongkrong yang asyik bagi siapa pun. Ini membuka pandora pandangan pengunjung, yang awalnya tidak membeli koi bisa berubah ingin memiliki koi!

Jember pilih yang mana?
Memilih pasar koi seperti yang di Pasar Koi Jogjakarta bisa saja. Disitu cukup ada kolam kolam dan aquarium lapak-lapak penjual. Pengunjung tentu spesifik datang tertarik dengan koi. Atau memilih pasar ikan hias. Di mana tempat lokasi pasar juga digunakan untuk menjual ikan hias lainnya. Dan atau yang ketiga, memilih seperti yang akan dibangun oleh Pemkab Blitar yakni Mall Koi.

Atau belum memilih? Jika pilihan terakhir memilih belum memilih, ini berarti Jember dalam waktu dekat belum ada pasar koi. Ikan koi dijual cukup dengan cara online, dijual di farm masing-masing, dijual di rumah masing-masing, dijual obrokan di jalan-jalan, dan atau dijual keliling. Sambil menunggu momen tepat Pemkab Jember suatu saat mendirikan pasar ikan koi di masa-masa mendatang.

Nursalim
*Penulis adalah Sekretaris Jember Koi Club

 

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca