29.5 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Mbah Moen Sering Cerita Wali-Wali Allah yang Meninggal Hari Selasa

Mobile_AP_Rectangle 1

JawaPos.com – Masyarakat muslim Indonesia kehilangan sosok guru bangsa dan tokoh Islam, Kiai Maimun Zubair atau akrab disapa Mbah Moen. pimpinan dari Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang itu meninggal di Makkah di usianya 90 tahun.

Mbah Moen juga dikenal sebagai seorang ulama politikus Indonesia. Ia juga masih tercatat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Mustasyar PBNU.

Muhammad Kanzul Firdaus yang merupakan salah satu santri Mbah Moen menuturkan, sang guru sering bercerita kepada para murid-muridnya di pesantren, bahwa sang ayah Kiai Zubair Dahlan meninggal pada hari Selasa. Kemudian para wali-wali atau kekasih Allah juga banyak yang meninggal di hari Selasa.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Jadi setiap hari selasa, saya itu deg-degan. Semoga beliau tidak wafat,” ujar Kanzul kepada JawaPos.com, Senin (6/8).

Saat ini, hal yang ia takutkan terbukti. Sang guru meninggal di hari Selasa, sekira pukul 04.16 waktu Arab Saudi. Mbah Moen meninggal saat menunaikan ibadah haji di Makkah.

“Hari ini yang saya takutkan benar-benar terjadi. Beliau benar benar meninggal pada hari selasa,” katanya.

Pria asal Blitar, Jawa Timur ini mengatakan, Mbah Moen adalah soerang kiai yang sangat sayang dan dekat dengan para santrinya. Mbah Moen memperlakukan santri-santrinya seperti anak-anaknya sendiri. Kasih Mbah Moen sangat besar kepada santri-santrinya‎.

“Sampai santri-santrinya menganggap beliau sebagai ayahnya sendiri. Bukan orang lain. Benar-benar bagian dari jiwa raga para santri,” ungkapnya.

Karena itu, lanjut Kanzul, banyak santri yang sangat fanatik ke Kiai Maimun karena sifat kasih sayangnya. Saking dekatnya dengan para santr . Mbah Moen selalu setia mendengarkan ‘cuhat’ alias curahatan hati para santrinya.

“Termasuk saya, dulu sering curhat ke Mbah Moen. Jadi kalau ada santri mau curhat beliau itu terbuka sekali,” ungkapnya.

Kanzul berujar, apabila dirinya dirundung masalah. Dirinya selalu menemui Mbah Moen‎. Sang guru selalu memberikan solusi. Bahkan sebelum dirinya bercerita soal masalahnya, Mbah Moen sudah mengetahui masalah yang sedang ia hadapi.

‎”Beliau itu kalau saya belum cerita sudah tahu masalah saya. Sehingga beliau langsung memberikan solusi. Sampai saya sering curhat, dan saya bilang beliau memiliki karomah kemulian yang diberikan Allah,” katanya.

Terpisah, santri lainnya Mbah Moen, Abdul Ghafur mengatakan dirinya selalu salut dengan sang guru. Karena apabila cerita Mbah Moen selalu ingat dengan kejadian-kejadian yang pernah ia alami.

“Jadi beliau itu senang cerita. Kalau cerita tanggalnya, kapan juga waktunya dia semua ingat,” jelas Abdul.

Sekadar informasi, Mbah Moen  lahir di Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928. Almarhum meninggal dunia di Makkah, 6 Agustus 2019, dalam usia 90. Ia juga pernah menjadi anggota DPRD kabupaten Rembang selama 7 tahun.

Setelah berakhirnya masa tugas, ia mulai berkonsentrasi mengurus pondoknya yang baru berdiri selama sekitar 7 atau 8 tahun. Mbah Moen tercatat pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.‎

Editor : Dimas Ryandi

Reporter : Gunawan Wibisono

- Advertisement -

JawaPos.com – Masyarakat muslim Indonesia kehilangan sosok guru bangsa dan tokoh Islam, Kiai Maimun Zubair atau akrab disapa Mbah Moen. pimpinan dari Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang itu meninggal di Makkah di usianya 90 tahun.

Mbah Moen juga dikenal sebagai seorang ulama politikus Indonesia. Ia juga masih tercatat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Mustasyar PBNU.

Muhammad Kanzul Firdaus yang merupakan salah satu santri Mbah Moen menuturkan, sang guru sering bercerita kepada para murid-muridnya di pesantren, bahwa sang ayah Kiai Zubair Dahlan meninggal pada hari Selasa. Kemudian para wali-wali atau kekasih Allah juga banyak yang meninggal di hari Selasa.

“Jadi setiap hari selasa, saya itu deg-degan. Semoga beliau tidak wafat,” ujar Kanzul kepada JawaPos.com, Senin (6/8).

Saat ini, hal yang ia takutkan terbukti. Sang guru meninggal di hari Selasa, sekira pukul 04.16 waktu Arab Saudi. Mbah Moen meninggal saat menunaikan ibadah haji di Makkah.

“Hari ini yang saya takutkan benar-benar terjadi. Beliau benar benar meninggal pada hari selasa,” katanya.

Pria asal Blitar, Jawa Timur ini mengatakan, Mbah Moen adalah soerang kiai yang sangat sayang dan dekat dengan para santrinya. Mbah Moen memperlakukan santri-santrinya seperti anak-anaknya sendiri. Kasih Mbah Moen sangat besar kepada santri-santrinya‎.

“Sampai santri-santrinya menganggap beliau sebagai ayahnya sendiri. Bukan orang lain. Benar-benar bagian dari jiwa raga para santri,” ungkapnya.

Karena itu, lanjut Kanzul, banyak santri yang sangat fanatik ke Kiai Maimun karena sifat kasih sayangnya. Saking dekatnya dengan para santr . Mbah Moen selalu setia mendengarkan ‘cuhat’ alias curahatan hati para santrinya.

“Termasuk saya, dulu sering curhat ke Mbah Moen. Jadi kalau ada santri mau curhat beliau itu terbuka sekali,” ungkapnya.

Kanzul berujar, apabila dirinya dirundung masalah. Dirinya selalu menemui Mbah Moen‎. Sang guru selalu memberikan solusi. Bahkan sebelum dirinya bercerita soal masalahnya, Mbah Moen sudah mengetahui masalah yang sedang ia hadapi.

‎”Beliau itu kalau saya belum cerita sudah tahu masalah saya. Sehingga beliau langsung memberikan solusi. Sampai saya sering curhat, dan saya bilang beliau memiliki karomah kemulian yang diberikan Allah,” katanya.

Terpisah, santri lainnya Mbah Moen, Abdul Ghafur mengatakan dirinya selalu salut dengan sang guru. Karena apabila cerita Mbah Moen selalu ingat dengan kejadian-kejadian yang pernah ia alami.

“Jadi beliau itu senang cerita. Kalau cerita tanggalnya, kapan juga waktunya dia semua ingat,” jelas Abdul.

Sekadar informasi, Mbah Moen  lahir di Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928. Almarhum meninggal dunia di Makkah, 6 Agustus 2019, dalam usia 90. Ia juga pernah menjadi anggota DPRD kabupaten Rembang selama 7 tahun.

Setelah berakhirnya masa tugas, ia mulai berkonsentrasi mengurus pondoknya yang baru berdiri selama sekitar 7 atau 8 tahun. Mbah Moen tercatat pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.‎

Editor : Dimas Ryandi

Reporter : Gunawan Wibisono

JawaPos.com – Masyarakat muslim Indonesia kehilangan sosok guru bangsa dan tokoh Islam, Kiai Maimun Zubair atau akrab disapa Mbah Moen. pimpinan dari Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang itu meninggal di Makkah di usianya 90 tahun.

Mbah Moen juga dikenal sebagai seorang ulama politikus Indonesia. Ia juga masih tercatat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Mustasyar PBNU.

Muhammad Kanzul Firdaus yang merupakan salah satu santri Mbah Moen menuturkan, sang guru sering bercerita kepada para murid-muridnya di pesantren, bahwa sang ayah Kiai Zubair Dahlan meninggal pada hari Selasa. Kemudian para wali-wali atau kekasih Allah juga banyak yang meninggal di hari Selasa.

“Jadi setiap hari selasa, saya itu deg-degan. Semoga beliau tidak wafat,” ujar Kanzul kepada JawaPos.com, Senin (6/8).

Saat ini, hal yang ia takutkan terbukti. Sang guru meninggal di hari Selasa, sekira pukul 04.16 waktu Arab Saudi. Mbah Moen meninggal saat menunaikan ibadah haji di Makkah.

“Hari ini yang saya takutkan benar-benar terjadi. Beliau benar benar meninggal pada hari selasa,” katanya.

Pria asal Blitar, Jawa Timur ini mengatakan, Mbah Moen adalah soerang kiai yang sangat sayang dan dekat dengan para santrinya. Mbah Moen memperlakukan santri-santrinya seperti anak-anaknya sendiri. Kasih Mbah Moen sangat besar kepada santri-santrinya‎.

“Sampai santri-santrinya menganggap beliau sebagai ayahnya sendiri. Bukan orang lain. Benar-benar bagian dari jiwa raga para santri,” ungkapnya.

Karena itu, lanjut Kanzul, banyak santri yang sangat fanatik ke Kiai Maimun karena sifat kasih sayangnya. Saking dekatnya dengan para santr . Mbah Moen selalu setia mendengarkan ‘cuhat’ alias curahatan hati para santrinya.

“Termasuk saya, dulu sering curhat ke Mbah Moen. Jadi kalau ada santri mau curhat beliau itu terbuka sekali,” ungkapnya.

Kanzul berujar, apabila dirinya dirundung masalah. Dirinya selalu menemui Mbah Moen‎. Sang guru selalu memberikan solusi. Bahkan sebelum dirinya bercerita soal masalahnya, Mbah Moen sudah mengetahui masalah yang sedang ia hadapi.

‎”Beliau itu kalau saya belum cerita sudah tahu masalah saya. Sehingga beliau langsung memberikan solusi. Sampai saya sering curhat, dan saya bilang beliau memiliki karomah kemulian yang diberikan Allah,” katanya.

Terpisah, santri lainnya Mbah Moen, Abdul Ghafur mengatakan dirinya selalu salut dengan sang guru. Karena apabila cerita Mbah Moen selalu ingat dengan kejadian-kejadian yang pernah ia alami.

“Jadi beliau itu senang cerita. Kalau cerita tanggalnya, kapan juga waktunya dia semua ingat,” jelas Abdul.

Sekadar informasi, Mbah Moen  lahir di Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928. Almarhum meninggal dunia di Makkah, 6 Agustus 2019, dalam usia 90. Ia juga pernah menjadi anggota DPRD kabupaten Rembang selama 7 tahun.

Setelah berakhirnya masa tugas, ia mulai berkonsentrasi mengurus pondoknya yang baru berdiri selama sekitar 7 atau 8 tahun. Mbah Moen tercatat pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.‎

Editor : Dimas Ryandi

Reporter : Gunawan Wibisono

BERITA TERKINI

Menjamurnya Program Tahfiz

Awal April Rapat Pansus LKPJ Dimulai

Tingkatkan Retribusi Parkir

Wajib Dibaca