22.5 C
Jember
Saturday, 3 June 2023

Angkat Nama Desa Berkat Buah Rambutan

Mobile_AP_Rectangle 1

BOJONEGORO, RADARJEMBER.ID- Di bagian barat daya Kabupaten Bojonegoro memiliki sumber daya luar biasa, yakni di Kecamatan Kedewan. Selain terkenal dengan Ecopark Wonocolo, ternyata salah satu desa di Kedewan memiliki hasil perkebunan berbeda ketimbang desa lain.

Di Desa Beji, Kecamatan Kedewan, terdapat kebun rambutan dan telah ada sejak 25 tahun lalu. Desa berjarak 45 kilometer dari pusat Kota Bojonegoro itu, bisa ditempuh dengan 1 jam 45 menit perjalanan.

Untuk mencapai Desa Beji terdapat tiga rute bisa dilalui. Namun rute tercepat melalui Kecamatan Malo. Dengan sepanjang jalan melewati beberapa hutan masih asri. Jalan tampak teduh karena beragam pepohonan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Sampai di Desa Beji akan disambut tugu ikon desa. Sepanjang jalan poros desa terdapat pohon kelengkeng mulai berbuah di kanan kiri. Untuk mencapai kebun rambutan, jalannya sedikit menanjak.

Terdapat banyak warga memiliki pohon rambutan. Namun, pemilik pertama pohon sekaligus kebun rambutan terbesar adalah Sukat. Rumah dan kebunnya terletak di Dusun Dilem, Desa Beji.

Sukat memiliki pohon rambutan sejak 25 tahun lalu. Membeli bibit ketika bekerja di Semarang sebagai kuli bangunan. Setiap pulang ke Desa Beji selalu membawa bibit yang dulu berharga Rp 2.000, saat itu ia bekerja di proyek.

Pria tersebut pernah bekerja di Semarang selama 19 tahun itu memiliki sekitar 30 pohon rambutan. Dengan luas lahan 800 meter persegi. Di kebunnya terdapat tiga jenis rambutan. Yaitu rapiah, lebak bulus, dan binjai. Untuk rambutan binjai merupakan bantuan dari pemerintah.
Semula Sukat mencoba menanam pohon di kebunnya. Ternyata hidup meskipun tidak dirawat secara khusus. Bibit ditanam dan hanya dibiarkan begitu saja, hanya pernah beberapa kali diberi pupuk kandang.

Pria berumur 65 itu mengatakan untuk merawat kebunnya tidak memiliki cara khusus. Pohon rambutan hanya dibiarkan begitu saja. Namun pohon rambutan sudah tinggi perlu dipotong rantingnya karena akan bertumpuk dengan pohon lainnya, sehingga butuh peremajaan.

Sukat menjelaskan rambutannya panen raya pada Agustus. Namun terkadang bisa berubah-ubah. Sekali panen bisa mencapai 10 kuintal. Panen juga tergantung curah hujan.Terlalu banyak hujan panen tidak maksimal, kurang hujan juga tidak maksimal.Rambutan rafia menjadi jenis rambutan paling favorit dan terbaik, serta sangat digemari oleh warga kota Bojonegoro.

Meskipun buah lebih rambutan itu lebih kecil dari jenis rambutan lain, namun rasanya paling manis. Sehingga dia menjualnya dengan Rp 10 ribu per keresek. Rambutan hanya dijual di sekitar Desa Beji dan dibawa ke pasar.(*)

Penulis: Winardyasto
Fotografer: Radar Bojonegoro
Sumber Berita: Radar Bojonegoro

- Advertisement -

BOJONEGORO, RADARJEMBER.ID- Di bagian barat daya Kabupaten Bojonegoro memiliki sumber daya luar biasa, yakni di Kecamatan Kedewan. Selain terkenal dengan Ecopark Wonocolo, ternyata salah satu desa di Kedewan memiliki hasil perkebunan berbeda ketimbang desa lain.

Di Desa Beji, Kecamatan Kedewan, terdapat kebun rambutan dan telah ada sejak 25 tahun lalu. Desa berjarak 45 kilometer dari pusat Kota Bojonegoro itu, bisa ditempuh dengan 1 jam 45 menit perjalanan.

Untuk mencapai Desa Beji terdapat tiga rute bisa dilalui. Namun rute tercepat melalui Kecamatan Malo. Dengan sepanjang jalan melewati beberapa hutan masih asri. Jalan tampak teduh karena beragam pepohonan.

Sampai di Desa Beji akan disambut tugu ikon desa. Sepanjang jalan poros desa terdapat pohon kelengkeng mulai berbuah di kanan kiri. Untuk mencapai kebun rambutan, jalannya sedikit menanjak.

Terdapat banyak warga memiliki pohon rambutan. Namun, pemilik pertama pohon sekaligus kebun rambutan terbesar adalah Sukat. Rumah dan kebunnya terletak di Dusun Dilem, Desa Beji.

Sukat memiliki pohon rambutan sejak 25 tahun lalu. Membeli bibit ketika bekerja di Semarang sebagai kuli bangunan. Setiap pulang ke Desa Beji selalu membawa bibit yang dulu berharga Rp 2.000, saat itu ia bekerja di proyek.

Pria tersebut pernah bekerja di Semarang selama 19 tahun itu memiliki sekitar 30 pohon rambutan. Dengan luas lahan 800 meter persegi. Di kebunnya terdapat tiga jenis rambutan. Yaitu rapiah, lebak bulus, dan binjai. Untuk rambutan binjai merupakan bantuan dari pemerintah.
Semula Sukat mencoba menanam pohon di kebunnya. Ternyata hidup meskipun tidak dirawat secara khusus. Bibit ditanam dan hanya dibiarkan begitu saja, hanya pernah beberapa kali diberi pupuk kandang.

Pria berumur 65 itu mengatakan untuk merawat kebunnya tidak memiliki cara khusus. Pohon rambutan hanya dibiarkan begitu saja. Namun pohon rambutan sudah tinggi perlu dipotong rantingnya karena akan bertumpuk dengan pohon lainnya, sehingga butuh peremajaan.

Sukat menjelaskan rambutannya panen raya pada Agustus. Namun terkadang bisa berubah-ubah. Sekali panen bisa mencapai 10 kuintal. Panen juga tergantung curah hujan.Terlalu banyak hujan panen tidak maksimal, kurang hujan juga tidak maksimal.Rambutan rafia menjadi jenis rambutan paling favorit dan terbaik, serta sangat digemari oleh warga kota Bojonegoro.

Meskipun buah lebih rambutan itu lebih kecil dari jenis rambutan lain, namun rasanya paling manis. Sehingga dia menjualnya dengan Rp 10 ribu per keresek. Rambutan hanya dijual di sekitar Desa Beji dan dibawa ke pasar.(*)

Penulis: Winardyasto
Fotografer: Radar Bojonegoro
Sumber Berita: Radar Bojonegoro

BOJONEGORO, RADARJEMBER.ID- Di bagian barat daya Kabupaten Bojonegoro memiliki sumber daya luar biasa, yakni di Kecamatan Kedewan. Selain terkenal dengan Ecopark Wonocolo, ternyata salah satu desa di Kedewan memiliki hasil perkebunan berbeda ketimbang desa lain.

Di Desa Beji, Kecamatan Kedewan, terdapat kebun rambutan dan telah ada sejak 25 tahun lalu. Desa berjarak 45 kilometer dari pusat Kota Bojonegoro itu, bisa ditempuh dengan 1 jam 45 menit perjalanan.

Untuk mencapai Desa Beji terdapat tiga rute bisa dilalui. Namun rute tercepat melalui Kecamatan Malo. Dengan sepanjang jalan melewati beberapa hutan masih asri. Jalan tampak teduh karena beragam pepohonan.

Sampai di Desa Beji akan disambut tugu ikon desa. Sepanjang jalan poros desa terdapat pohon kelengkeng mulai berbuah di kanan kiri. Untuk mencapai kebun rambutan, jalannya sedikit menanjak.

Terdapat banyak warga memiliki pohon rambutan. Namun, pemilik pertama pohon sekaligus kebun rambutan terbesar adalah Sukat. Rumah dan kebunnya terletak di Dusun Dilem, Desa Beji.

Sukat memiliki pohon rambutan sejak 25 tahun lalu. Membeli bibit ketika bekerja di Semarang sebagai kuli bangunan. Setiap pulang ke Desa Beji selalu membawa bibit yang dulu berharga Rp 2.000, saat itu ia bekerja di proyek.

Pria tersebut pernah bekerja di Semarang selama 19 tahun itu memiliki sekitar 30 pohon rambutan. Dengan luas lahan 800 meter persegi. Di kebunnya terdapat tiga jenis rambutan. Yaitu rapiah, lebak bulus, dan binjai. Untuk rambutan binjai merupakan bantuan dari pemerintah.
Semula Sukat mencoba menanam pohon di kebunnya. Ternyata hidup meskipun tidak dirawat secara khusus. Bibit ditanam dan hanya dibiarkan begitu saja, hanya pernah beberapa kali diberi pupuk kandang.

Pria berumur 65 itu mengatakan untuk merawat kebunnya tidak memiliki cara khusus. Pohon rambutan hanya dibiarkan begitu saja. Namun pohon rambutan sudah tinggi perlu dipotong rantingnya karena akan bertumpuk dengan pohon lainnya, sehingga butuh peremajaan.

Sukat menjelaskan rambutannya panen raya pada Agustus. Namun terkadang bisa berubah-ubah. Sekali panen bisa mencapai 10 kuintal. Panen juga tergantung curah hujan.Terlalu banyak hujan panen tidak maksimal, kurang hujan juga tidak maksimal.Rambutan rafia menjadi jenis rambutan paling favorit dan terbaik, serta sangat digemari oleh warga kota Bojonegoro.

Meskipun buah lebih rambutan itu lebih kecil dari jenis rambutan lain, namun rasanya paling manis. Sehingga dia menjualnya dengan Rp 10 ribu per keresek. Rambutan hanya dijual di sekitar Desa Beji dan dibawa ke pasar.(*)

Penulis: Winardyasto
Fotografer: Radar Bojonegoro
Sumber Berita: Radar Bojonegoro

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca