31.1 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Engklek Permainan Warisan Nenek Moyang

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – PERMAINAN englek biasa dimainkan di atas tanah yang digaris sebanyak delapan kotak, ditambah satu garis gunung berbentuk setengah lingkaran. Permainan tersebut menggunakan potongan genteng untuk dilempar pada salah satu kotak. Setelah itu, lompatan satu kaki ke setiap kotak, kecuali kotak yang disinggahi potongan genteng.

Kebiasaan anak anak di Desa Sidomukti, Kecamatan Mayang, bermain engklek secara berkelompok dengan diatur pelemparan potongan genteng secara berurutan. “Kami hompimpa dulu untuk menentukan siapa yang melempar duluan, kalau hanya berdua kami suit aja,” kata Putra.

Baca Juga: Bangga Main Engklek Warisan Nenek Moyang

Pemain yang mendapat giliran pertama akan memulai melempar genteng pada kotak pertama, setelah itu dia akan melompat dengan satu kaki melewati tempat singgah genteng tersebut. “Melompat satu kaki sampai balik kembali, tanpa menginjak kotak yang ada gentengnya,” imbuhnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Setelah itu mulai melempar pada kotak kedua diikuti cara melompat yang sama, sampai pada akhirnya pemain akan melempar batu ke garis paling ujung, yakni garis gunung. “Kalau berhasil semua, yang terakhir dia melempar genteng ke garis gunung,” jelasnya.

Untuk bagian terakhir, cara pengambilannya berbeda dengan sebelumnya, pemain harus membalikkan posisi badannya dan tangannya meraba untuk mengambil potongan genteng miliknya yang berada di garis gunung tersebut. “Nah, yang terakhir harus ngambil dengan badan membelakangi punggung,” jelasnya.

Sejak melempar dari kotak pertama, pemain tidak boleh meleset ke kotak lain, serta tidak boleh menurunkan kaki. “Tetap posisi kaki sebelah, sambil mengambil genteng di kotak, sampai bisa kembali ke garis start,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Ketika itu dilanggar, maka pemain akan dinyatakan gagal, permainan akan dilanjutkan kepada giliran kedua, sesuai dengan urutan dari hompimpa. “Kalau gagal, dilanjut kepada pemain lainnya,” tambah bocah cilik yang tinggal di Desa Sidomukti tersebut.

Dia mengatakan, pemain akan dinyatakan menang ketika berhasil melewati kotak dengan satu kaki tanpa berhenti, namun jarang dimenangkan. Sebab ketika masuk tahap akhir para pemain sering kali meleset. “Yang sulit itu bagian akhir, kami sering gagal melewati rintangan tersebut,” tandasnya dengan penuh semangat.

Jurnalis: Ahmad Ma’mun
Fotografer: Ahmad Ma’mun
Editor: Dwi Siswanto

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – PERMAINAN englek biasa dimainkan di atas tanah yang digaris sebanyak delapan kotak, ditambah satu garis gunung berbentuk setengah lingkaran. Permainan tersebut menggunakan potongan genteng untuk dilempar pada salah satu kotak. Setelah itu, lompatan satu kaki ke setiap kotak, kecuali kotak yang disinggahi potongan genteng.

Kebiasaan anak anak di Desa Sidomukti, Kecamatan Mayang, bermain engklek secara berkelompok dengan diatur pelemparan potongan genteng secara berurutan. “Kami hompimpa dulu untuk menentukan siapa yang melempar duluan, kalau hanya berdua kami suit aja,” kata Putra.

Baca Juga: Bangga Main Engklek Warisan Nenek Moyang

Pemain yang mendapat giliran pertama akan memulai melempar genteng pada kotak pertama, setelah itu dia akan melompat dengan satu kaki melewati tempat singgah genteng tersebut. “Melompat satu kaki sampai balik kembali, tanpa menginjak kotak yang ada gentengnya,” imbuhnya.

Setelah itu mulai melempar pada kotak kedua diikuti cara melompat yang sama, sampai pada akhirnya pemain akan melempar batu ke garis paling ujung, yakni garis gunung. “Kalau berhasil semua, yang terakhir dia melempar genteng ke garis gunung,” jelasnya.

Untuk bagian terakhir, cara pengambilannya berbeda dengan sebelumnya, pemain harus membalikkan posisi badannya dan tangannya meraba untuk mengambil potongan genteng miliknya yang berada di garis gunung tersebut. “Nah, yang terakhir harus ngambil dengan badan membelakangi punggung,” jelasnya.

Sejak melempar dari kotak pertama, pemain tidak boleh meleset ke kotak lain, serta tidak boleh menurunkan kaki. “Tetap posisi kaki sebelah, sambil mengambil genteng di kotak, sampai bisa kembali ke garis start,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Ketika itu dilanggar, maka pemain akan dinyatakan gagal, permainan akan dilanjutkan kepada giliran kedua, sesuai dengan urutan dari hompimpa. “Kalau gagal, dilanjut kepada pemain lainnya,” tambah bocah cilik yang tinggal di Desa Sidomukti tersebut.

Dia mengatakan, pemain akan dinyatakan menang ketika berhasil melewati kotak dengan satu kaki tanpa berhenti, namun jarang dimenangkan. Sebab ketika masuk tahap akhir para pemain sering kali meleset. “Yang sulit itu bagian akhir, kami sering gagal melewati rintangan tersebut,” tandasnya dengan penuh semangat.

Jurnalis: Ahmad Ma’mun
Fotografer: Ahmad Ma’mun
Editor: Dwi Siswanto

JEMBER, RADARJEMBER.ID – PERMAINAN englek biasa dimainkan di atas tanah yang digaris sebanyak delapan kotak, ditambah satu garis gunung berbentuk setengah lingkaran. Permainan tersebut menggunakan potongan genteng untuk dilempar pada salah satu kotak. Setelah itu, lompatan satu kaki ke setiap kotak, kecuali kotak yang disinggahi potongan genteng.

Kebiasaan anak anak di Desa Sidomukti, Kecamatan Mayang, bermain engklek secara berkelompok dengan diatur pelemparan potongan genteng secara berurutan. “Kami hompimpa dulu untuk menentukan siapa yang melempar duluan, kalau hanya berdua kami suit aja,” kata Putra.

Baca Juga: Bangga Main Engklek Warisan Nenek Moyang

Pemain yang mendapat giliran pertama akan memulai melempar genteng pada kotak pertama, setelah itu dia akan melompat dengan satu kaki melewati tempat singgah genteng tersebut. “Melompat satu kaki sampai balik kembali, tanpa menginjak kotak yang ada gentengnya,” imbuhnya.

Setelah itu mulai melempar pada kotak kedua diikuti cara melompat yang sama, sampai pada akhirnya pemain akan melempar batu ke garis paling ujung, yakni garis gunung. “Kalau berhasil semua, yang terakhir dia melempar genteng ke garis gunung,” jelasnya.

Untuk bagian terakhir, cara pengambilannya berbeda dengan sebelumnya, pemain harus membalikkan posisi badannya dan tangannya meraba untuk mengambil potongan genteng miliknya yang berada di garis gunung tersebut. “Nah, yang terakhir harus ngambil dengan badan membelakangi punggung,” jelasnya.

Sejak melempar dari kotak pertama, pemain tidak boleh meleset ke kotak lain, serta tidak boleh menurunkan kaki. “Tetap posisi kaki sebelah, sambil mengambil genteng di kotak, sampai bisa kembali ke garis start,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Ketika itu dilanggar, maka pemain akan dinyatakan gagal, permainan akan dilanjutkan kepada giliran kedua, sesuai dengan urutan dari hompimpa. “Kalau gagal, dilanjut kepada pemain lainnya,” tambah bocah cilik yang tinggal di Desa Sidomukti tersebut.

Dia mengatakan, pemain akan dinyatakan menang ketika berhasil melewati kotak dengan satu kaki tanpa berhenti, namun jarang dimenangkan. Sebab ketika masuk tahap akhir para pemain sering kali meleset. “Yang sulit itu bagian akhir, kami sering gagal melewati rintangan tersebut,” tandasnya dengan penuh semangat.

Jurnalis: Ahmad Ma’mun
Fotografer: Ahmad Ma’mun
Editor: Dwi Siswanto

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca