JOMBANG, RADARJEMBER.ID – Masjid Baitul Quddus di Dusun Dero, Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, Jombang memiliki sejarah panjang. Sebelum menjadi masjid seperti sekarang, dulu merupakan musala panggung dari kayu. Dalam perkembangannya, sekitar 1965 dirombak menjadi masjid.
Masjid Baitul Quddus memiliki luas 240 meter persegi, dengan panjang 15 meter dan lebar 16 meter. Masjid memiliki kubah sederhana dan atap model tumpang. Terdapat kentongan, mimbar dan jam dinding tua.
Ruangan jamaah di bagi tiga. Masing-masing sisi kanan dan kiri untuk jamaah putri, sementara ruang utama masjid untuk jamaah putra. ”Sebelum dibangun masjid, dulu berupa langgar panggung sejak 1947,”Jelas Usman Basuni, Ketua Takmir Masjid Baitul Quddus.
Bangunan musala kecil, lanjut Usman, dari bahan kayu dan bambu. ”Dulu bangunannya lebih banyak dari bambu, hanya tiangnya saja dari kayu. Untuk dindingnya dari gedek guling dilapisi sesek.”papar pria tersebut.
Sebelum memiliki Masjid Baitul Quddus, warga Dusun Dero menjalankan salat Jumat dan hari raya di masjid dusun sebelah. ”Kalau salat Jumat dan hari raya jamaahnya keluar dusun, ada ke Surabayan (Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan) ada juga di tetangga dusun,” imbuh dia.
Seiring perkembangan, warga berharap bisa memiliki masjid sendiri. Setelah dilakukan musyawarah, warga sepakat merombak musala panggung menjadi masjid. ”Proses pembangunan sekitar 1965. Kalau tidak salah berjalan sampai enam bulan,” kata lelaki berusia 62 tahun ini.
Masjid kemudian dilakukan perbaikan hingga dua kali. Namun, tak sampai menyentuh bangunan utama. ”Direhab 1994, itu bagian genting dan kubah diganti, bentuk awal kubah dulu seperti bawang merah dari aluminium.”jelas pria tersebut
Di tahun 2004 lalu direhab lagi mencakup penambahan keramik untuk lantai dan dinding.Menurut dia, renovasi hanya menambah ornamen. ”Luasnya dari dulu sampai sekarang masih sama, serambi saja ditambahi 2 meter sehingga lebarnya jadi 4 meter,” tutur Usman.
Meski umur bangunan sudah cukup tua, namun masih sangat kokoh. Terlebih dinding masjid sangat tebal. ”Istilahnya telong prapatan bata utuh ditambah lagi sehingga tebal,” imbuh dia.Selain mempertahankan bangunan lama, sejumlah perlengkapan juga masih disimpan
Di antaranya jam dinding kuno, kentongan, dan mimbar. Kentongan itu sampai sekarang masih dipergunakan. Biasanya dipakai remaja masjid saat masuk Ramadan, untuk patrol atau takbiran. ”Kentongan sama mimbar juga lama.”pungka Usman (*)
Editor:Winardyasto HariKirono
Foto:Istimewa
Sumber Berita:Jawa Pos Radar Jombang