JOGJA, RADARJEMBER.ID- Mencuci keris tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang dan butuh keahlian khusus dan ketelatenan untuk merawat senjata tajam khas Jawa tersebut. Kukuh Purwo Abdi Laksono menekuni profesi itu mulai tahun 2013 lalu, saat itu ia masih kuliah di Kota Gudeg Jogjakarta hingga sekarang.
Mencuci keris bukan bisa sendirinya, namun harus berguru terlebih dahulu itu dan bukan orang sembarangan. Mbah Darmo nama guru yang mengajari Kukuh mencuci keris, Mbah Darmo seorang abdi dalem keraton dan pernah diutus merawat keris ke salah satu museum di Belanda sehingga ia memiliki pengalaman dalam hal mencuci keris.
‘’Pertama aku ini minta tolong ke Mbah Darmo mencuci dua keris milikku, entah kenapa malah beliau itu mengajariku bagaimana cara mencuci benda itu mulai awal hingga akhir, memang mencuci keris butuh perlakuan khusus agar awet dan tidak berkarat. Jika dirawat baik- baik, sebilah keris berkualitas baik sanggup bertahan hingga ratusan tahun,” jelas Kukuh.
Setelah mampu mencuci keris sendiri, akhirnya Kukuh kebanjiran order karena teman dia suka menitipkan keris untuk dicucikan. Barulah di tahun 2017 lalu Kukuh kemudian membuka jasa pencucian keris sendiri, sebelum mencuci keris, Kukuh membiasakan untuk mandi besar menggunakan air bunga.
Hal tersebut memiliki filosofi tersendiri, sebelum membersihkan hal lain bersihkanlah diri sendiri.Tahap awal disebut mutihan, dimana keris direndam dengan air kelapa tua untuk melepaskan karat.
Kemudian dibersihkan menggunakan air perasan jeruk nipis yang dicampur sabun cuci sampai bersih. ‘’Mutihan biasanya dilakukan malam hari, agar ketika dibersihkan menggunakan air perasan jeruk nipis tidak langsung kering,’’ ujarnya sembari membersihkan delapan keris milik orang lain.
Setelah keris bersih dan kering, masuk tahap warangi menggunakan air arsenik atau biasa disebut warangan.Tahap ini dilakukan untuk memperlihatkan pamor atau corak dan barulah setelah itu dilumuri minyak khusus supaya awet dan wangi Setelah membersihkan keris, tugas Kukuh belum selesai.
Warangka (wadah) keris juga menjadi bagian yang perlu dibersihkan. Jika warangka bersih, keris yang disarungkan di dalamnya bakal lebih terawat.Mencuci keris itu tidak selalu pada malam satu Suro. Menurut pria tersebut, hari biasa juga bisa bisa dimanfaatkan untuk pencucian keris, semua itu tergantung niat dalam diri seseorang.
Pelanggan Kukuh sebagian besar dari Ponorogo, Nganjuk, Solo, Klaten, dan Jogjakarta. Kukuh memiliki beberapa pengalaman unik ketika mencuci keris. Seperti bisa merasakan sejarah keris atau mendapatkan ilmu baru soal kehidupan. Pernah pula dia menggarap keris yang hanya bersedia dicuci ketika hari tertentu atau sedang tidak ada orang.
Kukuh mengoleksi ratusan keris yang disimpan rapi di lemari. Jumlahnya kini terbilang berkurang dibandingkan 2017 silam ketika ia masih memiliki 400 keris. Dia paling suka keris berjenis tilam putih, brojol, kebo lajer, dan jalak. Empat tipe keris ini cukup difavoritkan oleh Kukuh, selain bagus, juga mempunyai nilai sejarah cukup panjang,’’ pungkas Kukuh. (*)
Penulis:Winardyasto
Foto:Aji Putra/Jawa Pos Radar Ponorogo
Sumber Berita:Radar Madiun