Mobile_AP_Rectangle 1
Mayoritas yang datang ke warung Bu Asmad adalah para pencinta kokot. Para konsumennya datang dari berbagai daerah, bukan hanya dari Jember. “Ada yang dari Jakarta. Namun, sebelum ke sini harus pesen dulu. Takutnya sudah habis,” ungkap Taher.
Jika tidak mengontak penjualnya terlebih dahulu, para pembeli bisa kehabisan. Apalagi jika Taher hanya memasak lima kaki sapi. Maka tidak ada persediaan lain dan khusus untuk para pembeli dari jauh. “Kadang ke sini jam siang-siang itu sudah habis. Jadi, lebih baik kalau ke sini telepon dulu,” ujarnya.
Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih
- Advertisement -
Mayoritas yang datang ke warung Bu Asmad adalah para pencinta kokot. Para konsumennya datang dari berbagai daerah, bukan hanya dari Jember. “Ada yang dari Jakarta. Namun, sebelum ke sini harus pesen dulu. Takutnya sudah habis,” ungkap Taher.
Jika tidak mengontak penjualnya terlebih dahulu, para pembeli bisa kehabisan. Apalagi jika Taher hanya memasak lima kaki sapi. Maka tidak ada persediaan lain dan khusus untuk para pembeli dari jauh. “Kadang ke sini jam siang-siang itu sudah habis. Jadi, lebih baik kalau ke sini telepon dulu,” ujarnya.
Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih
Mayoritas yang datang ke warung Bu Asmad adalah para pencinta kokot. Para konsumennya datang dari berbagai daerah, bukan hanya dari Jember. “Ada yang dari Jakarta. Namun, sebelum ke sini harus pesen dulu. Takutnya sudah habis,” ungkap Taher.
Jika tidak mengontak penjualnya terlebih dahulu, para pembeli bisa kehabisan. Apalagi jika Taher hanya memasak lima kaki sapi. Maka tidak ada persediaan lain dan khusus untuk para pembeli dari jauh. “Kadang ke sini jam siang-siang itu sudah habis. Jadi, lebih baik kalau ke sini telepon dulu,” ujarnya.
Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih