Masyarakat antusias melihat Gerhana Matahari Cincin (Sabik Aji Taufan/ JawaPos.com)

JawaPos.com – Gerhanan matahari cincin sudah mulai terlihat di atas langit Ibu Kota Jakarta. Warga ramai berbondong-bondong memadati area Planetarium Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (26/12). Tak kenal umur, pengunjung yang datang mulai dari anak-anak hingga orangtua.

Mereka yang datang bahkan mendapat kacamatan khusus gerhana matahari secara cuma-cuma yang disediakan oleh pihak pengelola. Namun, kacamata itu didapat dengan cara melakukan registrasi online beberapa hari sebelumnya. Total ada 5.800 kaca mata khusus yang dibagikan secara gratis.

Pantauan JawaPos.com di lokasi, pada pukul 11.15 WIB, gerhana matahari belum berbentuk cincin seutuhnya. Baru sebagian kecil bagian matahari yang tertutup oleh bulan.

Masyarakat antusias melihat Gerhana Matahari Cincin. (Sabik Aji Taufan/ JawaPos.com)

Meski begitu, warga yang sudah hadir tampak begitu antusias melihat peristiwa tersebut. Mereka bersorak gembira saat gerhana matahari terlihat.

Kepala Humas Planetarium Eko Wahyu Wibowo mengatakan, pihaknya memang berharap masyarakat banyak yang datang ke area planetarium. Ajakan melalui media sosial pun sudah dilakukan sejak beberapa hari yang lalu.

“Kita buka registrasi pukul 07.30, untuk pengamatan gerhana pukul 10.42 hingga 10.43 WIB,” kata Eko.

Masyarakat antusias melihat Gerhana Matahari Cincin. (Sabik Aji Taufan/ JawaPos.com)

“Kami mengadakan pemgamatan sudah dari pagi, masyarakat juga sudah datang sudah antri untuk pembagian kacamata,” imbuhnya.

Dalam hal ini, Eko pun meminta masyarakat tidak melihat gerhana matahari dengan telanjang mata. Karena bisa merusak fungsi mata.

“Menggunakan kacamata khusus atau teleskop, kalau yang sederhana kita menggunakan benda yang berlobang kecil atau pin hall. seperti saringan, kertas yang dilubangi kecil,” ucapnya.

Masyarakat antusias melihat Gerhana Matahari Cincin. (Sabik Aji Taufan/ JawaPos.com)

Alat bantu lain yang bisa digunakan yakni kacamata filter jenis MD5, atau juga dengan teleskop yang sudah dilengkapi dengan filter dan diproyeksikan ke layar.

“Sangat berbahaya (dengan mata telanjang), jangankan mata kita, kalau kamera dihadapkan langsung ke matahari itu bisa merusak kamera,” pungkas Eko.

Editor : Bintang Pradewo