Mobile_AP_Rectangle 1
LAMONGAN, RADARJEMBER.ID- Rumah produksi wingko Mad Pai, warga Tanggul Rejo, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan tersebut memang tidak terlalu luas berukuran 5×8 meter dan tidak seramai dulu. Entah kenapa produksi wingko berbahan kelapa itu menurun, padahal kondisi negeri ini berangsur membaik setelah lebih dari dua tahun dihantam pandemi Covid-19.
Tungku besar di rumah produksi sudah sejak sekitar dua tahun ini tak terpakai. Tungku untuk memproduksi 60 wingko itu menganggur karena pesanan tak ada lagi dalam jumlah besar. Mad Pai terpaksa menggunakan oven untuk produksi 40 wingko, karena harapan untuk menuai untung besar tinggal impian menjelang lebaran .
Mad Pai mengaku kali membuat wingko sejak 1975, para pedagang langganan datang mengambil wingko tersebut untuk dijual lagi. Menurut Mad Pai, pandemi akibat korona sangat terasa. Jika sebelum pandemi mampu memproduksi 200 wingko, maka selama pandemi produksi separohnya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Darmi, pembuat wingko lainnya, juga merasakan dampak dari pandemi. Dulu, dia dibantu 6 orang untuk produksi wingko. Sekarang pembuatan makanan itu dikerjakan sendiri, karena kondisi sepi dan tidak mampu menggaji pegawai sehingga terpaksa berada di dapur tanpa ditemani pegawai.
‘’Ramadan kali ini masih sepi dan lumayan dulu saat berbarengan korona, penjualan masih ada dan setiap hari wingko laku. Namun pas corona tahun ketiga ini malah sepi,”Saat ini Cuma habis 10 biji hingga 15 biji kelapa, padahal dulu bisa habis 100 kelapa untuk membuat wingko,” kata Darmi.(*)
Penulis: Winardyasto
Foto: Ahmad Asif Alafi
Sumber Berita: Radar Lamongan
- Advertisement -
LAMONGAN, RADARJEMBER.ID- Rumah produksi wingko Mad Pai, warga Tanggul Rejo, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan tersebut memang tidak terlalu luas berukuran 5×8 meter dan tidak seramai dulu. Entah kenapa produksi wingko berbahan kelapa itu menurun, padahal kondisi negeri ini berangsur membaik setelah lebih dari dua tahun dihantam pandemi Covid-19.
Tungku besar di rumah produksi sudah sejak sekitar dua tahun ini tak terpakai. Tungku untuk memproduksi 60 wingko itu menganggur karena pesanan tak ada lagi dalam jumlah besar. Mad Pai terpaksa menggunakan oven untuk produksi 40 wingko, karena harapan untuk menuai untung besar tinggal impian menjelang lebaran .
Mad Pai mengaku kali membuat wingko sejak 1975, para pedagang langganan datang mengambil wingko tersebut untuk dijual lagi. Menurut Mad Pai, pandemi akibat korona sangat terasa. Jika sebelum pandemi mampu memproduksi 200 wingko, maka selama pandemi produksi separohnya.
Darmi, pembuat wingko lainnya, juga merasakan dampak dari pandemi. Dulu, dia dibantu 6 orang untuk produksi wingko. Sekarang pembuatan makanan itu dikerjakan sendiri, karena kondisi sepi dan tidak mampu menggaji pegawai sehingga terpaksa berada di dapur tanpa ditemani pegawai.
‘’Ramadan kali ini masih sepi dan lumayan dulu saat berbarengan korona, penjualan masih ada dan setiap hari wingko laku. Namun pas corona tahun ketiga ini malah sepi,”Saat ini Cuma habis 10 biji hingga 15 biji kelapa, padahal dulu bisa habis 100 kelapa untuk membuat wingko,” kata Darmi.(*)
Penulis: Winardyasto
Foto: Ahmad Asif Alafi
Sumber Berita: Radar Lamongan
LAMONGAN, RADARJEMBER.ID- Rumah produksi wingko Mad Pai, warga Tanggul Rejo, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan tersebut memang tidak terlalu luas berukuran 5×8 meter dan tidak seramai dulu. Entah kenapa produksi wingko berbahan kelapa itu menurun, padahal kondisi negeri ini berangsur membaik setelah lebih dari dua tahun dihantam pandemi Covid-19.
Tungku besar di rumah produksi sudah sejak sekitar dua tahun ini tak terpakai. Tungku untuk memproduksi 60 wingko itu menganggur karena pesanan tak ada lagi dalam jumlah besar. Mad Pai terpaksa menggunakan oven untuk produksi 40 wingko, karena harapan untuk menuai untung besar tinggal impian menjelang lebaran .
Mad Pai mengaku kali membuat wingko sejak 1975, para pedagang langganan datang mengambil wingko tersebut untuk dijual lagi. Menurut Mad Pai, pandemi akibat korona sangat terasa. Jika sebelum pandemi mampu memproduksi 200 wingko, maka selama pandemi produksi separohnya.
Darmi, pembuat wingko lainnya, juga merasakan dampak dari pandemi. Dulu, dia dibantu 6 orang untuk produksi wingko. Sekarang pembuatan makanan itu dikerjakan sendiri, karena kondisi sepi dan tidak mampu menggaji pegawai sehingga terpaksa berada di dapur tanpa ditemani pegawai.
‘’Ramadan kali ini masih sepi dan lumayan dulu saat berbarengan korona, penjualan masih ada dan setiap hari wingko laku. Namun pas corona tahun ketiga ini malah sepi,”Saat ini Cuma habis 10 biji hingga 15 biji kelapa, padahal dulu bisa habis 100 kelapa untuk membuat wingko,” kata Darmi.(*)
Penulis: Winardyasto
Foto: Ahmad Asif Alafi
Sumber Berita: Radar Lamongan