Mobile_AP_Rectangle 1
BANYUMAS, RADARJEMBER.ID- Kunjungan ke Kampung Nopia Desa Pekunden, Kecamatan/Kabupaten Banyumas di masa libur lebaran meningkat. Pengunjung membeli nopia untuk oleh-oleh dan mereka membeli panganan tersebut tidak sedikit, justru makanan asal Banyumas tersebut lebih digemari oleh wisatawan dari Jawa Barat .
Agus Silo, Ketua RT 3 RW 4, peningkatan penjualan nopia mencapai sekitar 50 persen dari hari normal. Guna mengantisipasi kehabisan barang maka memperbanyak stok. Selain enak dan berasa manis, harga kue tradisional tersebut tidaklah mahal dan wajar bila diboirong oleh pelancong.
“Stok tambah dua kali lipat dari hari biasanya. Etalase sampai tidak muat kalau dipajang semua. Hal ini berbeda saat pandemi berkecamuk hebat di dua tahun terakhir ini, sepi dan omzet penjualan nopia turun drastis. Apalagi saat itu orang dilarang mudik, jadi produsen nopia terpaksa gigit jari,” ujar Agus.
Mobile_AP_Rectangle 2
Konsumen adalah warga lokal untuk oleh-oleh saudara dan kebetulan mudik. Juga, banyak pemudik yang langsung datang membeli ke Kampung Nopia. Pemudik mayoritas berasal dari Jawa Barat. Yuni Kusmayanti, pemudik dari Bandung, menuturkan nopia merupakan oleh-oleh yang selalu ditunggu oleh kerabat dan teman.
Cita rasa yang khas dari nopia disukai. Terlebih, membeli langsung di Kampung Nopia. Jaminan produk masih baru. Sekaligus dapat melihat proses perajin membuat nopia. Suka ditanya setelah mudik, oleh-oleh nopianya mana?, jadi sejak dulu kalau mudik pasti beli nopia. Ternyata, sekarang nopia lebih banyak varian rasanya,” ujar Yuni.(*)
Penulis: Winardyasto
Fotografi:Fijri/RADARMAS
Sumber Berita: Radar Banyumas
- Advertisement -
BANYUMAS, RADARJEMBER.ID- Kunjungan ke Kampung Nopia Desa Pekunden, Kecamatan/Kabupaten Banyumas di masa libur lebaran meningkat. Pengunjung membeli nopia untuk oleh-oleh dan mereka membeli panganan tersebut tidak sedikit, justru makanan asal Banyumas tersebut lebih digemari oleh wisatawan dari Jawa Barat .
Agus Silo, Ketua RT 3 RW 4, peningkatan penjualan nopia mencapai sekitar 50 persen dari hari normal. Guna mengantisipasi kehabisan barang maka memperbanyak stok. Selain enak dan berasa manis, harga kue tradisional tersebut tidaklah mahal dan wajar bila diboirong oleh pelancong.
“Stok tambah dua kali lipat dari hari biasanya. Etalase sampai tidak muat kalau dipajang semua. Hal ini berbeda saat pandemi berkecamuk hebat di dua tahun terakhir ini, sepi dan omzet penjualan nopia turun drastis. Apalagi saat itu orang dilarang mudik, jadi produsen nopia terpaksa gigit jari,” ujar Agus.
Konsumen adalah warga lokal untuk oleh-oleh saudara dan kebetulan mudik. Juga, banyak pemudik yang langsung datang membeli ke Kampung Nopia. Pemudik mayoritas berasal dari Jawa Barat. Yuni Kusmayanti, pemudik dari Bandung, menuturkan nopia merupakan oleh-oleh yang selalu ditunggu oleh kerabat dan teman.
Cita rasa yang khas dari nopia disukai. Terlebih, membeli langsung di Kampung Nopia. Jaminan produk masih baru. Sekaligus dapat melihat proses perajin membuat nopia. Suka ditanya setelah mudik, oleh-oleh nopianya mana?, jadi sejak dulu kalau mudik pasti beli nopia. Ternyata, sekarang nopia lebih banyak varian rasanya,” ujar Yuni.(*)
Penulis: Winardyasto
Fotografi:Fijri/RADARMAS
Sumber Berita: Radar Banyumas
BANYUMAS, RADARJEMBER.ID- Kunjungan ke Kampung Nopia Desa Pekunden, Kecamatan/Kabupaten Banyumas di masa libur lebaran meningkat. Pengunjung membeli nopia untuk oleh-oleh dan mereka membeli panganan tersebut tidak sedikit, justru makanan asal Banyumas tersebut lebih digemari oleh wisatawan dari Jawa Barat .
Agus Silo, Ketua RT 3 RW 4, peningkatan penjualan nopia mencapai sekitar 50 persen dari hari normal. Guna mengantisipasi kehabisan barang maka memperbanyak stok. Selain enak dan berasa manis, harga kue tradisional tersebut tidaklah mahal dan wajar bila diboirong oleh pelancong.
“Stok tambah dua kali lipat dari hari biasanya. Etalase sampai tidak muat kalau dipajang semua. Hal ini berbeda saat pandemi berkecamuk hebat di dua tahun terakhir ini, sepi dan omzet penjualan nopia turun drastis. Apalagi saat itu orang dilarang mudik, jadi produsen nopia terpaksa gigit jari,” ujar Agus.
Konsumen adalah warga lokal untuk oleh-oleh saudara dan kebetulan mudik. Juga, banyak pemudik yang langsung datang membeli ke Kampung Nopia. Pemudik mayoritas berasal dari Jawa Barat. Yuni Kusmayanti, pemudik dari Bandung, menuturkan nopia merupakan oleh-oleh yang selalu ditunggu oleh kerabat dan teman.
Cita rasa yang khas dari nopia disukai. Terlebih, membeli langsung di Kampung Nopia. Jaminan produk masih baru. Sekaligus dapat melihat proses perajin membuat nopia. Suka ditanya setelah mudik, oleh-oleh nopianya mana?, jadi sejak dulu kalau mudik pasti beli nopia. Ternyata, sekarang nopia lebih banyak varian rasanya,” ujar Yuni.(*)
Penulis: Winardyasto
Fotografi:Fijri/RADARMAS
Sumber Berita: Radar Banyumas