31.1 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Prasasti Sebut Salatiga Kota Tertua di Jawa

Mobile_AP_Rectangle 1

SOLO, RADARJEMBER.ID- Keberadaan Kota Salatiga di Jawa Tengah  diapit dua kota besar, yakni Semarang dan Solo, kota itu memang tidak seramai kedua kota tersebut. Namun siapa sangka bila Salatiga merupakan kota tertua di Pulau Jawa, hal tersebut seperti tertuang dalam sebuah prasasti tentang kepastian kapan kota tersebut berdiri. 

Dilansir dari Salatiga.go.id, terdapat beberapa sumber dijadikan dasar pengungkapan Salatiga adalah salah satu kota tertua di Indonesia. Dari beberapa sumber tersebut, Prasasti Plumpungan dijadikan dasar informasi terkait hari lahir Kota Salatiga. Dalam prasasti itu tercantum bahwa Kota Salatiga berdiri pada 750 Masehi.

Prasasti Plumpungan  berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dan garis lingkar 5 meter ini berada di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Sejarawan sekaligus Epigraf, Dr.J.G.de Casparis mengembalikan tulisan tersebut secara lengkap dan kemudian disempurnakan oleh Prof. Dr.R. Ng Poerbatjaraka.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dalam prasasti tersebut berisi ketetapan hukum tentang status tanah perdikan atau swatantra bagi suatu daerah,  ketika itu bernama Hampra, kemudian sampai kini bernama Salatiga. Pemberian perdikan tersebut merupakan hal  istimewa pada masa itu oleh seorang raja karena tidak semua daerah dijadikan perdikan.

Perlu diketahui bersama, perdikan adalah suatu daerah kerajaan tertentu dan dibebaskan dari segala kewajiban, seperti membayar pajak atau upeti karena memiliki kekhususan tertentu. Dasar pemberian perdikan itu diberikan kepada kepala daerah atau kepala desa karena dinilai memiliki jasa kepada seorang raja.

Diperkirakan prasasti itu dibuat pada hari Jumat, 24 Juli 750 Masehi dan ditulis oleh Citralekha yang sekarang dikenal dengan sebutan penulis atau pujangga, dibantu pendeta atau resi dan ditulis dalam Bahasa Jawa kuno berbunyi “Srir Astu Swasti Prajabyah”dan memiliki  arti “Semoga bahagia, selamatlah rakyat kalian.”

Sejarawan memperkirakan,  masyarakat Hampra telah berjasa kepada Raja Bhanu dan kala itu merupakan raja besar dan sangat memperhatikan rakyatnya dan memiliki daerah kekuasaan, meliputi Salatiga, Ambarawa, dan Kabupaten Boyolali.Penetapan dalam prasasti tersebut merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah Perdikan

Atas dasar prasasti itulah, ditetapkan berdasarkan Perda No 15 tahun 1995 bahwa hari jadi Kota Salatiga diperingati setiap 24 Juli.Bahkan Salatiga menempati urutan kedua dari 10 kota tertua di Indonesia. Posisi pertama adalah Palembang, kemudian posisi ketiga ada pada Kediri, kemudian Magelang, Banda Aceh, Surabaya, Baubau, Ambon, Tegal dan Padang.(*)

 

Editor: Winardyasto

Foto:Wikipedia

Sumber Berita: Solo Pos

- Advertisement -

SOLO, RADARJEMBER.ID- Keberadaan Kota Salatiga di Jawa Tengah  diapit dua kota besar, yakni Semarang dan Solo, kota itu memang tidak seramai kedua kota tersebut. Namun siapa sangka bila Salatiga merupakan kota tertua di Pulau Jawa, hal tersebut seperti tertuang dalam sebuah prasasti tentang kepastian kapan kota tersebut berdiri. 

Dilansir dari Salatiga.go.id, terdapat beberapa sumber dijadikan dasar pengungkapan Salatiga adalah salah satu kota tertua di Indonesia. Dari beberapa sumber tersebut, Prasasti Plumpungan dijadikan dasar informasi terkait hari lahir Kota Salatiga. Dalam prasasti itu tercantum bahwa Kota Salatiga berdiri pada 750 Masehi.

Prasasti Plumpungan  berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dan garis lingkar 5 meter ini berada di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Sejarawan sekaligus Epigraf, Dr.J.G.de Casparis mengembalikan tulisan tersebut secara lengkap dan kemudian disempurnakan oleh Prof. Dr.R. Ng Poerbatjaraka.

Dalam prasasti tersebut berisi ketetapan hukum tentang status tanah perdikan atau swatantra bagi suatu daerah,  ketika itu bernama Hampra, kemudian sampai kini bernama Salatiga. Pemberian perdikan tersebut merupakan hal  istimewa pada masa itu oleh seorang raja karena tidak semua daerah dijadikan perdikan.

Perlu diketahui bersama, perdikan adalah suatu daerah kerajaan tertentu dan dibebaskan dari segala kewajiban, seperti membayar pajak atau upeti karena memiliki kekhususan tertentu. Dasar pemberian perdikan itu diberikan kepada kepala daerah atau kepala desa karena dinilai memiliki jasa kepada seorang raja.

Diperkirakan prasasti itu dibuat pada hari Jumat, 24 Juli 750 Masehi dan ditulis oleh Citralekha yang sekarang dikenal dengan sebutan penulis atau pujangga, dibantu pendeta atau resi dan ditulis dalam Bahasa Jawa kuno berbunyi “Srir Astu Swasti Prajabyah”dan memiliki  arti “Semoga bahagia, selamatlah rakyat kalian.”

Sejarawan memperkirakan,  masyarakat Hampra telah berjasa kepada Raja Bhanu dan kala itu merupakan raja besar dan sangat memperhatikan rakyatnya dan memiliki daerah kekuasaan, meliputi Salatiga, Ambarawa, dan Kabupaten Boyolali.Penetapan dalam prasasti tersebut merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah Perdikan

Atas dasar prasasti itulah, ditetapkan berdasarkan Perda No 15 tahun 1995 bahwa hari jadi Kota Salatiga diperingati setiap 24 Juli.Bahkan Salatiga menempati urutan kedua dari 10 kota tertua di Indonesia. Posisi pertama adalah Palembang, kemudian posisi ketiga ada pada Kediri, kemudian Magelang, Banda Aceh, Surabaya, Baubau, Ambon, Tegal dan Padang.(*)

 

Editor: Winardyasto

Foto:Wikipedia

Sumber Berita: Solo Pos

SOLO, RADARJEMBER.ID- Keberadaan Kota Salatiga di Jawa Tengah  diapit dua kota besar, yakni Semarang dan Solo, kota itu memang tidak seramai kedua kota tersebut. Namun siapa sangka bila Salatiga merupakan kota tertua di Pulau Jawa, hal tersebut seperti tertuang dalam sebuah prasasti tentang kepastian kapan kota tersebut berdiri. 

Dilansir dari Salatiga.go.id, terdapat beberapa sumber dijadikan dasar pengungkapan Salatiga adalah salah satu kota tertua di Indonesia. Dari beberapa sumber tersebut, Prasasti Plumpungan dijadikan dasar informasi terkait hari lahir Kota Salatiga. Dalam prasasti itu tercantum bahwa Kota Salatiga berdiri pada 750 Masehi.

Prasasti Plumpungan  berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dan garis lingkar 5 meter ini berada di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Sejarawan sekaligus Epigraf, Dr.J.G.de Casparis mengembalikan tulisan tersebut secara lengkap dan kemudian disempurnakan oleh Prof. Dr.R. Ng Poerbatjaraka.

Dalam prasasti tersebut berisi ketetapan hukum tentang status tanah perdikan atau swatantra bagi suatu daerah,  ketika itu bernama Hampra, kemudian sampai kini bernama Salatiga. Pemberian perdikan tersebut merupakan hal  istimewa pada masa itu oleh seorang raja karena tidak semua daerah dijadikan perdikan.

Perlu diketahui bersama, perdikan adalah suatu daerah kerajaan tertentu dan dibebaskan dari segala kewajiban, seperti membayar pajak atau upeti karena memiliki kekhususan tertentu. Dasar pemberian perdikan itu diberikan kepada kepala daerah atau kepala desa karena dinilai memiliki jasa kepada seorang raja.

Diperkirakan prasasti itu dibuat pada hari Jumat, 24 Juli 750 Masehi dan ditulis oleh Citralekha yang sekarang dikenal dengan sebutan penulis atau pujangga, dibantu pendeta atau resi dan ditulis dalam Bahasa Jawa kuno berbunyi “Srir Astu Swasti Prajabyah”dan memiliki  arti “Semoga bahagia, selamatlah rakyat kalian.”

Sejarawan memperkirakan,  masyarakat Hampra telah berjasa kepada Raja Bhanu dan kala itu merupakan raja besar dan sangat memperhatikan rakyatnya dan memiliki daerah kekuasaan, meliputi Salatiga, Ambarawa, dan Kabupaten Boyolali.Penetapan dalam prasasti tersebut merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah Perdikan

Atas dasar prasasti itulah, ditetapkan berdasarkan Perda No 15 tahun 1995 bahwa hari jadi Kota Salatiga diperingati setiap 24 Juli.Bahkan Salatiga menempati urutan kedua dari 10 kota tertua di Indonesia. Posisi pertama adalah Palembang, kemudian posisi ketiga ada pada Kediri, kemudian Magelang, Banda Aceh, Surabaya, Baubau, Ambon, Tegal dan Padang.(*)

 

Editor: Winardyasto

Foto:Wikipedia

Sumber Berita: Solo Pos

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca