JEMBER, RADARJEMBER.ID – Motor listrik menjadi transportasi pilihan yang efektif untuk menghemat biaya. Saat ini para penggunanya juga makin banyak. Baik di perkotaan maupun di kawasan perdesaan. Bahkan para penggunanya sampai memiliki komunitas sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dalam penggunaan motor listrik.
Maklum saja, hingga saat ini masih sedikit bengkel yang melayani servis khusus untuk motor listrik. Karenanya, komunitas itu bisa membantu jika ada pengguna yang mengalami masalah. Kendati demikian, kendala itu tak menjadi penghalang bagi masyarakat yang ingin beralih menggunakan moda transportasi ramah lingkungan tersebut.
Salah satu penggunanya adalah Sasmito. Kepada Jawa Pos Radar Jember, dia berbagi pengalaman dalam menggunakan moda transportasi energi listrik. Dia juga punya banyak model. Mulai dari jenis sepeda rakitan, pabrikan, dan model modifikasi.
Lima tahun belakangan ini, Sasmito juga benar-benar beralih menggunakan transportasi tersebut. Bahkan, seluruh keluarganya juga tidak ada yang memakai transportasi energi minyak bumi. “Semua keluarga saya sudah pakai motor listrik,” tutur Sasmito.
Menurut dia, selain hemat dan ramah lingkungan, perawatannya pun lebih simpel dan gampang. Layaknya sebuah ponsel, motor listrik harus dicas ketika daya baterainya mulai menurun. Dan jangan menunggu baterai benar-benar habis . “Kayak handphone itu. Tinggal cas saja. Jangan sampai telat. Kalau sering digunakan dan rutin dicas, akan awet,” ungkap Sasmito.
Selain rutin dicas, untuk menjaga suku cadangnya, motor listrik harus sering digunakan. Jika tak dipakai hingga tiga bulan, misalnya, maka sepeda akan rusak. Umumnya di bagian baterainya. “Meskipun tidak digunakan harus tetap dicas,” terangnya.
Mengenai kerusakan, motor listrik cukup minim terjadi. Apalagi model pabrikan. Sebab, menurut Sasmito, pabrik sudah memperkirakan kabel-kabelnya. Sehingga, walau menerjang hujan bahkan banjir, tidak akan mengalami korsleting. Sedangkan untuk model rakitan, lebih rawan terjadi korsleting. “Kalau yang rakitan biasanya di baterai. Tempat baterainya yang tidak aman. Ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Tergantung modelnya,” pungkas Sasmito.
Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Delfi Nihayah
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti