Si Tangguh yang Serba Bisa

Dikenal sebagai hewan tangguh di segala medan, kuda punya daya tarik tersendiri. Bisa diajak santai, bisa juga diajak kerja keras.

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kuda selama ini dikenal sebagai hewan tangguh yang serba bisa. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan.

Ras kuda secara umum dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan temperamen umum. Seperti ‘darah panas’ yang bersemangat dengan kecepatan dan daya tahan, ‘darah dingin’ seperti kuda penarik dan beberapa kuda poni, cocok untuk pekerjaan yang lambat dan berat. Serta ‘darah hangat’, yang dikembangkan dari persilangan antara darah panas dan darah dingin. Sering kali berfokus pada pembuatan ras untuk tujuan berkuda tertentu, khususnya di Eropa. Ada lebih dari 300 jenis kuda di dunia saat ini, dikembangkan untuk berbagai kegunaan.

Di balik tubuh gagahnya, kuda juga memiliki insting atau naluri. Dia bisa saja agresif, bisa pula jinak. Bergantung pada seberapa akrab dengan majikan atau orang-orang yang sering ditemuinya.

Rata-rata para pencintanya telah paham betul bagaimana mengasah naluri mamalia yang mampu berlari puluhan kilometer tanpa henti itu. “Sesuai namanya dalam bahasa Jawa, jaran, tergantung ajaran,” kata Heru Sujono, pemilik kuda asal Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Jenggawah.

Menurut dia, didikan sang pemilik sangat menentukan terhadap karakter kuda. “Siapa yang sering menyayanginya, kuda akan menyayangi. Semua tergantung majikannya, mau diajari berlari, akrobatik, buat dokar, atau diajari semua sekaligus, bisa,” tambahnya.

Pria yang juga merupakan Ketua Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Cabang Jember ini menambahkan, menunggangi kuda harus benar-benar menjiwai. Saat menunggangi kuda, tidak hanya butuh keseimbangan. Namun, juga harus paham karakter kuda. Misal, jika tali kuda ditarik kencang, dia mundur. Jika sangat kencang, dia berdiri mengangkat kaki depannya. “Tapi jika talinya kendor, dia lari kencang. Seninya di situ,” kata Pak Jon, sapaan akrabnya.

Jurnalis: Maulana
Fotografer: Maulana
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti