JEMBER, RADARJEMBER.ID – Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah pada masa pandemi Covid-19 akhir-akhir ini. Obesitas dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau kelebihan yang dapat merusak kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena kalori yang didapat dari bahan makanan lebih besar dari kalori yang dipakai untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya kelebihan kalori ini akan tersimpan di tubuh dalam bentuk lemak.
Kurangnya aktivitas pada saat ini dikarenakan ada anjuran agar masyarakat mengurung diri di rumah yang bertujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Mengurung diri di rumah menyebabkan masyarakat melakukan aktivitas yang minim dan tidak dimungkiri juga melakukan aktivitas secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini mengakibatkan timbulnya rasa bosan dan berdampak pada tingkat kemalasan yang lebih tinggi. Selain itu, kemalasan juga menjadi salah satu faktor untuk memicu meningkatnya obesitas.
Orang yang obesitas memiliki risiko besar terhadap serangan penyakit degeneratif, seperti : tekanan darah tinggi, penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah di otak dan jantung, diabetes dll. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat terjadi gangguan fungsi paru dan sering mengalami tersumbatnya jalan napas (obstructive sleep apnea).
Umumnya masyarakat beranggapan bahwa tubuh yang ideal identik dengan tubuh yang kurus dan langsing. Hal ini dikarenakan selain untuk kesehatan bentuk tubuh dan berat badan seringkali juga memengaruhi penampilan seseorang. Diet menjadi salah satu cara yang seringkali dilakukan untuk menjaga penampilan. Diet merupakan pengaturan pola makan, baik porsi, maupun kandungan gizinya. Selama diet dilakukan dengan proporsional dan memperhatikan kebutuhan tubuh maka akan membentuk tubuh ideal dan tubuh tetap sehat. Akan tetapi, sebaliknya, jika dilakukan dengan tidak tepat, maka akan berakibat fatal.
Selain menjaga pola makan, olahraga juga diperlukan sebagai menunjang diet untuk mengurangi lemak dalam tubuh. Sama halnya dengan pola makan yang tidak tepat olahraga yang tidak tepat pun akan membahayakan kesehatan. Beberapa kesalahan yang sering ditemukan untuk menurunkan berat badan yaitu dengan latihan sekeras-kerasnya agar banyak mengeluarkan keringat dan membakar energi sebanyak-banyaknya, tetapi hal ini berbahaya karena dapat menyebabkan dehidrasi. Hal ini tidak efektif tetapi malah akan merugikan kesehatan, sebab untuk sementara waktu berat badan akan turun namun setelah makan dan minum berat badan akan naik kembali.
Jenis olahraga yang digunakan sebagai sarana mencegah dan mengurai lemak dalam tubuh memilki ciri-ciri sebagai berikut: gerakannya dinamis yang melibatkan otot-otot besar tubuh, intensitas latihan sedang, dikerjakan secara kontinyu dalam jangka waktu yang cukup lama. Salah satu jenis olahraga yang memilki ciri-ciri tersebut adalah senam aerobik. Senam aerobik merupakan suatu bentuk latihan yang terdiri dari latihan aerobik berirama dengan pelatihan kekuatan dan peregangan yang rutin dalam rangka meningkatkan semua unsur kebugaran (fleksibilitas, kekuatan otot, dan kebugaran cardiovascular). Senam aerobik ini merupakan salah satu bentuk proses kegiatan fisik yang ritmis dilakukan secara terus menerus dengan memadukan beberapa gerakan yang bertujuan untuk menguatkan jantung, peredaran darah, otot dan membakar lemak sehingga tubuh memerlukan oksigen yang lebih banyak dan denyut nadi meningkat.
Dalam pelaksanaan senam aerobik harus berpedoman pada dosis latihan yang disesuaikan dengan tujuan latihan. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda, jika tidak memperhatikan hal tersebut akan berdampak berbahaya pada tubuh. Dosis latihan ini berkaitan dengan intensitas, repetisi, frekuensi dan durasi latihan. Intensitas latihan diartikan sebagai besarnya beban yang harus dilakukan selama latihan dengan indikator denyut jantung tiap menitnya atau disebut dengan heart rate latihan. Senam aerobik untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan penurunan berat badan dapat dilakukan selama 20-60 menit secara kontinyu. Akademi Kedokteran Olahraga Amerika (The American College of Sport Medicine) merekomendasikan agar seseorang ikut serta dalam olahraga senam aerobik minimal 3 kali seminggu selama 20-60 menit. Intensitas olahraga harus didasarkan pada suatu persentase dari kapasitas maksimum individu yang bersangkutan untuk bekerja.
Sedangkan apabila senam aerobik dilakukan 3-5 kali dalam seminggu sebaiknya menggunakan durasi sekitar 20-30 menit setiap kali latihan. Dengan di dahului 3-5 menit pemanasan dan diakhiri 3-5 menit pendinginan. Brick (2001) mengatakan bahwa di dalam tubuh kita senantiasa berlangsung proses biokimia untuk memperoleh energi bagi tiap gerak kerja. Senam aerobik dilakukan pada intensitas rendah sampai sedang sekitar 30 menit atau lebih akan membakar lemak. Sedangkan jika senam aerobik dilakukan dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat atau kurang dari 30 menit akan membakar gula.
Senam aerobik merupakan salah satu bentuk senam kompleks, gerakan yang dilakukan memerlukan koordinasi yang cukup dari bagian-bagian tubuh, baik dari kepala sampai kaki. Senam aerobik sebagai salah satu solusi untuk obesitas hal ini dikarenakan mudah dilakukan, dapat diikuti oleh siapa saja baik dari remaja, dewasa, orang tua, baik laki-laki ataupun perempuan. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup sehat terlihat sudah meningkat belakangan ini. hal ini terbukti dengan banyaknya dibuka tempat layanan kebugaran tubuh. Selain datang ke tempat fitnes center kita juga bisa melakukan senam aerobik di mana pun dan kapanpun dalam artian tidak harus menunggu datang ke tempat yang khusus untuk senam aerobik, tetapi kita juga bisa melakukannya di rumah dengan memanfaatkan media elektronik untuk memandu gerakan kita.
Dengan melakukan senam aerobik maka akan membuat pembakaran lemak berlebih dalam tubuh meningkat, menguatkan daya tahan jantung dan paru-paru, memperbaiki penampilan karena setiap gerakan yang dibuat untuk menguatkan, mengencangkan dan membentuk otot beberapa bagian tubuh tertentu antara lain pinggul, paha, pinggang, perut, dada, punggung, lengan, kaki, dll. Selain lemak, keadaan glukosa dalam tubuh juga akan berbeda dengan sebelumnya. Di mana keadaan tubuh sebelum melakukan aktivitas fisik memiliki glukosa lebih banyak dibandingkan setelah melakukan aktivitas fisik. Dengan adanya penurunan kadar glukosa yang signifikan maka penderita akan berkurang merasa lapar dan akan menurun pula mengonsumsi karbohidrat. Di mana karbohidrat ini menyebabkan penumpukan glukosa dalam tubuh.
*) Penulis adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Keolahragaan, asal Lumajang.