30.4 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Dakwah dengan Tembang Tradisional

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kitab Bayt Dua Belas tercipta di Pondok Pesantren Nahdlatul Arifin, Kemuning Lor, Kecamatan Panti. Kitab ini diajarkan menggunakan tembang agar masyarakat setempat lebih fleksibel mengingat dan tidak monoton dalam mempelajarinya.

Ketua Yayasan Nadlatul Arifin Akmad Khudory mengungkapkan bahwa cara ini dianggap efektif mengumpulkan masyarakat untuk belajar agama. Baik belajar tentang fikih maupun akidah.

Menurutnya, jika pengajaran kitab tanpa menggunakan unsur kebudayaan, maka masyarakat akan menganggap sebagai salah satu aliran yang ekstrem. “Kami melakukan pendekatan budaya dengan teknik tembang. Ini lebih enak. Lebih bisa diterima,” ujar Khudory.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dalam mukadimah Kitab Bayt Dua Belas, ada banyak tembang yang bisa digunakan. Di antaranya tembang sekar sinom, sinom parijoto, dan dandang gulo. Tiga jenis tembang ini yang familier digunakan kala pengajian.

Belajar Kitab Bayt Dua Belas tidak mengenal usia dan kelompok masyarakat. Sebab, tidak terbatas pada santri pesantren saja, sehingga anak muda dan masyarakat umum juga bisa mengikuti pengajaran kitab tersebut. Walau perkembangan teknologi semakin mutakhir, hal ini tidak menjadi kendala atau menghambat pengajaran Kitab Bayt Dua Belas. Terbukti hingga kini, masih banyak anak muda yang mengikuti pengajian yang berlangsung tiap Selasa tersebut.

Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kitab Bayt Dua Belas tercipta di Pondok Pesantren Nahdlatul Arifin, Kemuning Lor, Kecamatan Panti. Kitab ini diajarkan menggunakan tembang agar masyarakat setempat lebih fleksibel mengingat dan tidak monoton dalam mempelajarinya.

Ketua Yayasan Nadlatul Arifin Akmad Khudory mengungkapkan bahwa cara ini dianggap efektif mengumpulkan masyarakat untuk belajar agama. Baik belajar tentang fikih maupun akidah.

Menurutnya, jika pengajaran kitab tanpa menggunakan unsur kebudayaan, maka masyarakat akan menganggap sebagai salah satu aliran yang ekstrem. “Kami melakukan pendekatan budaya dengan teknik tembang. Ini lebih enak. Lebih bisa diterima,” ujar Khudory.

Dalam mukadimah Kitab Bayt Dua Belas, ada banyak tembang yang bisa digunakan. Di antaranya tembang sekar sinom, sinom parijoto, dan dandang gulo. Tiga jenis tembang ini yang familier digunakan kala pengajian.

Belajar Kitab Bayt Dua Belas tidak mengenal usia dan kelompok masyarakat. Sebab, tidak terbatas pada santri pesantren saja, sehingga anak muda dan masyarakat umum juga bisa mengikuti pengajaran kitab tersebut. Walau perkembangan teknologi semakin mutakhir, hal ini tidak menjadi kendala atau menghambat pengajaran Kitab Bayt Dua Belas. Terbukti hingga kini, masih banyak anak muda yang mengikuti pengajian yang berlangsung tiap Selasa tersebut.

Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kitab Bayt Dua Belas tercipta di Pondok Pesantren Nahdlatul Arifin, Kemuning Lor, Kecamatan Panti. Kitab ini diajarkan menggunakan tembang agar masyarakat setempat lebih fleksibel mengingat dan tidak monoton dalam mempelajarinya.

Ketua Yayasan Nadlatul Arifin Akmad Khudory mengungkapkan bahwa cara ini dianggap efektif mengumpulkan masyarakat untuk belajar agama. Baik belajar tentang fikih maupun akidah.

Menurutnya, jika pengajaran kitab tanpa menggunakan unsur kebudayaan, maka masyarakat akan menganggap sebagai salah satu aliran yang ekstrem. “Kami melakukan pendekatan budaya dengan teknik tembang. Ini lebih enak. Lebih bisa diterima,” ujar Khudory.

Dalam mukadimah Kitab Bayt Dua Belas, ada banyak tembang yang bisa digunakan. Di antaranya tembang sekar sinom, sinom parijoto, dan dandang gulo. Tiga jenis tembang ini yang familier digunakan kala pengajian.

Belajar Kitab Bayt Dua Belas tidak mengenal usia dan kelompok masyarakat. Sebab, tidak terbatas pada santri pesantren saja, sehingga anak muda dan masyarakat umum juga bisa mengikuti pengajaran kitab tersebut. Walau perkembangan teknologi semakin mutakhir, hal ini tidak menjadi kendala atau menghambat pengajaran Kitab Bayt Dua Belas. Terbukti hingga kini, masih banyak anak muda yang mengikuti pengajian yang berlangsung tiap Selasa tersebut.

Jurnalis: Dian Cahyani
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca