Mobile_AP_Rectangle 1
Mulai musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kelompok kerja guru, hingga musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS). ”Setelah itu akan diuji bersama dengan akademisi.”imbuh pria tersebut.
Kurikulum edukasi seksual tersebut menguatkan guru dan siswa. Untuk tenaga pendidik, sasarannya adalah guru agama dan bimbingan konseling (BK). ”Setelah mendapatkan materi, guru akan lebih memperhatikan siswanya,” jelas dia.
Menurut Yusuf, sasaran kurikulum itu adalah siswa SD dan SMP. Untuk jenjang SD, kurikulum tersebut disampaikan kepada murid kelas V dan VI. Pada jenjang SMP kelas VII dan VIII. ”Itu masa transisi siswa. Kami ingin mengantisipasi hal tidak diinginkan terjadi,” imbuh dia.(*)
Mobile_AP_Rectangle 2
Editor:Winardyasto HariKirono
Foto:Dok Jawa Pos
Sumber Berita:jawapos.com
- Advertisement -
Mulai musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kelompok kerja guru, hingga musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS). ”Setelah itu akan diuji bersama dengan akademisi.”imbuh pria tersebut.
Kurikulum edukasi seksual tersebut menguatkan guru dan siswa. Untuk tenaga pendidik, sasarannya adalah guru agama dan bimbingan konseling (BK). ”Setelah mendapatkan materi, guru akan lebih memperhatikan siswanya,” jelas dia.
Menurut Yusuf, sasaran kurikulum itu adalah siswa SD dan SMP. Untuk jenjang SD, kurikulum tersebut disampaikan kepada murid kelas V dan VI. Pada jenjang SMP kelas VII dan VIII. ”Itu masa transisi siswa. Kami ingin mengantisipasi hal tidak diinginkan terjadi,” imbuh dia.(*)
Editor:Winardyasto HariKirono
Foto:Dok Jawa Pos
Sumber Berita:jawapos.com
Mulai musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kelompok kerja guru, hingga musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS). ”Setelah itu akan diuji bersama dengan akademisi.”imbuh pria tersebut.
Kurikulum edukasi seksual tersebut menguatkan guru dan siswa. Untuk tenaga pendidik, sasarannya adalah guru agama dan bimbingan konseling (BK). ”Setelah mendapatkan materi, guru akan lebih memperhatikan siswanya,” jelas dia.
Menurut Yusuf, sasaran kurikulum itu adalah siswa SD dan SMP. Untuk jenjang SD, kurikulum tersebut disampaikan kepada murid kelas V dan VI. Pada jenjang SMP kelas VII dan VIII. ”Itu masa transisi siswa. Kami ingin mengantisipasi hal tidak diinginkan terjadi,” imbuh dia.(*)
Editor:Winardyasto HariKirono
Foto:Dok Jawa Pos
Sumber Berita:jawapos.com