22.8 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Jajanan Legendaris yang Laris Manis

Mengenang Masa Lalu lewat Getuk Lindri Merah, kuning, hijau, dan bertabur salju. Inilah yang menggambarkan jajanan tradisional nusantara, yaitu getuk lindri. Bagaimana sih cara pembuatannya dan apa rahasianya hingga masih bertahan di era milenial ini?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bunyi kipas angin sederhana yang berbahan plastik itu menemani Saryono dalam menggiling olahan singkong menjadi getuk lindri. Sementara angin yang dihasilkan kipas tersebut perlahan-lahan memberikan kesejukan kepada pria asal Kabupaten Boyolali itu, yang terus memproses getuk. “Hampir jadi. setelah digiling, tinggal dipotong-potong,” ungkapnya. Meski begitu, sebagian hasil gilingan getuk itu sudah ada yang dipotong.

Menurut pria kelahiran 1963 tersebut, membuat getuk butuh perjuangan. Bakda subuh, dia lebih dulu ke pasar untuk membeli singkong. Setidaknya, sekitar 25 kilogram singkong. Sampai di rumah, singkong dikupas satu per satu lalu dibersihkan. “Biasanya, saya start mulai pukul 7 pagi,” lanjutnya.

Berikutnya, singkong-singkong tersebut dimasukkan ke dalam dandang besar dan direbus sekitar satu jam. Sambil lalu, dia juga mengupas kelapa. Lalu memarutnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Pria yang berdagang getuk lindri keliling sejak 1985 itu menuturkan bahwa tahap selanjutnya inilah yang butuh perjuangan. Yaitu tahap penumbukan dan penggilingan. Singkong yang sudah direbus itu ditumbuk sampai halus. Setidaknya, dia menerangkan, membutuhkan waktu sekitar dua jam. “Pas ini juga diberi gula sesuai takaran biar manis,” terangnya.

Selain paling membutuhkan banyak waktu, proses penumbukan itu juga menjadi salah satu tahap yang membuat getuknya lain daripada yang lain. “Saya beri perasa dan pewarna makanan yang sudah terdaftar dalam BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan, Red) dan halal,” tegasnya.

Dengan begitu, dia bisa membuat getuk dengan beberapa varian rasa. Mulai rasa nanas, stroberi, moka, hingga pandan. “Kalau moka ini, biar enak saya beri tambahan kacang,” ucapnya.

Setelah tahap penumbukan selesai, dia menerangkan bahwa tahap selanjutnya adalah penggilingan. “Penggilingan ini agar bentuknya bisa rapi,” lanjut pria yang berusia 58 tahun tersebut. Hingga saat ini, dia masih menggunakan penggilingan manual. Karena itu, membutuhkan waktu yang lebih lama. Lalu, tahap akhir dengan memotongi getuk yang sudah digiling dan menatanya di etalase gerobak. Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bunyi kipas angin sederhana yang berbahan plastik itu menemani Saryono dalam menggiling olahan singkong menjadi getuk lindri. Sementara angin yang dihasilkan kipas tersebut perlahan-lahan memberikan kesejukan kepada pria asal Kabupaten Boyolali itu, yang terus memproses getuk. “Hampir jadi. setelah digiling, tinggal dipotong-potong,” ungkapnya. Meski begitu, sebagian hasil gilingan getuk itu sudah ada yang dipotong.

Menurut pria kelahiran 1963 tersebut, membuat getuk butuh perjuangan. Bakda subuh, dia lebih dulu ke pasar untuk membeli singkong. Setidaknya, sekitar 25 kilogram singkong. Sampai di rumah, singkong dikupas satu per satu lalu dibersihkan. “Biasanya, saya start mulai pukul 7 pagi,” lanjutnya.

Berikutnya, singkong-singkong tersebut dimasukkan ke dalam dandang besar dan direbus sekitar satu jam. Sambil lalu, dia juga mengupas kelapa. Lalu memarutnya.

Pria yang berdagang getuk lindri keliling sejak 1985 itu menuturkan bahwa tahap selanjutnya inilah yang butuh perjuangan. Yaitu tahap penumbukan dan penggilingan. Singkong yang sudah direbus itu ditumbuk sampai halus. Setidaknya, dia menerangkan, membutuhkan waktu sekitar dua jam. “Pas ini juga diberi gula sesuai takaran biar manis,” terangnya.

Selain paling membutuhkan banyak waktu, proses penumbukan itu juga menjadi salah satu tahap yang membuat getuknya lain daripada yang lain. “Saya beri perasa dan pewarna makanan yang sudah terdaftar dalam BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan, Red) dan halal,” tegasnya.

Dengan begitu, dia bisa membuat getuk dengan beberapa varian rasa. Mulai rasa nanas, stroberi, moka, hingga pandan. “Kalau moka ini, biar enak saya beri tambahan kacang,” ucapnya.

Setelah tahap penumbukan selesai, dia menerangkan bahwa tahap selanjutnya adalah penggilingan. “Penggilingan ini agar bentuknya bisa rapi,” lanjut pria yang berusia 58 tahun tersebut. Hingga saat ini, dia masih menggunakan penggilingan manual. Karena itu, membutuhkan waktu yang lebih lama. Lalu, tahap akhir dengan memotongi getuk yang sudah digiling dan menatanya di etalase gerobak. Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bunyi kipas angin sederhana yang berbahan plastik itu menemani Saryono dalam menggiling olahan singkong menjadi getuk lindri. Sementara angin yang dihasilkan kipas tersebut perlahan-lahan memberikan kesejukan kepada pria asal Kabupaten Boyolali itu, yang terus memproses getuk. “Hampir jadi. setelah digiling, tinggal dipotong-potong,” ungkapnya. Meski begitu, sebagian hasil gilingan getuk itu sudah ada yang dipotong.

Menurut pria kelahiran 1963 tersebut, membuat getuk butuh perjuangan. Bakda subuh, dia lebih dulu ke pasar untuk membeli singkong. Setidaknya, sekitar 25 kilogram singkong. Sampai di rumah, singkong dikupas satu per satu lalu dibersihkan. “Biasanya, saya start mulai pukul 7 pagi,” lanjutnya.

Berikutnya, singkong-singkong tersebut dimasukkan ke dalam dandang besar dan direbus sekitar satu jam. Sambil lalu, dia juga mengupas kelapa. Lalu memarutnya.

Pria yang berdagang getuk lindri keliling sejak 1985 itu menuturkan bahwa tahap selanjutnya inilah yang butuh perjuangan. Yaitu tahap penumbukan dan penggilingan. Singkong yang sudah direbus itu ditumbuk sampai halus. Setidaknya, dia menerangkan, membutuhkan waktu sekitar dua jam. “Pas ini juga diberi gula sesuai takaran biar manis,” terangnya.

Selain paling membutuhkan banyak waktu, proses penumbukan itu juga menjadi salah satu tahap yang membuat getuknya lain daripada yang lain. “Saya beri perasa dan pewarna makanan yang sudah terdaftar dalam BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan, Red) dan halal,” tegasnya.

Dengan begitu, dia bisa membuat getuk dengan beberapa varian rasa. Mulai rasa nanas, stroberi, moka, hingga pandan. “Kalau moka ini, biar enak saya beri tambahan kacang,” ucapnya.

Setelah tahap penumbukan selesai, dia menerangkan bahwa tahap selanjutnya adalah penggilingan. “Penggilingan ini agar bentuknya bisa rapi,” lanjut pria yang berusia 58 tahun tersebut. Hingga saat ini, dia masih menggunakan penggilingan manual. Karena itu, membutuhkan waktu yang lebih lama. Lalu, tahap akhir dengan memotongi getuk yang sudah digiling dan menatanya di etalase gerobak. Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca