23.4 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Demi Toleransi, Sahur Tanpa Pengeras Suara Masjid

Mobile_AP_Rectangle 1

MALANG, RADARJEMBER.ID- Sikap toleransi beragama terlihat sekali di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, warga sepakat tidak menyuarakan ajakan sahur menggunakan pengeras suara masjid. Ini dikarenakan demi menghormati umat Kristiani, karena disaat menjelang sahur umat Kristiani masih terlelap tidur.

Seperti  dituturkan Sumari, warga setempat, walau tidak ada panggilan suara ajakan sahur dari pengeras suara masjid di desa itu, namun secara lirih ia tetap mendengar ajakan sahur dari desa lain. Suara itu terdengar dari pukul 02.00 WIB hingga pukul 03.15WIB. Namun di Desa Peniwen tidak ada orang membangunkan sahur memakai pengeras suara, demi toleransi beragama.

Pria tersebut bertutur, warga desa tersebut memiliki toleransi tinggi dan memahami arti toleransi itu sendiri, karena itu harus dipatuhi oleh semua warga Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan , Kabupaten Malang. Apalagi di desa itu tidak semua beragama islam, namun ada sebagian beragama Kristen.

Mobile_AP_Rectangle 2

Kendati tidak ada peraturan mengikat terkait persoalan itu, namun umat Islam di desa itu masih menghargai toleransi beragama sehingga bisa hidup berdampingan. M.Kholiq, ustadz di Desa Peniwen mengutarakan, meski di Desa Peniwen terdapat satu masjid dan tanpa pengeras suara ketika waktu sahur, namun umat Islam di desa tersebut tetap bisa bangun untuk makan sahur karena memakai alarm handphone (HP).(*)

 

Penulis Berita: Winardyasto
Foto: Suharto/Radar Malang
Sumber Berita: Radar Malang

 

- Advertisement -

MALANG, RADARJEMBER.ID- Sikap toleransi beragama terlihat sekali di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, warga sepakat tidak menyuarakan ajakan sahur menggunakan pengeras suara masjid. Ini dikarenakan demi menghormati umat Kristiani, karena disaat menjelang sahur umat Kristiani masih terlelap tidur.

Seperti  dituturkan Sumari, warga setempat, walau tidak ada panggilan suara ajakan sahur dari pengeras suara masjid di desa itu, namun secara lirih ia tetap mendengar ajakan sahur dari desa lain. Suara itu terdengar dari pukul 02.00 WIB hingga pukul 03.15WIB. Namun di Desa Peniwen tidak ada orang membangunkan sahur memakai pengeras suara, demi toleransi beragama.

Pria tersebut bertutur, warga desa tersebut memiliki toleransi tinggi dan memahami arti toleransi itu sendiri, karena itu harus dipatuhi oleh semua warga Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan , Kabupaten Malang. Apalagi di desa itu tidak semua beragama islam, namun ada sebagian beragama Kristen.

Kendati tidak ada peraturan mengikat terkait persoalan itu, namun umat Islam di desa itu masih menghargai toleransi beragama sehingga bisa hidup berdampingan. M.Kholiq, ustadz di Desa Peniwen mengutarakan, meski di Desa Peniwen terdapat satu masjid dan tanpa pengeras suara ketika waktu sahur, namun umat Islam di desa tersebut tetap bisa bangun untuk makan sahur karena memakai alarm handphone (HP).(*)

 

Penulis Berita: Winardyasto
Foto: Suharto/Radar Malang
Sumber Berita: Radar Malang

 

MALANG, RADARJEMBER.ID- Sikap toleransi beragama terlihat sekali di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, warga sepakat tidak menyuarakan ajakan sahur menggunakan pengeras suara masjid. Ini dikarenakan demi menghormati umat Kristiani, karena disaat menjelang sahur umat Kristiani masih terlelap tidur.

Seperti  dituturkan Sumari, warga setempat, walau tidak ada panggilan suara ajakan sahur dari pengeras suara masjid di desa itu, namun secara lirih ia tetap mendengar ajakan sahur dari desa lain. Suara itu terdengar dari pukul 02.00 WIB hingga pukul 03.15WIB. Namun di Desa Peniwen tidak ada orang membangunkan sahur memakai pengeras suara, demi toleransi beragama.

Pria tersebut bertutur, warga desa tersebut memiliki toleransi tinggi dan memahami arti toleransi itu sendiri, karena itu harus dipatuhi oleh semua warga Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan , Kabupaten Malang. Apalagi di desa itu tidak semua beragama islam, namun ada sebagian beragama Kristen.

Kendati tidak ada peraturan mengikat terkait persoalan itu, namun umat Islam di desa itu masih menghargai toleransi beragama sehingga bisa hidup berdampingan. M.Kholiq, ustadz di Desa Peniwen mengutarakan, meski di Desa Peniwen terdapat satu masjid dan tanpa pengeras suara ketika waktu sahur, namun umat Islam di desa tersebut tetap bisa bangun untuk makan sahur karena memakai alarm handphone (HP).(*)

 

Penulis Berita: Winardyasto
Foto: Suharto/Radar Malang
Sumber Berita: Radar Malang

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca

/