27.8 C
Jember
Friday, 31 March 2023

Sempat Ngetren Kini Terancam Punah

Mobile_AP_Rectangle 1

JOGJAKARTA, RADARJEMBER.ID- Sandal teklek sering pula disebut bakiak itu di era teknologi canggih ini kurang dikenal di kalangan anak muda, meski di era tahun 1970 lalu sandal jadul tersebut pernah ngetren dan digemari bahkan saat itu sandal kayu itu bagian dari mode busana. Sandal ini memang tergolong unik, untuk tempat kaki sengaja diberi tali dari ban bekas dan jika kurang berhati-hati bisa jauh saat memakai sandal itu.

Hafis Zuhri, warga Baleharjo, Kapanewon, Wonosari, Jogjakarta, mengaku sulit mendapatkan sandal antik itu. Namun di rumah lelaki tersebut terdapat teklek namun bukan dibeli di toko atau di pasar tradisional, melainkan sandal itu diperoleh dari keluarga besar secara turun-temurun. Dari pengamatan Zuhri terhadap sandal teklek sandal itu terkesan lucu, karena saat sedang digunakan mengeluarkan suara teklek-teklek.

“Suara khas dari itu kemudian dijadikan untuk nama sandal tersebut, nama itu kemudian membawa hoki lantaran suara tersebut sandal ini begitu populer. Ia sendiri tidak mengenal sandal ini, termasuk mereka generasi kelahiran tahun 1997-2012. Ketika melihat sandal itu merasa aneh dan terheran, bahkan sandal ini mulai punah dan terpinggirkan  karena tidak lagi dilirik orang  meski harga teklek itu terlampau menguras isi dompet.

Mobile_AP_Rectangle 2

Namun demikian, Zuhri pernah melihat sandal tersebut di masjid. Kerapkali jemaah masjid menggunakan sandal ini untuk wudhu, karena sandal tersebut terbuat dari kayu tentu cukup kuat. Zuhri pun penasaran sekali untuk mencoba teklek itu, ia merasa aneh saat digunakan bagian ujung jari kaki terasa sempit harus mengikuti arah tali atau lingkaran ban bekas pada sandal tersebut. Ia mengira sandal itu kekecilan, namun setelan teklek lain ia pakai sama seperti itu.

Kurniawan, beralamatkan di Kapanewon Semin, mengutarakan, ia sendiri kurang begitu paham perihal sandal teklek atau bakiak. Mengingat Kurniawan masuk ke dalam kelompok demografi generasi milenial, jadi wajar bila tidak memiliki pengetahuan terkait keberadaan sandal teklek tersebut. Namun lelaki  ini memiliki pengalaman menarik ketika memakai teklek,  pengalaman itu sekarang masih membekas dalam dirinya.  

Sementara itu, Kurniawan, warga perbatasan Kapanewon Semin mengaku tidak mengenal jauh tentang sandal teklek atau bakiak. Tapi, lelaki yang masuk ke dalam kelompok demografi generasi milenial ini punya pengalaman menarik memakai bakiak. Ia sempat tergelincir dan jatuh di tanah becek gara-gara lari, karena pesan orangtua tidak dipatuhi bila memakai sandal teklek tidak boleh dibuat mainan.

“Waktu itu aku masih kanak-kanak lagi memakai teklek dan kebetulan hujan gerimis, kemudian sandal itu aku pakai berlari namun aku jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan tubuh. Bajuku kotor kena lumpur dan kakiku terkilir karena sudah diwanti-wanti bapak agar tidak sembrono mengenakan sandal itu, tapi saran itu tidak aku gubris dan baru sadar bahwa nasehat bapak itu benar.”ungkap Kurniawan.(*)

 

Penulis:Winardyasto
Foto: Guntur Aga Tirtana
Berita :Radar Jogja

 

- Advertisement -

JOGJAKARTA, RADARJEMBER.ID- Sandal teklek sering pula disebut bakiak itu di era teknologi canggih ini kurang dikenal di kalangan anak muda, meski di era tahun 1970 lalu sandal jadul tersebut pernah ngetren dan digemari bahkan saat itu sandal kayu itu bagian dari mode busana. Sandal ini memang tergolong unik, untuk tempat kaki sengaja diberi tali dari ban bekas dan jika kurang berhati-hati bisa jauh saat memakai sandal itu.

Hafis Zuhri, warga Baleharjo, Kapanewon, Wonosari, Jogjakarta, mengaku sulit mendapatkan sandal antik itu. Namun di rumah lelaki tersebut terdapat teklek namun bukan dibeli di toko atau di pasar tradisional, melainkan sandal itu diperoleh dari keluarga besar secara turun-temurun. Dari pengamatan Zuhri terhadap sandal teklek sandal itu terkesan lucu, karena saat sedang digunakan mengeluarkan suara teklek-teklek.

“Suara khas dari itu kemudian dijadikan untuk nama sandal tersebut, nama itu kemudian membawa hoki lantaran suara tersebut sandal ini begitu populer. Ia sendiri tidak mengenal sandal ini, termasuk mereka generasi kelahiran tahun 1997-2012. Ketika melihat sandal itu merasa aneh dan terheran, bahkan sandal ini mulai punah dan terpinggirkan  karena tidak lagi dilirik orang  meski harga teklek itu terlampau menguras isi dompet.

Namun demikian, Zuhri pernah melihat sandal tersebut di masjid. Kerapkali jemaah masjid menggunakan sandal ini untuk wudhu, karena sandal tersebut terbuat dari kayu tentu cukup kuat. Zuhri pun penasaran sekali untuk mencoba teklek itu, ia merasa aneh saat digunakan bagian ujung jari kaki terasa sempit harus mengikuti arah tali atau lingkaran ban bekas pada sandal tersebut. Ia mengira sandal itu kekecilan, namun setelan teklek lain ia pakai sama seperti itu.

Kurniawan, beralamatkan di Kapanewon Semin, mengutarakan, ia sendiri kurang begitu paham perihal sandal teklek atau bakiak. Mengingat Kurniawan masuk ke dalam kelompok demografi generasi milenial, jadi wajar bila tidak memiliki pengetahuan terkait keberadaan sandal teklek tersebut. Namun lelaki  ini memiliki pengalaman menarik ketika memakai teklek,  pengalaman itu sekarang masih membekas dalam dirinya.  

Sementara itu, Kurniawan, warga perbatasan Kapanewon Semin mengaku tidak mengenal jauh tentang sandal teklek atau bakiak. Tapi, lelaki yang masuk ke dalam kelompok demografi generasi milenial ini punya pengalaman menarik memakai bakiak. Ia sempat tergelincir dan jatuh di tanah becek gara-gara lari, karena pesan orangtua tidak dipatuhi bila memakai sandal teklek tidak boleh dibuat mainan.

“Waktu itu aku masih kanak-kanak lagi memakai teklek dan kebetulan hujan gerimis, kemudian sandal itu aku pakai berlari namun aku jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan tubuh. Bajuku kotor kena lumpur dan kakiku terkilir karena sudah diwanti-wanti bapak agar tidak sembrono mengenakan sandal itu, tapi saran itu tidak aku gubris dan baru sadar bahwa nasehat bapak itu benar.”ungkap Kurniawan.(*)

 

Penulis:Winardyasto
Foto: Guntur Aga Tirtana
Berita :Radar Jogja

 

JOGJAKARTA, RADARJEMBER.ID- Sandal teklek sering pula disebut bakiak itu di era teknologi canggih ini kurang dikenal di kalangan anak muda, meski di era tahun 1970 lalu sandal jadul tersebut pernah ngetren dan digemari bahkan saat itu sandal kayu itu bagian dari mode busana. Sandal ini memang tergolong unik, untuk tempat kaki sengaja diberi tali dari ban bekas dan jika kurang berhati-hati bisa jauh saat memakai sandal itu.

Hafis Zuhri, warga Baleharjo, Kapanewon, Wonosari, Jogjakarta, mengaku sulit mendapatkan sandal antik itu. Namun di rumah lelaki tersebut terdapat teklek namun bukan dibeli di toko atau di pasar tradisional, melainkan sandal itu diperoleh dari keluarga besar secara turun-temurun. Dari pengamatan Zuhri terhadap sandal teklek sandal itu terkesan lucu, karena saat sedang digunakan mengeluarkan suara teklek-teklek.

“Suara khas dari itu kemudian dijadikan untuk nama sandal tersebut, nama itu kemudian membawa hoki lantaran suara tersebut sandal ini begitu populer. Ia sendiri tidak mengenal sandal ini, termasuk mereka generasi kelahiran tahun 1997-2012. Ketika melihat sandal itu merasa aneh dan terheran, bahkan sandal ini mulai punah dan terpinggirkan  karena tidak lagi dilirik orang  meski harga teklek itu terlampau menguras isi dompet.

Namun demikian, Zuhri pernah melihat sandal tersebut di masjid. Kerapkali jemaah masjid menggunakan sandal ini untuk wudhu, karena sandal tersebut terbuat dari kayu tentu cukup kuat. Zuhri pun penasaran sekali untuk mencoba teklek itu, ia merasa aneh saat digunakan bagian ujung jari kaki terasa sempit harus mengikuti arah tali atau lingkaran ban bekas pada sandal tersebut. Ia mengira sandal itu kekecilan, namun setelan teklek lain ia pakai sama seperti itu.

Kurniawan, beralamatkan di Kapanewon Semin, mengutarakan, ia sendiri kurang begitu paham perihal sandal teklek atau bakiak. Mengingat Kurniawan masuk ke dalam kelompok demografi generasi milenial, jadi wajar bila tidak memiliki pengetahuan terkait keberadaan sandal teklek tersebut. Namun lelaki  ini memiliki pengalaman menarik ketika memakai teklek,  pengalaman itu sekarang masih membekas dalam dirinya.  

Sementara itu, Kurniawan, warga perbatasan Kapanewon Semin mengaku tidak mengenal jauh tentang sandal teklek atau bakiak. Tapi, lelaki yang masuk ke dalam kelompok demografi generasi milenial ini punya pengalaman menarik memakai bakiak. Ia sempat tergelincir dan jatuh di tanah becek gara-gara lari, karena pesan orangtua tidak dipatuhi bila memakai sandal teklek tidak boleh dibuat mainan.

“Waktu itu aku masih kanak-kanak lagi memakai teklek dan kebetulan hujan gerimis, kemudian sandal itu aku pakai berlari namun aku jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan tubuh. Bajuku kotor kena lumpur dan kakiku terkilir karena sudah diwanti-wanti bapak agar tidak sembrono mengenakan sandal itu, tapi saran itu tidak aku gubris dan baru sadar bahwa nasehat bapak itu benar.”ungkap Kurniawan.(*)

 

Penulis:Winardyasto
Foto: Guntur Aga Tirtana
Berita :Radar Jogja

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca