23.7 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Tak Ingin Hilangkan Tradisi

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Seperti pada tradisi Jawa, menu bancakan di Café Tipis-Tipis ditata sedemikian rupa pada satu tempat itu dimakan bersama-sama oleh orang banyak. Sekadar info, bancakan merupakan salah satu tradisi orang Jawa sebagai bentuk syukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan YME. Di antaranya saat kelahiran anak, bertambahnya usia, ketika yang diinginkan tercapai, hingga membuang kesialan tertentu.

Guna menjaga kekhasan tradisi bancakan, Dewi menuturkan bahwa pihaknya tidak menghilangkan makanan apa yang seharusnya ada setiap kali bancakan digelar. Di antaranya, urap-urap dan orem-orem. Urap-urap biasanya terdiri atas kangkung, kecambah, kacang panjang, kelapa parut, dan sayur lain. Sementara itu, orem-orem merupakan olahan tahu, tempe, atau ayam yang dimasak dengan santan.

“Kalau tambahan lauk, kami bebaskan pelanggan ingin apa,” ujar warga Perumahan Bumi Kaliwates Regency, Lingkungan Kaliwates Kidul, Kecamatan Kaliwates, itu. Mulai ayam, tahu dan tempe goreng, hingga olahan udang, telur, serta wader/badar.

Mobile_AP_Rectangle 2

Sita, misalnya. Pelanggan bancakan di Café Tipis-Tipis sejak 2012 mengaku selalu ketagihan untuk menggelar buka puasa setiap tahun di sana. Bagaimana tidak, urap-urap yang dia makan selalu mengingatkannya semasa kecil. Sebagai orang Jawa, wanita yang berusia 50 tahun tersebut kerap menikmati hidangan bancakan olahan orang tuanya.

“Belum lagi, masakan dan suasananya membuat saya menyingkap kenangan lama,” papar warga Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, tersebut. Meski rasa urap-urap sejak dulu selalu begitu, kebersamaan yang terjalin bersama banyak orang itu membuatnya selalu menemukan hal baru.

“Untuk cita rasa sudah jelas. Bumbu yang dipakai adalah bumbu tradisional yang tidak instan,” lanjutnya. Menurut dia, rasa hidangan bancakan itu sedap dan manis. “Sesuai keinginan pelanggan pokoknya,” pungkasnya.

Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Seperti pada tradisi Jawa, menu bancakan di Café Tipis-Tipis ditata sedemikian rupa pada satu tempat itu dimakan bersama-sama oleh orang banyak. Sekadar info, bancakan merupakan salah satu tradisi orang Jawa sebagai bentuk syukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan YME. Di antaranya saat kelahiran anak, bertambahnya usia, ketika yang diinginkan tercapai, hingga membuang kesialan tertentu.

Guna menjaga kekhasan tradisi bancakan, Dewi menuturkan bahwa pihaknya tidak menghilangkan makanan apa yang seharusnya ada setiap kali bancakan digelar. Di antaranya, urap-urap dan orem-orem. Urap-urap biasanya terdiri atas kangkung, kecambah, kacang panjang, kelapa parut, dan sayur lain. Sementara itu, orem-orem merupakan olahan tahu, tempe, atau ayam yang dimasak dengan santan.

“Kalau tambahan lauk, kami bebaskan pelanggan ingin apa,” ujar warga Perumahan Bumi Kaliwates Regency, Lingkungan Kaliwates Kidul, Kecamatan Kaliwates, itu. Mulai ayam, tahu dan tempe goreng, hingga olahan udang, telur, serta wader/badar.

Sita, misalnya. Pelanggan bancakan di Café Tipis-Tipis sejak 2012 mengaku selalu ketagihan untuk menggelar buka puasa setiap tahun di sana. Bagaimana tidak, urap-urap yang dia makan selalu mengingatkannya semasa kecil. Sebagai orang Jawa, wanita yang berusia 50 tahun tersebut kerap menikmati hidangan bancakan olahan orang tuanya.

“Belum lagi, masakan dan suasananya membuat saya menyingkap kenangan lama,” papar warga Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, tersebut. Meski rasa urap-urap sejak dulu selalu begitu, kebersamaan yang terjalin bersama banyak orang itu membuatnya selalu menemukan hal baru.

“Untuk cita rasa sudah jelas. Bumbu yang dipakai adalah bumbu tradisional yang tidak instan,” lanjutnya. Menurut dia, rasa hidangan bancakan itu sedap dan manis. “Sesuai keinginan pelanggan pokoknya,” pungkasnya.

Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Seperti pada tradisi Jawa, menu bancakan di Café Tipis-Tipis ditata sedemikian rupa pada satu tempat itu dimakan bersama-sama oleh orang banyak. Sekadar info, bancakan merupakan salah satu tradisi orang Jawa sebagai bentuk syukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan YME. Di antaranya saat kelahiran anak, bertambahnya usia, ketika yang diinginkan tercapai, hingga membuang kesialan tertentu.

Guna menjaga kekhasan tradisi bancakan, Dewi menuturkan bahwa pihaknya tidak menghilangkan makanan apa yang seharusnya ada setiap kali bancakan digelar. Di antaranya, urap-urap dan orem-orem. Urap-urap biasanya terdiri atas kangkung, kecambah, kacang panjang, kelapa parut, dan sayur lain. Sementara itu, orem-orem merupakan olahan tahu, tempe, atau ayam yang dimasak dengan santan.

“Kalau tambahan lauk, kami bebaskan pelanggan ingin apa,” ujar warga Perumahan Bumi Kaliwates Regency, Lingkungan Kaliwates Kidul, Kecamatan Kaliwates, itu. Mulai ayam, tahu dan tempe goreng, hingga olahan udang, telur, serta wader/badar.

Sita, misalnya. Pelanggan bancakan di Café Tipis-Tipis sejak 2012 mengaku selalu ketagihan untuk menggelar buka puasa setiap tahun di sana. Bagaimana tidak, urap-urap yang dia makan selalu mengingatkannya semasa kecil. Sebagai orang Jawa, wanita yang berusia 50 tahun tersebut kerap menikmati hidangan bancakan olahan orang tuanya.

“Belum lagi, masakan dan suasananya membuat saya menyingkap kenangan lama,” papar warga Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, tersebut. Meski rasa urap-urap sejak dulu selalu begitu, kebersamaan yang terjalin bersama banyak orang itu membuatnya selalu menemukan hal baru.

“Untuk cita rasa sudah jelas. Bumbu yang dipakai adalah bumbu tradisional yang tidak instan,” lanjutnya. Menurut dia, rasa hidangan bancakan itu sedap dan manis. “Sesuai keinginan pelanggan pokoknya,” pungkasnya.

Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca

/